• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

JAGA KASIH SAYANG KEPADA LELUHUR

JAGA KASIH SAYANG KEPADA LELUHUR

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Salah satu di antara kegembiraan di dalam hari raya, terutama idul fitri, adalah acara silaturahmi keluarga besar. Acara informal ini telah menjadi tradisi baru di kalangan umat Islam di Indonesia. Banyak keluarga yang menyelenggarakannya. Inti dari acara ini adalah forum untuk saling memberi maaf antara satu dengan lainnya di dalam keluarga besar. Untuk menentukan siapa yang diundang biasanya ditentukan berdasarkan urutan kakek atau nenek. Tergantung siapa yang dituakan.

Pada hari Ahad, 06/04/2025, kami berkumpul sebanyak empat keluarga bardasarkan atas bapak atau Ibu dari keluarga di Surabaya dan Mojokerto. Sebenarnya juga ada keluarga yang di Jakarta dan Bandung, akan tetapi ada yang sudah kembali dan ada yang memang berhalangan hadir. Mereka melakukan acara silaturrahmi di Surabaya, tepatnya di Perumahan Lotus Regency E8 Ketintang Surabaya. Ada sebanyak 21 orang lelaki dan Perempuan, tua dan muda bahkan anak-anak. Mereka berkumpul untuk saling berbagi cerita dan bersenda gurau tentang banyak hal. Kelihatan ada kegembiraan di antara mereka bersaudara dimaksud.

Tidak ada acara yang khusus, hanya makan-makan bareng dengan sayur lodeh, kare ayam, lontong, rujak cingur dan minuman es buah. Acara lainnya yang special adalah melakukan acara tahlilan untuk seluruh anggota keluarga yang sudah wafat, dan dilanjutkan berdoa bersama. Acara tahlilan dan doa memang menjadi ciri khas setiap pertemuan yang dilakukan bersama. Saya dianggap sebagai yang tertua dari seluruh anggota keluarga yang hadir, sehingga saya yang memimpin tahlil dan doa, serta ucapan silaturahmi yang pendek saja. Secukupnya.

Pertama , pertemuan ini sangat bermakna bagi kita semua, sebagai wadah untuk silaturahmi antar keluarga. Keluarga kita yang sudah beranak pinak ini jangan sampai  tidak lagi mengenal satu dengan lainnya. Di masa lalu, anggota keluarga itu berada di dalam satu desa, atau sejauh-jauhnya tetangga desa. Tetapi sekarang anggota keluarga itu sudah saling berjauhan. Ada yang di Jakarta, Surabaya, Mojokerto, Bandung dan sebagainya. Jika tidak direkatkan dalam tali silaturahmi, maka akan terputus. Islam menjadikan silaturahmi sebagai wahana untuk menjalin tali persaudaraan antar keluarga.

Di dalam Islam ditegaskan sebagaimana  hadits Nabi Muhammad SAW: “barang siapa yang mempercayai Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturrahmi. Relasi antar keluarga di dalam Islam disebut sebagai dzawil qurba. Mereka ini bahkan dapat menjadi penerima zakat, jika keadaan ekonominya memang memungkinkan untuk menjadi bagian dari asnaf di dalam penerima zakat.

Kedua, di antara tujuan kita berkumpul dan silaturrahmi ini bukan sekedar ketemu fisik belaka. Bukan hanya sekedar tatap muka. Saling bertemu. Tetapi harus ada yang lebih spesifik dan unggul. Oleh karena itu silaturrahmi keluarga harus diisi dengan pemberian kasih sayang kepada para ahli kubur, leluhur kita. Mereka yang di alam barzakh harus diberikan kebahagiaan dengan cara yang paling mungkin kita lakukan, yaitu berkirim doa dan membacakan tahlil atau bacaan kalimat thayyibah kepada mereka semua.

Saya membayangkan bahwa para leluhur kita akan bahagia melihat atau mendengarkan bacaan kalimat thayibah dari anak cucunya. Mereka tidak lagi membutuhkan kiriman benda material, mereka tidak memerlukan jabatan kita, mereka tidak mengendaki kekayaan kita, tetapi yang dibutuhkan adalah doa dan bacaan kalimat thayyibah kita semua. Selama bulan puasa mereka menjadi arwah yang senang dan bahagia.

Di dalam acara ini, maka pertama saya bacakan surat Al Fatihan kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, para isteri, anak-anak dan cucu-cucunya serta sahabat-sahabatnya. Lalu  saya bacakan Surat Al Fatihah kepada leluhur kita semua dari Emak, Bapak, Kakek, nenek, dan kerabat kita yang sudah wafat. Dan yang juga penting adalah bacaan Surat Al Fatihah untuk kepentingan atau kebutuhan kita.

Ketiga, kita harus meyakini bahwa dengan bacaan Surat Al Fatihah, bacaan tahlil dan doa yang kita washilahkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, maka doa kita akan dikenali oleh teknologi tinggi milik Allah SWT. Sebagai Dzat yang tidak terhingga, maka dipastikan bahwa Allah akan mengenali doa-doa kita. Berapapun banyak doa yang dilantunkan oleh makhluk yang terhingga, maka Allah sebagai Dzat Yang Tidak Terhingga pasti akan menjawabnya. Apakah jawabannya langsung atau tidak langsung itu tentu haknya Allah SWT.

Jadi ada dua matra di dalam doa  itu. Doa dan bacaan tahlil itu akan diganjar dengan pahala oleh Allah untuk siapa yang membacanya. Kemudian doa dan bacaan tahlil itu juga pahalanya akan dapat diterima oleh para leluhur kita yang secara sadar dan Ikhlas melakukannya. Agama itu dunia keyakinan. Maka kita harus yakin bahwa Allah akan menerima doa dan bacaan tahlil kita yang dilakukan dengan hati yang bening.

Kita harus berhusnudh dhan kepada Allah. Dengan sepenuh keyakinan kita melakukan kebaikan untuk para leluhur. Jangan hiraukan ada sekelompok orang yang tidak menyukai dan bahkan mengharamkan apa yang kita lakukan. Kita percaya saja bahwa Allah Maha Baik, dan yakin Allah akan memberikan kebaikan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

MENDAMBA SURGA, PANTASKAH?

MENDAMBA SURGA, PANTASKAH?

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sering kali kita berdoa kepada Allah dengan ungkapan: “Allahumma inna nas aluka Ridhaka wal Jannah wa na’udzu bika min sakhawatika minan nar”. Yang artinya kurang lebih: “Ya Allah sesungguhnya kami memohon  kepada-Mu keridlaan dan surga dan memohon kepada-Mu hindarkan kami dari api neraka”. Doa yang sering kita baca setelah shalat rawatib dan kemudian menjadi kebiasaan kita setiap hari.

Lalu terkadang kita bertanya, pantaskah kita memohon surganya Allah di tengah banyaknya kesalahan, kekhilafan dan bahkan dosa?  Maka, ada dua jawaban, yaitu:

Pertama,  Jawaban teologis. Jawaban teologis ini memberikan gambaran bahwa Allah SWT memang menghendaki agar manusia berdoa kepada-Nya. Bahkan dimintanya untuk berdoa langsung kepada-Nya. “Ud’uni astajib lakum” yang artinya kurang lebih: “bermohonlah kepada-Ku, maka aku akan mengabulkannya untukmu”. Indahnya kalimat Allah ini. Suatu kalimat yang memberikan gambaran kepada umat manusia, betapa Allah akan mendengarkan dan mengabulkan doa-doa yang dilantunkan hambanya. Bagaimana Allah akan mendengarkan dan mengabulkan doa yang jumlahnya mungkin milyaran dari hamba-hambanya? Jika dihitung secara matematik, maka ada sebanyak satu milyard umat Islam, jika sehari berdoa lima kali setiap selesai shalat, maka akan terdapat doa sebanyak lima  milyar doa. Padahal permohonannya itu macam-macam. Tentu crowed sekali.

Bagi kita,  ingatlah bahwa Allah itu Dzat Yang Tidak Terhingga, sehingga betapapun  banyaknya yang terhingga atau dapat dikalkulasi dipastikan bahwa Allah memahaminya. Memahami tata surya yang kompleks saja Allah pasti bisa,  apalagi hanya doa yang jumlahnya bisa dikalkulasi. Tuhan itu Maha Tahu dan Maha Kuasa. Di dalam Bahasa sosiologis disebut sebagai Omni science dan Omni Potence. Keteraturan tata surya, yang beredar sesuai garis edarnya, pergantian siang dan malam yang teratur, perputaran bumi atas matahari yang sangat teratur, maka dipastikan bahwa ada Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu tersebut. Allah sudah menjelaskannya di dalam Alqur’an tentang hal ini.

Begitu banyaknya Allah mengajari hambanya untuk berdoa. Misalnya melalui doa-doa yang dibaca oleh Nabi dan Rasul-Nya. Ada doa Nabi Adam, ada doa Nabi Nuh, ada doa Nabi Yunus, ada doa Nabi Hud, ada Doa Nabi Yunus, ada doa Nabi Ibrahim, ada doa Nabi Ismail, ada doa Nabi Ishaq, ada doa Nabi Musa, ada doa Nabi Dawud, ada doa Nabi Sulaiman, ada doa Nabi Isa, dan ada doa Nabi Muhammad SAW. Semuanya terekam di dalam Alqur’an. Salah satu doa Nabi Adam kala diturunkan ke bumi, maka doa itulah yang dibaca. Dipastikan Nabi Adam tidak berdosa. Nabi Adam khilaf dan kemudian harus diturunkan ke bumi dengan Hawwa, dalam kerangka untuk memakmurkan muka bumi dan menyambungkan keturunannya di muka bumi.

Kedua,  alasan sosiologis. Manusia memiliki kesadaran atas mana tindakan yang benar dan yang salah. Tidak bisa diingkari bahwa hati manusia memiliki kemampuan untuk menyatakan mana yang benar dan mana yang salah. Hati merupakan pusat kesadaran. Lalu, dari kesadaran individul kemudian menjadi kesadaran komunal atau kesadaran social. Sumber utama kesadaran komunal dan kesadaran social adalah norma social atau norma agama atau norma social berbasis agama. Itulah sebabnya agama merupakan pedoman untuk menginterpretasikan perilaku manusia.  Untuk menemukan mana tindakan yang salah dan benar.

Adakah manusia yang menyatakan bahwa mencuri, membunuh, menggarong uang, merusak barang milik orang lain adalah kebenaran. Ajaran agama apapun dipastikan tidak akan menyatakan sebagai kebenaran. Akan tetapi kejujuran, keadilan, tanggungjawab, kebersamaan, kesetiakawanan yang serba baik adalah kebaikan. Tidak ada yang meragukannya. Ada kebaikan umum dan ada kebaikan khusus. Kebaikan umum terkait dengan perilaku komunal atau masyarakat yang berbasis kebaikan, dan ada kebaikan khusus orang perorang yang juga berbasis pada nilai-nilai yang dianggap kebenaran.

Dari dimensi social seperti ini, maka sesungguhnya manusia memiliki potensi untuk berdoa atau permohonan. Di dalam hukum duniawi, maka seseorang yang bersalah juga akan menerima hukuman dan berkat doa atau dukungan yang didapatkannya,  maka kemudian bisa dikurangi hukumannya. Jadi hakikatnya, setiap manusia memiliki potensi social untuk memohon atau berdoa atas kesalahan dan kekhilafan. Kesadaran seperti ini bisa difasilitasi oleh ajaran agama atau norma social yang dijadikan sebagai pedomannya.

Dalam relasi social, permohonan ampunan atau maaf juga diberlakukan. Tradisi dalam kehidupan social meniscayakan keberadaannya. Seorang anak meminta ampun pada orang tuanya. Seorang murid memohon ampun pada gurunya, seorang pejabat memohon ampun kepada atasannya. Ini merupakan tradisi yang dipelihara secara turun menurun. Lintas generasi. Diajarkan lewat proses enkulturasi dari generasi ke generasi.

Permohonan atau doa kepada Tuhan untuk memperoleh surga merupakan hal yang sangat wajar, sebab tidak hanya diajarkan oleh agama apapun dan manapun, akan tetapi juga memiliki basis social di dalam kehidupan masyarakat. Surga tentu ada di dalam ajaran setiap agama, dan Islam juga mengajarkan tentang surga sebagai tempat segala kebahagiaan.

Oleh karena itu, marilah kita lantunkan doa kepada Allah SWT dengan keikhlasan, kesabaran, kesyukuran dan penuh keimanan dan ketaqwaan, dan insyaallah Tuhan akan mengabulkan permohonan tertinggi kita.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

NIKMATNYA BISA BERIBADAH

NIKMATNYA BISA BERIBADAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya bersyukur karena bisa hadir kembali di Desa Sembungrejo Kecamatan Merakurak, Tuban dalam rangka untuk acara silaturahmi. Saya memang harus datang di desa ini sebab harus menjenguk Emak saya yang masih hidup. Meminta maaf dan sekaligus menyenangkan hatinya. Hanya saja saya memang agak terlambat hadir. Soalnya sederhana saja, sebab di tempat kelahiran saya sedang terdapat demam berdarah (DB) dan cukup banyak anak-anak yang terinfeksi nyamuk aides agipti tersebut.

Itulah sebabnya keberangkatan saya, anak-anak dan cucu agak sedikit mundur. Biasanya pada hari pertama hari raya atau bahkan sebelumnya, maka untuk idul fitri 1446 H atau 2025 terpaksa mundur sehari. Melakukan sterilisasi rumah dari nyamuk dengan menggunakan obat semprot nyamuk. Seluruh dalam rumah dan luarnya disemprot memakai obat nyamuk. Yang penting berusaha sebab Allah menyukai orang yang berusaha. Syukurlah semua teratasi. Hanya saja tidak bisa memperpanjang waktu di desa, biasanya sepekan, maka untuk tahun ini hanya rencananya  dua hari saja.

Meskipun demikian, saya masih menyempatkan diri untuk memberikan sedikit ceramah agama pada jamaah shalat shubuh di Mushalla Ruadlatul Jannah di depan rumah saya, di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Kecamatan Merakurak, Tuban. Jamaah lelaki dan perempuan tidak banyak akan tetapi ada konsistensi di dalam melakukan shalat jamaah. Nyaris setiap hari mereka melakukan shalat subuh berjamaah. Ada tiga hal yang saya sampaikan, yaitu:

Pertama, kita bersyukur kepada Allah karena masih hidup. Batuk-batuk sedikit tidak apa-apa. Itu tandanya masih hidup. Dengan masih hidup, maka kita dapat melakukan shalat, berdzikir, dan masih bisa bersilaturahmi dengan sesama. Masih bisa menikmati kebersamaan dengan keluarga. Masih bisa meminta ampun kepada Allah atas semua dosa yang kita lakukan. Kita dapat melaksanakan puasa sebulan penuh. Tahun ini sebulan itu sama dengan 30 hari. Kadangkala sebulan itu hanya 29 hari. Kita dapat membaca Alqur’an setiap hari. Dan jangan lupa kita membaca Alqur’an tidak hanya untuk diri kita tetapi juga untuk arwah leluhur kita. Bapak, Ibu, saudara, kakek,  nenek, dan bahkan untuk umat Islam seluruhnya.

Itulah sebabnya saya sering berimajinasi bahwa para leluhur kita sangat berbahagia. Bahkan mereka selalu berharap datangnya bulan puasa. Pada bulan ini, maka kebanyakan umat Islam membaca surat Al Fatihah, membaca Surat Yasin, membaca Surat Al Waqi’ah yang juga ditujukan kepadanya. Inilah bulan kebahagiaan bagi para luluhur kita. Bulan yang penuh dengan Rahmat, ampunan dan dijauhkan dari api neraka.

Kedua, kita bersyukur karena bisa beribadah secara rutin. Bayangkan di sekeliling kita ada banyak orang yang tidak melakukan ibadah, khususnya shalat saja. Apalagi melakukan dzikir kepada Allah. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad dan membayar zakat, shadaqah, infaq dan seterusnya tidak dilakukannya. Mereka orang Islam yang pernah membaca syahadat. Paling tidak sewaktu menikah. Tetapi mereka tidak memahami apa yang dibacanya. Tidak tahu apa implikasi dari bacaan syahadatnya.

Kita sungguh bersyukur sebab sudah membaca syahadat, lalu kita mengamalkan ajaran Islam. Shalat sudah kita lakukan bahkan dengan shalat berjamaah. Shalat shubuh secara berjamaah ini luar biasa pahalanya. Apalagi kalau kita dapat melakukan  shalat malam. Bisa berdoa di sepertiga malam. Insyaallah kita akan menjadi hambanya Allah yang memperoleh rahmatnya kelak di alam mahsyar. Fi yaumil ma’ad.

Marilah kita Yakini bahwa yang kita lakukan itu dipastikan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Tidak ada yang sia-sia atas amal baik yang kita lakukan. Semua amal baik sebesar biji dzarrah pun akan dicatat dalam rapor kehidupan kita. Oleh karena itu, mari kita berlomba untuk mengisi rapor kehidupan dengan amal-amal kebaikan secara sungguh-sungguh dan tidak sedikitpun keraguan di dalamnya.

Ketiga, bulan puasa merupakan bulan yang penuh Rahmat. Tidak hanya untuk yang hidup tetapi juga untuk yang sudah wafat. Bulan puasa itu juga dirindukan oleh para arwah leluhur kita. Hal ini karena pada bulan puasa itu kita meningkatkan amal ibadah, yang berupa doa, bacaan Alqur’an, bacaan tahlil, tahmid, dan shalawat yang biasanya kita tujukan kepada arwah para leluhur. Mereka merasakan manfaat lafadz-lafadz kalimat tayyibah dimaksud.

Jangan pernah ragu untuk mendoakan leluhur kita yang sudah mendahului kita. Yakinlah bahwa Allah akan menyampaikan amalan baik tersebut kepadanya. Betapa bahagianya leluhur kita yang merasakan hadirnya pahala dari anak cucunya. Sebagai anak cucunya, kita harus merasa berkewajiban untuk menjaga kebahagiaan leluhur. Dan salah satu cara yang murah adalah dengan membaca kalimat thayyibah. Bukan dilakukan selamatan besar-besaran, apalagi yang hadir tidak Ikhlas karena tidak diberikan sarung atau diberi bisyarah yang besar.

Kita anak cucunya yang berkewajiban untuk membahagiakannya. Bapak saya, embah saya, buyut saya, canggah saya dan bahkan guru-guru saya insyaallah saya bacakan kalimat thayyibah. Dan demikian pula leluhur kita semua. Mari kita berlomba, fastabiqul khairah, untuk membahagiakan leluhur kita.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

BERSEDEKAH DAN BERINFAQ TIDAK ADA RUGINYA

BERSEDEKAH DAN BERINFAQ TIDAK ADA RUGINYA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya mendapatkan giliran untuk memberikan taushiyah Ramadhan pada saat tarawih hari akhir atau malam ke 30. Tahun ini saya memang diberi kesempatan ceramah pada tanggal akhir ramadlan, sebab saya memang baru pulang ke Tuban pada hari Raya idul fitri atau H1. Semua berangkat ke Tuban pada saat hari pertama Hari Raya fitrah. Saya berceramah di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, 29/03/2025.

Ada tiga hal yang saya sampaikan, yaitu: pertama, kita sudah berpuasa selama 29 hari dan besuk adalah puasa kita untuk hari ke 30. Artinya lusa kita akan berhari raya idul fitri. Tanggal 1 Syawal menandai berakhirnya puasa dan kita akan Kembali dalam kehidupan sebagaimana 11 bulan sebelumnya. Tetapi yang penting bahwa kita sudah melakukan puasa dan doa yang selalu kta lantunkan adalah semoga kita mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Dan kita menjadi hamba Allah yang bertaqwa kepada-Nya. Tentu tidak berlebihan jika kita mengharap Rahmat, maghfirah dari Allah SWT dan kemudian dihindarkan dari api neraka. Sebuah kebahagiaan yang sangat luar biasa jika kita bisa mendapatkannya.

Pada sepertiga terakhir bulan Ramadlan Allah menurunkan rahmatnya berupa akan menghindarkan manusia dari api neraka atau itqun minan nar.  Hari-hari ini kita berada di ruang Allah akan memberikan rahmatnya dimaksud. Harapan kita semua semoga puasa yang kita lakukan akan menjadi instrument bagi Allah SWT untuk memberikan Rahmat, memberikan ampunan dan menjadikan kita sebagai bagian dari kelompok yang dihindarkan dari api neraka.

Kedua, kita sudah menjadi hamba Allah yang beriman, dan tidak sedikitpun pikiran dan hati kita untuk tidak beriman kepada-Nya. Seluruh jiwa, raga dan roh kita sudah mengakuinya. Dan kita juga sudah menjalankan rukun Islam. Semua sudah bersyahadat atau menyaksikan dengan jasad, jiwa dan Roh kita kepada keesaan Allah dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah dan tidak ada utusan Allah pada masa sesudahnya. La nabiyya ba’dahu.

Kita sudah melakukan shalat apalagi pada bulan Ramadlan, maka kita tidak hanya melakukan shalat yang wajib dan rawatib, akan tetapi juga Ibadah-ibadah sunnah lainnya. Seperti I’tikaf, berdzikir, bersedekah dan sebagainya. Bulan ini rasanya amal ibadah kita semakin berkualitas dan berkuantitas. Makin baik dan makin banyak. Kesadaran untuk beribadah tersebut dipicu oleh harapan bahwa ibadah di bulan puasa akan ditingkatkan pahalanya berlipat-lipat. 700 sampai 1000 kali pahalanya. Shalat sudah dilakukan, puasa sudah dilakukan, maka gilirannya adalah mengamalkan zakat. islam merupakan agama yang sedemikian kental dengan ajaran zakat, infaq dan sedekah serta wakaf.

Zakat sudah jelas, sebab ada zakat fitrah, yang harus ditunaikan maksimal sebelum shalat idul fitri. jadi hari-hari ini tentu harus mengeluarkan zakat, terutama zakat fitrah. Jika ASN, maka zakat professional sudah dipotong pada setiap bulan. Sudah  ada ijin dari pimpinan. Pimpinan birokrasi sudah meniginstruksikan agar semua pegawai memberikan zakatnya. Ada zakat mal, ada zakat perdagangan dan ada zakat fitrah. Semua ini dapat dijadikan sebagai instrument ketaatan kepada Allah. Artinya jika sudah berzakat berarti sudah patuh pada Allah SWT tentang pengamalan zakat dimaksud. Untuk zakat fitrah harus diberikan sebelum pelaksanaan shalat idul fitri. Jika tidak maka pahala amal puasa akan menggantung di antara langit dan bumi.

Antara infaq dan sedekat memang ada bedanya. Infaq berarti pemberian Sebagian harta untuk hal-hal yang bersifat umum, misalnya untuk masjid, Lembaga Pendidikan, sarana keagamaan dan bahkan juga untuk Pembangunan lainnya. Misalnya jika kita urunan untuk RT, jangan anggap atau diniatkan sebagai iuran bulanan tetapi niatkan sebagai infaq untuk kepentingan Masyarakat melalui RT. Di masjid-masjid ada kotak disebut sebagai kotak amal infaq. Infaq ke masjid.

Sedekah merupakan pemberian Sebagian harta untuk kepentingan khusus, kepentingan kemanusiaan.  Jadi kalau sedekat untuk manusia misalnya untuk pengembangan SDM, contohnya untuk faqir, miskin, pelajar, mahasiswa atau untuk Pendidikan bagi kaum dhuafa’. Sedangkan wakaf adalah pemberian Sebagian harta baik harta bergerak atau harta tidak bergerak. Di masa lalu wakaf hanya dikaitkan dengan tidak bergerak akan tetapi sekarang ada wakaf uang. Jika kita  tidak memiliki wakaf dalam bentuk harta tidak bergerak, maka kita dapat berwakaf uang dimaksud.

Ketiga, kita sungguh bersyukur karena sumbangan umat Islam terhadap ranking yang diberikan oleh World Giving Index (WGI) sangat kentara. WGI menggunakan tiga indicator untuk menentukan sebuah negara dengan pilantropi terbaik, yaitu sumbangan dalam uang dan hal-hal lainnya, pemberian bantuan untuk orang asing dan bantuan kemanusiaan. Indonesia sudah menjadi negara dengan pilantropi terbaik enam kali berturut-turut. Dari sini kelihatan bahwa zakat, infaq, sedekah dan wakaf dapat menjadi instrument terbaik bagi perolehan terbaik dalam pilantropi dunia.

Yakinilah bahwa sedekah, Infaq, zakat itu sangat bermanfaat bagi diri, masyarakat dan umat Islam. Allah akan memberikan balasan yang setimpal di dunia dan akherat. Banyak orang yang memiliki pengalaman bagaimana Allah membalas amal ibadah tersebut di dunia. Jangan juga dianggap bahwa zakat mesti pemberian  harus uang atau barang, sebab memberi senyuman kepada orang lain, mengambil paku atau kayu di tengah jalan yang mengganggu perjalanan orang juga sudah ibadah. Dan Allah menjamin, shadaqah dapat menghindarkan diri dari bala’.

Oleh karena itu janganlah ragu untuk melakukannya. Yakinilah bahwa Allah akan memberikan balasan atas apa yang kita lakukan. Jangan ragu-ragu untuk berzakat, bersedekah, berinfaq dan berwakaf. Pahala pasti akan kita terima. Hanya terkadang kita  ragu-ragu, sehingga menghambat atas perolehan pahala yang seharusnya diterima.

Wallahu ‘lam bi al shawab.

 

KEAJAIBAN DALAM KEHIDUPAN, ADAKAH?

KEAJAIBAN DALAM KEHIDUPAN, ADAKAH?

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya akan mengulas ceramah Ustadz Sahid Sumitro, MM, MSI., trainer pengembangan SDM, yang sudah memiliki jam terbang  sangat tinggi. Sering Ustadz Sahid memberikan pelatihan dalam birokrasi pemerintahan dan juga perusahaan, serta Lembaga-lembaga non Pemerintah. Kali ini yang dibicarakan adalah mengenai keajaiban di dalam kehidupan manusia, dan ternyata keajaiban tersebut nyata adanya. Ceramah ini diselenggarakan di Masjid Al Ihsan Lotus Regency Ketintang Surabaya, 28/03/2025.

Ceramahnya dimulai dengan sebuah pertanyaan, “kita sudah berpuasa selama 27 hari, lalu apakah ada perubahan di dalam kehidupan kita. Jika tidak,  maka berarti kehidupan kita itu biasa-biasa saja. Tidak ada yang luar biasa”. Sebuah pertanyaan yang tampaknya biasa saja, akan tetapi jika dirasakan sesungguhnya luar biasa. Memang sudah nyaris sebulan kita berpuasa, dan jika tidak ada perubahan sebagaimana tujuan berpuasa, maka berarti puasa kita itu tidak mencapai target yang luar biasa.

Ada tiga hal yang disampaikan oleh Pak Sahid, yaitu: pertama,  tentang keajaiban di dalam Alqur’an sudah banyak yang menyampaikannya, misalnya tentang Sarah Istri Nabi Ibrahim AS, yang usianya sudah tua dan kemudian hamil. Sesuatu yang tidak biasa. Sarah heran kala disampaikan berita akan kehamilannya, sebab usianya sudah bukan lagi wanita subur, akan tetapi sudah tidak memungkinkan untuk hamil. Namun ternyata hamil dan melahirkan anak lelaki yang  kelak akan menjadi seorang Nabi yang dinamai Nabi Ishaq. Nabi Ishaq kelak akan melahirkan Nabi-Nabi terkenal seperti Nabi Musa, Nabi Isa yang kemudian melahirkan agama-agama Semitis.

Kemudian juga kejaiban tentang tujuh pemuda yang di dalam Alqur’an dikenal sebagai Ashabul Kahfi. Mereka ditidurkan Allah di dalam Goa selama 350 tahun, dan kemudian dihidupkan kembali. Kala bangun mereka menyatakan bahwa baru saja tertidur. Alangkah terkejutnya bahwa uang yang dimilikinya sudah tidak dikenal lagi karena sudah menjadi mata uang masa lalu. Dan masih banyak lagi, misalnya Dawud yang mengalahkan Jalut, raksasa tinggi besar, hanya dengan ketapel. Nabi Dawud AS memperoleh kejaiban dari Allah untuk mengalahkan Jalut, raja yang dhalim. Dan masih banyak lagi.

Kedua, ada seorang pakar dalam kajian studi keajaiban atau miracles di dalam kehidupan. Temuan yang dibagikan di dalam berbagai pelatihan tersebut mengungkapkan kenapa banyak orang yang tidak bahagia. Orang yang kesepian di tengah keramaian. Orang yang jiwanya kering kerontang di dalam dunia ramai kehidupan. Orang yang kecewa di dalam kehidupan padahal kekayaannya luar biasa dan seterusnya. Di dalam teorinya disampaikan bahwa kehidupan manusia itu dipisahkan dengan garis demarkasi yang tegas, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Semakin ke atas posisi kehidupannya, jiwanya, maka semakin bahagia dan semakin ke bawah kehidupannya, jiwanya,  akan semakin sengsara.

Di dalam bagian atas berisi hal-hal yang positif dan yang bagian bawah berisi hal-hal yang negative. Yang bagian atas dan bernuansa positif tersebut adalah jiwa yang berisi ketenangan, kedamaian, penuh harapan, tidak ada ketakutan, tidak ada tekanan, tidak ada rasa menderita, senang, penuh kegembiraan, penuh persahabatan, penuh kecintaan dan semua yang serba baik atau positif.

Di dalam bagian bawah, ada jiwa yang serba negative. Ada ketidaktenangan, ketiadaan kedamaian, tidak ada harapan, putus asa, ketakutan bahkan berlebihan, selalu merasa di dalam tekanan, terus menderita, tidak ada kesenangan, penuh penderitaan, penuh kesulitan, tidak ada persahabatan, tidak ada rasa cinta, semuanya serba kesulitan dan negative. Hidup yang berada di dalam ketidaknyamanan atau insecure.

Maka orang perlu mengubah suasana kehidupan dari negative menjadi positif. Orang harus menata kehidupannya agar berada di level atas dan bukan level bawah. Usahakan agar hidup berada di dalam zona nyaman. Perasaan atau jiwa kita harus berubah berada di dalam sisi positif. Jangan simpan perasaan dan jiwa yang negative di dalam hidup. Hilangkan ketakutan dan Ganti dengan keberanian. Ganti perasaan insecure ke dalam perasaan yang nyaman. Ganti jiwa yang gelisah ke dalam jiwa yang tenang. Kembalikan semuanya kepada “kepasrahan” atau surrender. Kita kembali kepada keyakinan bahwa semua sudah ada ketentuannya. Jangan melawan ketentuan Tuhan. Tawakkal kepada Tuhan adalah kunci pertama untuk memadamkan jiwa yang berisi hal-hal negative.

Ketiga,  selain tawakkal maka kata kunci berikutnya adalah syukur. Bangun tidur Syukur, mau tidur Syukur. Bangun tidur bersyukur karena kita masih hidup, sehingga masih bisa melakukan banyak hal yang positif di dalam kehidupan. Betapa banyak keajaiban yang telah diberikan Allah kepada kita semua.  Kita tidak bisa menghitungnya. Melalui syukur, maka kehidupan akan menjadi lebih nyaman, karena semuanya disandarkan kepada yang membuat hidup, yaitu Allah SWT.

Kebanyakan doa kita terasa tidak dikabulkan oleh Allah karena kita berada di dalam zona kehidupan tanpa tawakkal dan tanpa kesyukuran. Hidup kita penuh dengan jiwa atau hati yang tidak nyaman, tidak tenang, berasa di dalam ketakutan, berasa di dalam kehidupan yang penuh dengan kemarahan, dan putus asa. Inilah yang menyebabkan doa kita tertahan di antara langit dan bumi. Kala doa dilantunkan sebenarnya sudah naik ke atas,  tetapi tertahan karena jiwa dan hati kita yang tidak berpikir positif, sehingga turun lagi ke bawah.

Oleh itu jika kita ingin doa kita diijabah oleh Allah, maka satu syaratnya agar berpikir positif dan buang jauh-jauh pikiran, perasaan dan hati yang negative. Apakah kita bisa? Pasti bisa. If  you think you can,  you really can.

Wallahu a’lam bi al shawab.