• February 2025
    M T W T F S S
    « Jan    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    2425262728  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BERDZIKIR DALAM ISLAM

BERDZIKIR DALAM ISLAM

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Di dalam Alqur’an sebagaimana pedoman utama dalam ajaran Islam ada banyak ungkapan yang menunjukkan tentang keutamaan dzikir. Di dalam konteks ini, dzikir diartikan sebagai upaya untuk membaca kalimat thayyibah sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan diteruskan oleh para ulama sebagai pewaris para Nabi. Ada banyak jenis ucapan di dalam kalimat thayyibah, misalnya la ilaha Illallah, Allahu Akbar, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad, Ya hayyu Ya Qayyum, Ya Lathif, Ya Jalal Ya Qahhar, Ya Rahman Ya Rahim dan sebagainya.

Dzikir secara bahasa berarti mengingat. Dari akar kata dzakara atau mengingat. Makanya berdzikir kepada Allah berarti mengingat akan keberadaan Allah. Berdzikir itu tidak sama dengan berpikir. Artinya bahwa jika berpikir menggunakan kemampuan otak atau akal atau rational intelligent, maka berdzikir itu ada kaitannya dengan perasaan, hati atau qalbun. Makanya sumber dzikir adalah hati. Kata mengingat itu sudah melampau proses kesadaran. Berdzikir itu memanggil kembali atas hal-hal yang pernah diketahui atau dipahami dan sudah bersemayam di dalam gudang inderawi atau sensory storage, lalu pada suatu saat dipanggil kembali.  Di dalam sensory storage itu  terdapat jutaan konsep atau kata atau relasi antar konsep, kata, fakta dan realitas yang saling terhubung secara sistemik.

Dari perluasan makna, maka kata tadzakkarun juga dimaknai mengambil pelajaran. Kata mengambil pelajaran memiliki keterkaitan dengan mengingat. Mengambil  pelajaran berarti atas sesuatu yang sudah dipahaminya atau diketahuinya. Dengan memahami dan mengetahui maka akan dapat mengambil pelajaran. Orang bisa mengambil pelajaran jika yang bersangkutan menyadari atas apa yang menjadi kesadarannya.

Di dalam surat An Nahl ayat 17 dijelaskan: ”afamay yakhluqu kamal la yakhliqu afala tadzakkarun”, yang artinya: “Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa), maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.” Ayat ini sesungguhnya merupakan cara Allah untuk mengingatkan kepada kaum musyrik tentang perilaku mereka dalam menyembah berhala. Mereka yang menciptakan berhala dan kemudian disembahnya. Di sini Allah mengajarkan bahwa yang seharusnya disembah adalah Dzat yang Maha Pencipta, bukan benda-benda yang tidak dapat menciptakan apa-apa.

Dengan menggunakan logika, maka tidak mungkin manusia menyembah berhala yang diciptakannya. Mestinya berhala yang menyembah manusia yang menciptakannya. Jika diperdalam, maka manusia tidak jadi atau eksis dengan sendirinya, alam juga tidak terjadi dengan sendirinya, alam yang teratur dalam perjalanannya dipastikan ada Dzat yang Maha Kuasa untuk menciptakannya. Ada creator yang Maha Tahu dan Maha Kuasa untuk menciptakan keteraturan alam. Kecanggihan  penciptaan manusia dan kecanggihan dalam menjaga bagaimana agar alam berjalan sesuai dengan kodratnya merupakan obyek yang diciptakan oleh subyek yang hebat tak tertandingi. Tidak mungkin keteraturan terjadi dengan tiba-tiba tanpa ada yang menciptakannya. Ada kebenaran dari hipotesis tentang “The Supreme Being” atau “agen utama penciptaan alam” atau “ada akal sempurna sebagai pencipta alam semesta”.

Di dalam ayat di atas dijelaskan bahwa tidak sama antara yang dicipta dan mencipta.  Di dalam berbagai cerita tentang kenabian, maka dapat dipahami bahwa pada saat manusia berada di dalam masa yang jauh dari Nabi sebagai penyebar ajaran agama, maka manusia lalu membuat kreasi untuk menciptakan berhala-berhala yang disembahnya. Mereka menyatakan bahwa berhala adalah lambang atau symbol Tuhan. Mereka menyembah simbolnya dan bukan menyembah atas hakikat Tuhannya. Bagi mereka berhala adalah lambang Tuhan di dunia, sehingga mereka menyembahnya. Berhala dibuat oleh ahlinya, dan kemudian ditempatkan di suatu tempat yang dianggap sacral lalu disembahnya.

Fir’aun menciptakan patung dirinya untuk disembah oleh masyarakatnya. Fir’aun adalah Tuhan dan patungnya adalah simbolnya. Sama dengan Namrudz yang mengaku dirinya Tuhan, dan kemudian ahli patung diminta untuk membuat patungnya dan masyarakat dipaksa menyembahnya. Di dalam cerita tentang Nabi Ibrahim, maka ada patung besar dan patung-patung kecil, semua ditempatkan di tempat yang dianggap suci dan kemudian mereka melakukan upacara keagamaan di tempat tersebut. Kala patung yang kecil dirusak oleh Nabi  Ibrahim AS, maka Ibrahim AS menyatakan bahwa yang merusak patung kecil adalah patung yang besar, maka mereka beranggapan bahwa patung tidak dapat merusak lainnya. Jadi, sesungguhnya mereka paham dan mengerti bahwa patung tidak dapat melakukan apapun. Akan tetapi karena doktrin yang dipaksakan atas masyarakat maka mereka melakukannya.

Afala tadzakkarun sesungguhnya merupakan teguran Allah kepada manusia agar bisa memahami dan belajar atas berbagai realitas social yang ada di sekelilingnya. Ayat ini secara spesifik memberikan pemahaman kepada manusia agar bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Antara yang rasional dan tidak rasional. Antara yang haq dan bathil. Manusia dengan akal dan rasio yang dimilikinya selayaknya bisa membedakannya. Dari pembelajaran atas akal tersebut maka akhirnya dapat dijadikan sebagai pencerahan batin. Dari pencerahan pikiran ke pencerahan batin. Sebuah system yang diciptakan oleh Tuhan hanya untuk manusia dan bukan untuk makhluk lainnya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

BERPIKIR DALAM ALQUR’AN

BERPIKIR DALAM ALQUR’AN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Alqur’an sebagai teks suci memberikan gambaran tentang bagaimana pentingnya untuk membaca. Hal tersebut tercantum di dalam wahyu pertama yang diberikan Allah melalui Malaikat Jibril. Pada waktu Nabi Muhammad melakukan semedi atau kontemplasi di Gua Hira’ selama 40 hari, maka pada hari ke 40, Beliau didatangi Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu Allah SWT.

Di dalam keadaan ketakutan, Nabi Muhammad diminta untuk membaca, maka Nabi Muhammad menyatakan: “ma ana biqariin”, Muhammad menjawab: “saya tidak dapat membaca”. Lalu dituntun oleh Malaikat Jibril untuk mengikutinya, sebagaimana di dalam Alqur’an Surat Al Alaq, 1-5,  yaitu:  Iqra’ bismi rabbikal ladzi khalaq, khalaqal insana min ‘alaq, iqra’ warabbukal akramul ladzi ‘allama bil qalam. ‘allamal insana malam ya’lam”.  Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dan telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Inilah yang menjadi wahyu pertama di dalam  Islam. Nabi Muhammad kemudian pulang ke rumah dalam keadaan menggigil.  Kala sampai di rumah, Nabi Muhammad minta diselimuti oleh istrinya, Khadijah. Nabi Muhammad menikah pada usia 25 tahun, sementara Khadijah usia 40 tahun. Nabi Muhammad memperoleh wahyu pertama pada usia 40 tahun. Nabi Muhammad memperoleh wahyu di kala usianya secara psikhologis dan fisiknya sudah matang. Usia dewasa secara psikhologis dan fisikal pada usia 40 tahun. Di dalam pepatah Bahasa Indonesia dinyatakan hidup dimulai usia 40 tahun.

Nabi Muhammad diselimuti oleh Istri tercintanya di rumahnya. Ada perasaan takut di dalam dirinya yang menyebabkan tubuhnya menggigil. Tetapi kemudian justru Malaikat Jibril datang lagi dan menyampaikan wahyu agar Nabi Muhammad bangun sebagaimana tercantum di dalam Surat Al Mudatstir, ayat 1-3 yang berbunyi: “Ya ayyuhal muddatsir, qum faandzir, wa rabbaka fakabbir”. Sekali lagi Khadijah menenangkan Muhammad dan memperkuat batinnya bahwa yang diterimanya dari Allah SWT.

Apa yang dialami Nabi Muhammad merupakan bukti kebenaran sebagaimana yang diceritakan oleh Waraqah, pendeta Nasrani, paman Khadijah, yang menyatakan bahwa tanda-tenda kenabian itu ada pada diri Muhammad. Ayat tersebut menegaskan agar Muhammad jangan takut, sebab apa yang disampaikan oleh Malaikat Jibril adalah kebenaran, wahyu yang datang dari Tuhan, Allah SWT. Melalui wahyu ini menegaskan bahwa Muhammad telah terpilih menjadi Nabi akhir zaman, Nabi penutup, khatamul ambiya, wal mursalin”.

Ayat pertama sebagai wahyu Tuhan tersebut yang mengindikasikan bahwa Islam adalah agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan. Agama yang mengedepankan rasio atau  pikiran dan juga mengedepankan rasa atau emosi dan spiritual. Islam tidak hanya kumpulan dogma yang harus diyakini dan ditaati, akan tetapi juga kumpulan pengetahuan yang rasional. Islam begitu menghargai orang yang berilmu. Orang yang memiliki kecerdasan rasional, kecerdasan emosional, kecerdasan social dan kecerdasan spiritual.

Betapa banyak ayat Alqur’an yang diakhiri dengan pernyataan: “afala ta’qilun atau afala tatafakkarun”. Di dalam Surat Albaqarah, ayat 44 dinyatakan: “mengapa kamu menyuruh orang lain untuk (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab Suci (Taurat), tidakkah kamu mengerti”. Di dalam Alqur’an terdapat sebanyak 13 ayat yang dinyatakan dengan afala ta’qilun. (NU Online, https://islam.nu.or.id diunduh 19/07/24). Ayat tersebut adalah Surat Albaqarah 44, Surat Albaqarah 76, Surat Al Imran 65, Aurat Al An’am 32, Surat Al A’raf 169, Surat Yunus 16, Surat Hud 51, Surat Yusuf 109, Surat Al Anbiya’ 10, Surat Al Ambiya’ 67, Surat Al Mu’minun 80, Surat Al Qashash 60, Surat Al Shaffat 138.

Di dalam teks afala ta’qilun memberikan gambaran dimensi pengertian atau pemahaman yang berbasis pada rasio. Mengerti berada di dalam konteks pemikiran. Yang menjadi sasaran ayat ini adalah dimensi rasio. Jika dikaitkan dengan ayat 44 dalam Surat Albaqarah, maka secara logical bahwa jika seseorang menyuruh melakukan kebaikan maka seharusnya yang bersangkutan sudah melakukan kebaikan. Akal orang lain akan menerimanya. Orang yang kelakuannya bejad lalu bercerita tentang kebaikan, maka orang dengan akal akan menolaknya.

Akal memiliki kekuatan untuk memilah dan memilih. Di dalam sensory storage manusia terdapat sejumlah pengalaman tentang kebaikan dan keburukan, tentang manfaat atau kerugian, tentang keletadanan dan ketidakteladanan, serta kecocokan ucapan dan perbuatan. Semua terekam di dalam gudang inderawi. Makanya, jika seseorang mendengarkan ungkapan dari seseorang, maka saraf-saraf di dalam gudang inderawi akan bekerja secara langsung tentang relevansi pernyataan dengan tindakan.

Akal merupakan karunia Allah yang luar biasa. Dengan akal, maka manusia berbeda dengan binatang dan ciptaan Tuhan lainnya. Dengan akal maka manusia dapat menciptakan sesuatu yang baru. Dengan akal manusia dapat membuat inovasi-inovasi yang unggul. Perkembangan zaman dari Era Revolusi Industri (ERI) pertama dengan ditemukannya listrik, ERI kedua dengan ditemukannya mesin uap, ERI ketiga ditemukannya computer dan ERI keempat dengan teknologi informasi merupakan kreasi manusia karena kecerdasan otak atau pemikirannya.

Melalui pemikiran,  manusia dapat menciptakan produk yang membahagiakan tetapi juga dapat  menghasilkan produk yang menyakitkan bahkan menghancurkan. Pikiran yang membahagiakan yang kita dorong maju dan yang menyakitkan atau menghancurkan kita nihilkan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

NABI YUNUS, WASHILAH IKAN  DAN DOA

NABI YUNUS, WASHILAH IKAN  DAN DOA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Nabi Yunus AS dikenal sebagai bagian dari 25 Rasul yang diutus Allah untuk kaumnya. Secara berurutan, Nabi Yunus hadir pada masyarakatnya setelah kehadiran Nabi Ilyasa. Secara berurutan, nama-nama Nabi dan rasul tersebut adalah Nabi Adam AS, Nabi Idris AS, Nabi Nuh AS, Nabi Hud AS, Nabi Shaleh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Luth AS, Nabi Ismail AS, Nabi Ishaq AS, Nabi Yakup AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Ayyub AS, Nabi Syuaib AS, Nabi Musa AS, Nabi Harun AS, Nabi Zulkifli AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa AS, Nabi Yunus AS, Nabi Zakariya AS, Nabi Yahya AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad  SAW.

Jika dilakukan analisis kasar, Jarak antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad adalah 500 tahun. , maka antara Nabi Muhammad dan Yunus diperkirakan 1200 tahun. Nabi Zulkifli kira-kira 1500 tahun. Nabi Zulkifli   ditugaskan oleh Allah pada kaum Amoria di Damaskus. Ada juga yang menyatakan bahwa Nabi Ibrahim lahir pada tahun 2295 SM. Nabi Ibrahim adalah  keturunan Sam bin Nuh.

Nabi Yunus AS dilahirkan pada tahun 820 SM. Beliau diperintahkan berdakwah pada masyarakat Ninawa di Palestina. Ia diutus untuk kaum Bani Israel. Di berbagai riwayat diceritakan bahwa Nabi Yunus AS merupakan seorang Nabi yang diutus kepada kaum Bani Israel yang telah jauh meninggalkan ajaran Nabi Musa AS, Nabi Dawud AS dan Nabi Sulaiman AS. Masyarakat Israel merupakan masyarakat yang dikaruniai kecerdasan yang hebat akan tetapi banyak digunakan untuk melakukan kesalahan, misalnya dengan mengingkari ajaran agama Nabi-Nabi sebelumnya. Ajaran di dalam shuhuf Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS telah ditinggalkannya dan mereka mengembangkan keyakinannya sendiri sesuai dengan tradisi kaum pagan dengan melakukan penyembahan kepada berhala atau arca yang dibikinnya sendiri dan kemudian disembahnya.

Nyaris seluruh nabi yang diturunkan oleh Allah SWT pada masyarakat yang  memiliki tindakan penyimpangan atas ajaran agama yang dibawa oleh Nabi sebelumnya. Nabi Yunus AS  harus mengembalikan keyakinan kepada agama semula sesuai dengan wahyu Allah. Bukannya mereka menerima ajaran agama sebagaimana dibawakan oleh Nabinya, akan tetapi justru menantang jika para Nabi itu benar, agar Tuhan  menurunkan adzab yang luar biasa. Nabi Nuh As, Nabi Luth AS dan nabi-nabi lainnya juga mengalami hal yang sama.

Nabi Yunus AS juga ditantang oleh kaumnya agar Tuhan menurunkan adzab. Dan Nabi Yunus AS  menyatakan bahwa dalam 30-40 hari yang akan datang Allah akan menurunkan adzab pada orang yang ingkar akan kebenaran Allah SWT. Akan tetapi sebelum adzab tersebut datang, Nabi Yunus AS sudah pergi karena tidak tahan akan kelakukan umatnya. Nabi Yunus AS  naik kapal yang sebenarnya sudah penuh penumpangnya. Kala terjadi badai dan kapal akan tenggelam, maka dilakukanlah undian siapa penumpang yang harus dibuang ke laut untuk menyelamatkan penumpang kapal. Dalam tiga kali undian, tetap saja yang terkena undian harus dibuang ke laut adalah Nabi Yunus AS. Maka dilemparkanlah Nabi Yunus AS  ke laut. Nabi Yunus AS akhirnya ditelah oleh ikan paus. Akan tetapi karena pertolongan Allah, maka Nabi Yunus AS bisa bertahan selama 40 hari di dalam perut ikan. Kala di perut ikan itulah Nabi Yunus AS  terus menerus mengumandangkan dzikir dan berdoa kepada Allah.

Nabi Yunus AS bersemadi di dalam perut ikan untuk membaca istighfar dan doa serta penyesalan yang luar biasa. Nabi Yunus AS merasa bersalah karena mengikuti hawa nafsunya untuk meninggalkan kaumnya. Kepergian dari umatnya bukan karena perintah Tuhan. Itulah yang disesalinya. Di dalam dunia kewalian, ada banyak wali yang melakukan semedi atau tapa brata untuk menghadirkan ilmu yang berbasis pada ainun bashirah, sehingga menghasilkan kedekatan yang luar biasa kepada Allah. Sunan Kalijaga bertapa selama tiga tahun dan Sunan Geseng juga bertapa dalam waktu tahunan. Keduanya menghasilkan ilmu yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain.

Berkat kekuasaan Allah SWT dan juga permohonan para Malaikat, maka Allah mengampuninya. Nabi Yunus AS akhirnya dilemparkan ke daratan atau tepi laut di tanah yang gersang dan tidak ada tanaman apapun. Allah kemudian menurunkan tanaman yang bisa menjadi makanan Nabi Yunus AS. Berdasarkan riwayat disebut  makanan  seperti labu, yang bisa dimakan oleh manusia dan menyehatkan. Setelah sehat dan kuat, maka Nabi Yunus AS kembali ke kampung halamannya. Betapa senangnya bahwa umat yang dahulunya durhaka kepada Allah akhirnya sekarang sudah berbakti kepada Allah SW. Tampaknya, sesudah diturunkan adzab kepada penduduk Bani Israel, maka sebagian yang selamat akhirnya menjadi umat beragama yang meyakini keberadaan Allah dan ritual yang benar sesuai dengan ajaran Nabi-Nabi Allah.

Perhatikan betapa mendalamnya doa Nabi Yunus AS kala di dalam perut ikan Paus. Dalam keadaan semedi itulah tak terlepas mulut dan hatinya untuk menyebut asma Allah dan menyesali kekeliruannya. Doa tersebut adalah: “La ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadh dhalimin”. Yang artinya secara general adalah: “Tidak ada Tuhan selain Engkau Ya Allah, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku menjadi orang dhalim”.

Sebuah lantunan doa yang luar biasa, penyesalan yang luar biasa, permohonan ampunan yang luar biasa, dan pengakuan atau perasaan  menjadi orang yang dhalim yang sangat mendalam. Dari lantunan kalimat ini selama 40 hari, dan dilakukan dengan penuh keikhlasan, kepasrahan dan tawakkal kepada Allah SWT, akhirnya Allah mengampuninya dan menyelamatkannya.

Peristiwa penyelamatan itu terjadi pada tanggal 10 Muharram. Oleh karena itu tanggal 10 Muharram menjadi tanggal istimewa bagi umat beragama, tidak hanya umat Islam tetapi juga umat Yahudi dan Nasrani. Tetapi Islam menjadikan tanggal 10 Muharram sebagai hari istimewa dengan melakukan upacara ritual puasa sebagaimana ang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Wallahu a’lam bi al shawab.

NABI IBRAHIM, API DINGIN DAN DOA

NABI IBRAHIM, API DINGIN DAN DOA

Prof. Dr. Nur Syam. MSi

Nabi Ibrahim AS merupakan nenek moyang Nabi-Nabi yang hadir di dunia. Nabi Ibrahim merupakan salah satu Nabi yang dijuluki Ulul Azmi atau Nabi pilihan yang memiliki tantangan dan rintangan yang luar biasa di dalam dakwah yang dilakukannya. Nabi Ibrahim AS merupakan Nabi yang menjadi tokoh sejarah agama-agama. Dari keberadaannya, maka memunculkan tiga agama yang sampai hari ini masih eksis. Dua di antaranya menjadi agama besar di dunia, yaitu Nasrani (Katolik dan Protestan) dan Islam, sementara agama Yahudi juga masih eksis dalam jumlah yang terbatas, baik dalam kuantitas maupun wilayah.

Agama Nasrani merupakan agama terbesar di dunia dengan wilayah kepenganutan seperti di Eropa, Amerika, Australia dan juga Afrika. Sedangan Islam berada di Asia, dan Eropa Timur dan sebagian di Afrika terutama Afrika utara. Sedangkan agama Yahudi berada di Timur Tengah dalam jumlah yang terbatas, terutama berada di Israel. Agama Islam menjadi agama dengan jumlah kenaikan penganut yang relative cepat. Di Eropa dan Amerika dan beberapa wilayah lain Islam telah berkembang. Sementara itu juga ada agama Hindu yang pusatnya di India, sementara Buddha berpusat di China dan Jepang serta Asia Tenggara.

Nabi Ibrahim semula diturunkan Allah di Babilonia, sekarang dikenal sebagai Irak,  dan kemudian hijrah di wilayah Arab Saudi. Di kala istri pertamanya belum memiliki putra, maka dinikahkan Ibrahim dengan Hajar  yang kemudian bersama Nabi Ibrahim hijrah di wilayah tanah Arab. Dari istri keduanya, Hajar, Nabi Ibrahim memiliki anak yang bernama Ismail yang kelak menggantikan ayahnya untuk menjadi Nabi dan menetap di Arab Saudi.

Bersama ayahnya, Nabi Ismail merekonstruksi Ka’bah yang dahulu pernah dibuat oleh Nabi Adam AS. Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail ini yang kemudian menjadi pusat peribadatan di dalam agama Islam. Sesuai dengan ajaran Islam, maka ibadah Haji sesungguhnya adalah ibadah yang di masa lalu pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Tata cara ibadah haji, dengan mengelilingi Ka’bah tujuh kali (thawaf) dan berlari-lari kecil dari Bukit Shafa dan Marwah (Sa’i)  dalam tujuh kali juga mencontoh yang dilakukan oleh Hajar dan dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Berdasarkan cerita yang diyakini kebenarannya, bahwa berlari kecil dari Bukit Shafa ke Marwah adalah mencontoh yang dilakukan oleh Hajar di kala mencari sumber air untuk diri dan anaknya. Jadi Nabi Muhammad SAW merupakan generasi penerus Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

Sementara itu, dengan Sarah maka melahirkan nabi-nabi, seperti Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaeman AS dan Nabi Isa AS. Agama Yahudi dikaitkan dengan ajaran Nabi Musa AS, sedangkan agama Nasrani dikaitkan dengan Nabi Isa AS.  Makanya kebanyakan Nabi atau utusan Allah itu berada di wilayah sekitar Palestina. Yang secara historis disebut sebagai bangsa Semit. Itulah sebabnya, agama-agama yang berasal dari Nabi Ibrahim disebut sebagai Agama Semitis.

Nabi Ibrahim diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah di wilayah kerajaan Namrud. Raja ini merupakan raja yang otoriter dan karena kekuasaannya yang besar dan kuat bahkan dia menganggap bahwa dirinya adalah Tuhan. Mereka adalah kaum pagan atau kaum yang menyembah berhala. Di kerajaan ini terdapat banyak berhala yang dianggapnya sebagai symbol Tuhan. Mereka menciptakan berhala dan kemudian disembahnya.

Nabi Ibrahim menemukan Tuhan setelah melalui proses pencarian yang mendalam. Kala melihat rembulan dianggapnya sebagai Tuhannya, kala melihat matahari juga dianggap Tuhannya. Tetapi di saat  bulan atau matahari tersebut tenggelam, maka tidak lagi dipercayainya. Dan akhirnya Ibrahim melalui wahyu Allah SWT  mempercayai hanya ada satu Tuhan yang sangat berkuasa. Allahlah Tuhannya. Dan dengan mempercayai atas Tuhan yang Maha Esa, maka Nabi Ibrahim AS di dalam Alqur’an disebut sebagai orang mu’min, orang yang mempercayai keesaan Tuhan, Allah SWT.

Nabi Ibrahim AS lahir di tengah masyarakat pagan. Makanya kala Nabi Ibrahim AS merusak berhala di sekitar Ka’bah, maka Nabi Ibrahim AS diadili di kerajaan. Strategi yang digunakan oleh Nabi Ibrahim adalah dengan merusak berhala yang kecil-kecil, sehingga di kala ditanya oleh penegak hukum di kerajaan, maka dijawabnya bahwa yang merusak berhala yang kecil adalah berhala yang besar. Nabi Ibrahim akhirnya ditetapkan sebagai tersangka dan dihukum dengan hukuman yang sungguh tidak manusiawi. Dibakar hidup-hidup. Demikian keputusan raja Namrud. Selama tujuh hari,  Nabi Ibrahim AS  berada di dalam api yang menyala-nyala. Semua orang meyakini bahwa Nabi Ibrahim AS sudah mati. Hukum api adalah membakar apa saja yang ada di tengah-tengah dirinya yang sedang menyala.

Namun demikian, yang terjadi justru sebaliknya. Meskipun api itu menyala di luar, akan tetapi kala akan menyentuh tubuh Nabi Ibrahim AS, maka api menjadi dingin. Di dalam tradisi Jawa dikenal ada ajian lembu sekilan. Apa saja yang akan menyentuh dirinya dan membuatnya celaka, maka sesuatu itu tidak akan mempan. Semua terjadi karena Allah semata. Allah di dalam Alqur’an menjelaskan dengan pernyataan yang indah dalam Surat Al Anbiya’ ayat 69: “kuni bardan wa salaman ‘ala Ibrahim”. Wahai Api menjadilah dingin dan menyelamatkan atas diri Nabi Ibrahim. Dibakar selama tujuh hari tetapi selamat. Itulah Nabi Ibrahim AS.

Pada  tanggal 10  Muharram, Nabiyullah Ibrahim diselamatkan oleh Allah SWT. Kala tubuh Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api yang menyala, maka  doa Nabi Ibrahim  berbunyi “Hasbunallah wa ni’mal wakil”. Cukuplah  Allah  (menjadi penolong kami) dan Dia sebaik-baik Pelindung.

Doa ini menjadi doa penting bagi umat Islam yang selalu merindukan pertolongan Allah dalam segala hal. Tidak hanya di kala mendapatkan musibah akan tetapi juga di kala dalam keadaan lainnya. Jika Nabi Ibrahim melakukannya berarti bahwa hal tersebut untuk diamalkan oleh umat Islam sekarang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

NABI ISA, RIZKI KHUSUS DAN DOA

NABI ISA, RIZKI KHUSUS DAN DOA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Di antara sekian banyak Rasul sebanyak 25 orang dan Nabi sebanyak 124.000,- maka yang paling banyak menuai pro-kontra adalah Nabi Isa AS. Berdasarkan keyakinan agama, Nabi Isa dikaitkan dengan Agama Katolik dan Kristen Protestan atau disebut sebagai agama Nasrani. Nabi Isa AS merupakan keturunan Nabi Ibrahim AS dari jalur Sarah termasuk juga Nabi Musa AS. Kemudian dari jalur Hajar, maka melahirkan Nabi Muhammad SAW. Semua agama yang dilahirkan dari Nabi-Nabi ini disebut sebagai Agama Semitis, artinya lahir dari bangsa Semit yang dikaitkan dengan Nabi Ibrahim AS. Ketiganya dilabel sebagai agama monoteis sebagai pokok dalam ajaran Nabi Ibrahim, yang disebut sebagai Millah Ibrahim.

Meskipun terdapat perbedaan secara teologis dan tentu ritual, akan tetapi secara hakikat ketiga agama ini meyakini akan Tuhan yang satu dengan berbeda-beda penyebutan. Agama Yahudi menyebutnya dengan Yahweh, Agama Nasrani menyebutnya dengan Allah, dan Islam menyebutnya dengan Allah. Antara Nasrani dan Islam hanya berbeda dalam ucapan saja. Sebagai agama yang dinisbahkan dengan keturunan Nabi Ibrahim, sebagai Bapak monoteisme, maka ketiga agama juga mengusung semangat monoteisme meskipun dengan ekspresi yang berbeda-beda. Masing-masing penganut agama juga berkeyakinan bahwa agamanyalah yang paling monoteis.

Bagi umat beragama tentu saja beranggapan bahwa agamanyalah yang paling benar, sehingga dalam hal teologis juga ritual agamanya yang paling benar. Ada truth claimed. Cerita tentang Nabi Isa AS juga mengandung kontradiksi yang mendasar berbasis pada keyakinan tentang kitab sucinya. Di dalam agama Katolik dan Protestan, maka Nabi Isa AS itu disalib dan mati di tiang gantungan,  akan tetapi hidup lagi setelah tiga hari. Isa bangkit dari kematiannya dan menemui murid-muridnya.

Tetapi bagi umat Islam berdasarkan teks suci berkeyakinan bahwa Isa tidak mati di tiang gantungan tetapi diselamatkan Allah dengan diangkat ke langit. Yang disalib adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa AS. Ada yang menyatakan bahwa yang diserupakan adalah Yudas Iskariot. Memang ada ragam penafsiran tentang kata mutawaffika. Ada yang menyatakan memang diwafatkan dan ada yang menafsirkan diangkat derajadnya. Tetapi yang jelas di dalam Alqur’an Allah SWT menyatakan di dalam Surat Ali Imran, ayat 55: “idz Qalallahu  ya Isa inni mutawaffika wa rafi’uka  ilayya  wa muthahhiruka minal ladzina kafaru”. Yang artinya secara lughawi adalah “(ingatlah) tatkala Allah berkata: wahai Isa,  sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaku, dan membersihkan engkau dari orang-orang yang kafir”.

Biarkanlah ahli teologi yang memberikan kepastian mana yang benar. Dan umat beragama meyakininya sesuai dengan agamanya. Yang Islam meyakini seperti itu dan yang Nasrani meyakini seperti ini. Di dalam Islam dinyatakan “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Umat beragama tidak boleh untuk konflik atau bahkan perang tentang keyakinan tersebut. Biarkan masing-masing berjalan sesuai dengan keyakinannya. Sesama umat beragama meskipun berbeda keyakinan harus tetap bisa membangun harmoni dalam kehidupan social.

Setiap Nabi memiliki doa khusus sebagaimana yang terekam di dalam teks suci Akqur’an. Nab Isa AS juga memiliki doa khusus, misalnya doa untuk menyembuhkan penyakit, doa untuk menghidupkan orang yang mati dan doa untuk memohon rezeki kepada Allah. Doa ini harus dipandang khusus karena doa untuk menggambarkan konteksnya. Doa Nabi Isa AS untuk memohon rezeki kepada Allah adalah doa khusus sebab doa ini memohon kepada Allah untuk rezeki yang khusus dan untuk menandai kerasulannya. Kekhususan doa tersebut  adalah permohonan langsung agar Allah menurunkan makanan dari langit tanpa proses untuk memasak. Doa ini dikabulkan Allah SWT dengan menurunkan makanan yang langsung bisa disantap.

Rezeki yang berupa makanan matang tersebut untuk menandai kerasulannya. Doa ini memang diminta oleh para sahabatnya untuk meyakinkan tentang  kerasulannya.  Rezeki tersebut  sekaligus juga untuk menandai peringatan hari raya bagi Nabi Isa AS dan sahabatnya. Melalui rezeki yang hadir tersebut akhirnya dijadikan sebagai Hari Raya di kalangan umat Nasrani. Diyakini bahwa Hari Raya tersebut hadir pada hari Minggu.

Doa Nabi Isa AS, sebagaimana tercantum di dalam Alqur’an Surat Al Maidah, ayat 114: “Qala Isa ibnu Maryam: Allahumma Rabbana anzil ‘alaina maidatam minas samai takunu lana  ‘inda li awwalina wa akhirina wa ayatam minka warzuqna wa anta khairur raziqin”, yang artinya: “Isa ibnu Maryam berdoa:  Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu, beri rezekilah, engkau adalah sebaik-baik pemberi rezeki”.

Jika kita memperhatikan doa Nabi Isa AS tersebut, maka lalu harus menjadi perhatian bahwa Nabi Isa AS yang Rasulullah saja berdoa atau memohon kepada Allah. Maka alangkah baiknya jika kita sebagai umat Muhammad SAW juga selalu berdoa kepada Allah SWT.

Mari kita yakini bahwa Allah pasti mendengarkan doa yang kita lantunkan. Hanya saja ada kalanya doa tersebut  langsung dikabulkan dan ada yang ditunda. Bersabarlah jika doa tersebut  tertunda dikabulkannya.

Wallahu a’lam bi al shawab.