AMPUNAN ALLAH YANG MAHA LUAS
AMPUNAN ALLAH YANG MAHA LUAS
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Akhir-akhir ini, saya sering tidak hadir dalam acara tahsinan yang diselenggarakan oleh Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) pada Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Kesibukan saya agak meningkat di tengah upaya untuk merumuskan Direktorat Jenderal Pesantren dan juga acara lain tentang persiapan untuk merumuskan tentang Indonesia menjadi pusat peradaban baru dunia. Selain kegiatan di beberapa Perguruan Tinggi Islam (PTKI) di Jawa Timur.
Tetapi pada Rabo, 03/12/2025, saya menyempatkan diri untuk hadir dalam acara tahsinan Alqur’an yang dilakukan di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Acara tahsinan tersebut sampai Surat An Najm. Sebagaimana biasa, maka acara tahsinan ini diikuti oleh jamaah Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency dan Majid Roudhoh Perumahan Sakura Ketintang Surabaya. Pesertanya adalah orang yang sudah berusia senior, 50 tahunan ke atas. Seperti biasanya, acara ini juga dikemas dengan kegiatan bercanda yang semarak
Ada satu potongan ayat yang menjadi perhatian saya, yaitu ayat di dalam Surat An Najm ayat 32, yang berbunyi: “Inna rabbaka wasi’ul maghfirah” yang arti leterleknya adalah “sesungguhnya Allah itu maha luas ampuna-Nya”. Ayat ini menarik minat saya untuk memberikan sedikit komentar setelah dibacakan artinya di dalam Bahasa Indonesia oleh Ustadz Syahwal, al hafidz. Maka kemudian saya jelaskan tiga hal yang penting, yaitu:
Pertama, manusia memang diciptakan oleh Allah sebagai tempatnya kesalahan dan kekhilafan. Allah telah menciptakan Malaikat yang tanpa kesalahan dan kekhilafan dan makhluk ciptaan Allah yang selalu beribadah sesuai dengan syariat. Tentu tidak ada kesalahan dan kekhilafan. Malaikat tidak dibekali dengan nafsu, misalnya nafsu makan dan minum serta nafsu syahwat. Allah juga menciptakan Syetan yang dinyatakan sebagai makhluk terkutuk. Tetapi Allah menciptakan manusia dan jin yang diberinya nafsu. Keduanya berada di tempat atau alam yang berbeda, tetapi syariatnya sama. Semua disyariatkan sebagai syariat yang diturunkan Allah kepada para nabi-nabi-Nya.
Oleh karena itu, Allah lalu menurunkan ampunan. Allah itu Maha Pengampun yang Agung, ghafurun ‘adhim atau ghafurur Rahim. Maha Pengampun yang Agung dan Maha Pengampun yang penuh kasih sayang. Bahkan Allah juga menurunkan afwun atau pemberian maaf yang yang sangat mulya. Afuwun karim. Allah memberikan peluang manusia untuk bertobat dengan sebenar-benarnya agar memperoleh ampunan dan kemaafan Allah SWT. Ampunan itu pemberian ampunan tetapi masih tercatat kesalahannya, sedangkan afwun itu pemberian ampunan dan catatannya ikut dihapus. Subhanallah.
Manusia bisa diberikan ampunan dalam tingkat kesalahan yang besar maupun kecil. Yang terbesar tentu adalah kesalahan karena menyekutukan Tuhan. Musyrik. Hal ini merupakan kesalahan terbesar di dalam kehidupan manusia. Menyekutukan Allah dengan makhluknya. Orang menyembah pohon, patung, dan sesuatu yang tidak memiliki kepantasan untuk disembah. Orang yang sesungguhnya sudah mendengar tentang ajaran agama tetapi masih melakukan kesalahan seperti ini tentu tetap memiliki peluang diampuni Allah jika bertaubat dengan kesungguhan. Taubatan nasuha. Gradasi lainnya adalah orang yang melakukan perbuatan dosa besar yaitu melanggar larangan Allah, maka orang seperti ini bisa diampuni oleh Allah dengan ampunan yang penuh kerahmatan, jika sudah bertobat. Atau orang yang tidak melakukan perintah Allah juga termasuk dalam gradasi ini. Yang bersangkutan akan diampuni Allah jika melakukan pertobatan.
Kedua, agama itu mengandung dua unsur penting, yaitu pemberian kabar kegembiraan dan kabar kesusahan. Yang termasuk kabar kegembiraan atau tabsyir adalah informasi melalui Kitab Suci yang menerangkan tentang balasan atau ganjaran Allah atas perilaku baik yang dilakukannya di dunia. Orang yang berbuat baik di dalam relasi dengan Allah dan manusia serta alam akan diganjar dengan surga yang sangat mengesankan cerita kenikmatannya. Sedangkan orang yang melawan kebaikan kepada Tuhan, manusia dan alam tentu akan diganjar dengan neraka dengan segenap kesedihan dan kesusahannya.
Mungkin ada yang bertanya, apakah benar bahwa agama memberikan sumbangan atas keteraturan dunia, maka jawabannya tentu iya benar. Agama berisi tentang pedoman di dalam melakukan kegiatan kehidupan. Agama berisi hukum-hukum dalam kaitannya dengan penyembahan kepada Allah dan juga di dalam kaitannya dengan relasi social dan relasi dengan alam. Agama menyajikan bagaimana seharusnya melakukan relasi social berbasis atas kerahmatan untuk semua.
Hanya sayangnya bahwa ajaran agama yang agung itu terkadang dijadikan sebagai instrument untuk melakukan tindakan kekerasan atas nama agama. Banyak penafsiran atas ajaran yang bertolak belakang dengan makna essesial agama, yang sesungguhnya mengajarkan kasih sayang dan cinta kemanusiaan. Mereduksi kasih sayang dan cinta itu bisa dipengaruhi karena factor kekuasaan dalam banyak aspek seperti factor politik, budaya, social dan ekonomi. Manusia terkadang mengedepankan kepentingannya dan kelompoknya dengan cara mengeksploitasi atas lainnya.
Ketiga, kita tentu patut bersyukur di masa-masa senior ini, kala usia semakin merambat senior, dan kita dapat semakin kuat beribadah kepada Allah dengan shalat berjamaah, dzikir, dan mengaji Alqur’an. Mungkin belum maksimal akan tetapi sedikit modal sebagai sarana untuk memperoleh ampunannya. Modal ini telah kita miliki. Oleh karena itu berbahagialah kita semua yang sudah berada di ranah ini. Yakinlah bahwa ampunan Allah itu maha luas dan maha agung. Dan kita meyakini bahwa Allah akan mengampuni kita semua.
Wallahu a’lam bi al shawab.
