Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

AMPUNAN ALLAH

AMPUNAN ALLAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Malam 29 atau di dalam emic view disebut sebagai Malam Sanga pada bulan Ramadlan merupakan suatu malam yang banyak dinantikan orang, terutama bagi para pemburu malam lailatul qadar. Meskipun di dalam masyarakat diyakini bahwa malam lailatul qadar itu akan jatuh pada salah satu dari malam-malam ganjil pada akhir Ramadlan atau sepertiga terakhir dari bulan Ramadlan.

Pada malam tersebut, saya memberikan ceramah kepada para jamaah shalat Isya’, tarawih dan witir di Mushalla Raudlatul Jannah di Dusun Semampir, Desa Sebungrejo, Merakurak Tuban. Jamaah shalat tarawih laki-laki dan perempuan serta anak-anak yang memenuhi ruangan mushalla dimaksud. Malam 29 atau Malem Sanga tersebut bertepatan dengan hari Senin, 08/04/2024. Saya memberikan ceramah dengan tema “Ampunan Allah pada hambanya yang beriman, beribadah dan beramal shaleh.”

Pertama, harus bersyukur kepada Allah,  sebab kita sudah lulus melakukan puasa sampai hari yang ke 28, dan malam ini kita memasuki malam ke 29 atau disebut juga sebagai Malem Sanga. Yang kemudian menjadi penting semoga puasa kita benar-benar diakui sebagai puasa dengan jumlah hari yang sama, yaitu puasa yang makbul selama 28 hari. Tetapi kita harus yakin dengan penuh husnudh dhan bahwa puasa kita diterima sesuai dengan jumlah harinya. Kita harus meyakini bahwa Allah itu maha kasih dan sayang, sehingga dengan kasih sayangnya maka puasa kita juga diberikan pahala yang sesuai dengan tingkatannya. Yakinlah bahwa puasa kita bepahala sesuai dengan tingkatan puasa kita masing-masing. Ada tingkatan puasanya orang awam, puasanya orang khawas dan puasanya orang khawas lil khawas.

Kedua, malam ini  saya menjelaskan tentang ampunan Tuhan. Setiap malam jika kita melakukan tarawih, maka dipastikan setelah  selesainya shalat witir, lalu kita membacakan doa yang luar biasa kandungan maknanya, yaitu: “Allahumma innaka ‘afwun karim, tuhibbul ‘afwa wa’fuanna ya Karim”. Yang artinya: “Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun yang Maha Agung, Engkau mencintai ampunan, dan ampunilah dosa kami, wahai Yang Maha Mulia”. Coba kita resapi bacaan ini. Sebuah bacaan yang terus kita lantunkan selama satu bulan. Tuhan yang Maha Pemaaf, Tuhan yang Maha Agung, Tuhan yang Maha Mulia.

Pengampunan Tuhan atas manusia itu luar biasa. Coba kita bayangkan berapa banyak kita menyembah dan mengabdikan diri kepada Allah lewat ritual-ritual keagamaan. Dalam sehari waktu kita sepanjang 24 jam. Jika shalat yang kita lakukan setiap waktu shalat itu lima menit, maka hanya ada waktu sebanyak 25 menit untuk shalat. Jika dzikir kita 10 menit, maka hanya ada waktu sebanyak 50 menit. Jika shalat malam dan dzikirnya itu sebanyak 60 menit berarti dalam sehari kita hanya beribadah selama dua jam 15 menit. Jika tidur kita selama tujuh jam, maka waktu terjaga kita selama 17 jam. Dari 17 jam itu yang dipakai ibadah sebanyak 2,15 menit. Jadi hanya sebanyak 12,64 persen. Ini sudah baik. Sudah ada waktu shalat malam dan dzikir selama satu jam. Bayangkan jika kita tidak melakukannya. Saya kira di antara lebih banyak yang tidak melakukannya.

Itulah sebabnya kita perlu berdoa kepada Allah agar Allah memberikan ampunan atas semua kesalahan, kekhilafan dan dosa-dosa kita. Jika Allah tidak mengampuni dosa-dosa kita maka kita termasuk orang yang celaka. Inilah yang disebut sebagai orang yang merugi. Allah sudah mengingatkan: “wal ashr. Innal insana lafi khushr. Illal ladzina amanu wa ‘amilush shalihati, wa tawa shaubil haqqi watawa shaubis sabr.” Yang artinya: “Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh  dan berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran”. Insyaallah kita yang bearada di mushalla untuk mengamalkan shalat isya’, tarawih dan witir pada malam hari ini sudah termasuk dalam kategori orang yang beribadah kepada Allah.

Ketiga, Tuhan Allah merupakan Dzat yang menyukai ampunan. Itulah sebabnya, sebagai makhluknya, kita harus mengagungkan Asma Allah yang Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan Maha Kasih Sayang. Karena Allah mencintai ampunan, maka manusia harus memanfaatkan peluang yang diberikan oleh Allah kepada kita untuk memohon ampunannya. Tuhibbul afwa wa’fuanna ya Karim”. “Allah itu mencintai ampunan dan ampunilah kami Ya Allah Yang Maha Agung”.

Doa ini akan sangat baik jika tidak hanya dibaca pada waktu Bulan Ramadlan, akan tetapi menjadi doa yang bisa kita lantunkan selain bulan Ramadlan. Memang ada keyakinan bahwa orang yang melantunkan doa pada bulan Ramdlan, maka peluang dikabulkannya lebih besar. Itulah sebabnya, semua masjid yang berselaras dengan Nahdlatul Ulama (NU) dipastikan imamnya membaca doa tersebut setelah selesai shalat witir.

Yang diperlukan sesungguhnya adalah keistiqomahan kita dalam melakukan amal ibadah. Bukan perkara banyaknya, akan tetapi keistiqamahan kita. Sedikit yang ajeg atau kontinyu jauh lebih baik dari banyak dilakukan tetapi jarang-jarang. Sedikit  tetapi terus dilakukan. Semoga kita dapat menjadi orang yang ajeg dalam menjalankan ibadah dan melakukan doa.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

IMAN,  IBADAH DAN AMAL SHALEH

IMAN,  IBADAH DAN AMAL SHALEH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Jika saya pulang ke rumah  untuk menjenguk orang tua atau menjelang lebaran, maka dipastikan saya diminta untuk memberikan ceramah agama, terutama pada bulan puasa. Rasanya wajib saya memberikan ceramah agama meskipun dalam waktu yang terbatas. Maksimal 10-15 menit. Ceramah yang ringan-ringan saja materinya untuk memperkuat keimanan para jamaah terutama dalam kaitannya dengan kewajiban berpuasa. Ceramah tersebut tersaji pada 07/04/2024, Hari Ahad.

Saya memberikan ceramah berkaitan dengan kunci kehidupan yang baik atau hidup yang berada di jalan Allah SWT. Ada tiga hal yang saya sampaikan sebagai bahan ceramah agama tersebut, yaitu: pertama,  kunci yang sangat utama adalah iman atau keyakinan tentang keberadaan Allah SWT sebagai dzat yang menciptakan seluruh alam. Kita semua telah menjadi orang yang beriman kepada Allah SWT. Amantu billahi. Saya beriman kepada Allah SWT. Rangkaian iman tersebut adalah iman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab Suci, hari akhir dan takdir baik dan buruk. Kita tidak berhenti iman kepada Allah saja lalu tidak beriman kepada yang lain yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan atas iman tersebut.

Memang iman kepada Allah adalah substansinya. Dan dari substansi tersebut maka akan berkaitan dengan iman kepada yang lainnya. Iman kepada yang lain bukan sebagai tandingan atas keimanan kepada Allah tetapi sebagai bagian dari keimanan dimaksud. Inti iman adalah kepada Allah semata dan tidak ada kemusyrikan di dalamnya. Kalimat tauhid menyatakan la ilaha illallah. Makanya kata tersebut dinyatakan sebagai kunci surga, miftahul Jannah la ilaha illallah. Atau juga disebut sebagai sebaik-baik dzikir atau afdhaludz dzikr.

Sebagai umat Islam, kita sudah melakukan semua ini. Kita sudah terbiasa untuk membaca tahlil dalam forum tahlilan. Nyaris tiap hari kita membaca tahlil tersebut. Setiap habis shalat maktubah pasti kita baca kalimat tahlil. Semua ini menandakan bahwa kita sudah mengamalkan ajaran Islam yang sangat mendasar yaitu meyakini dengan lesan, pikiran dan hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.

Kedua, ibadah sebagai kunci penting. Kita bersyukur karena bisa menjalankan ibadah, bagaimanapun kualitas ibadah yang kita lakukan. Kita sudah menjalankan shalat lima waktu. Bahkan sudah menjalankan amalan shalat sunnah, qabliyah dan ba’diyah. Kita juga melakukan puasa, membayar zakat dan bahkan ada yang sudah pergi haji. Sebagaimana puasa yang kita lakukan pada hari-hari ini merupakan rangkaian dari implikasi iman yang kita yakini. Tidak mungkin kita melakukan puasa yang harus dilakukan selama sebulan penuh jika kita tidak iman terlebih dahulu kepada Allah dan juga meyakini ajaran Islam melalui Kitab Suci Alqur’an. Ajaran agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat hidayah Allah, maka kta bisa melakukan ibadah sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Mungkin saja cara kita beribadah belum sebagaimana dilakukan oleh para arif billah atau orang yang sudah memasuki kedekatan kepada Allah, sehingga tidak ada lagi hijab atau penghalang antara seseorang dengan Tuhan, akan tetapi sekurang-kurangnya atau minimal kita sudah melakukan amal ibadah kepada Allah SWT. Kita harus husnudh dhan kepada Allah bahwa amal ibadah kita diterimanya. Jangan pernah meragukan kasih sayang Allah, sehingga kita suudh dhan, bahwa Allah pasti akan menolak ibadah kita.

Abaikan orang yang selalu mengklaim bahwa ibadah yang dilakukan oleh orang Ahli Sunnah Wal Jamaah banyak yang tertolak, karena dianggap bidh’ah. Abaikan saja, sebab bukanlah mereka yang mengkapling surga sebagai miliknya, akan tetapi surga  adalah hak mutlak Allah dan hanya Allahlah yang akan menentukan siapa yang masuk surga dan bukan. Yang penting lakukan amal ibadah sambil terus berusaha untuk memperbaikinya dan terus berdoa kepada Allah semoga amal ibadah kita diterimanya.

Ketiga, amal shaleh. Yang ketiga ini memang berat sebab tidak hanya menyangkut relasi antara manusia dengan Tuhan dalam bentuk amal ibadah, akan tetapi juga terkait dengan manusia. Di dalam amal shaleh tersebut terdapat hablum minallah wa  hablum minan nas. Oleh karena itu, tidak mudah untuk memenuhi aspek ketiga kunci kehidupan yang baik. Makanya untuk aspek yang ketiga ini manusia harus berusaha secara optimal.

Kita harus membangun relasi social yang baik dengan keluarga, tetangga, komunitas dan masyarakat. Yang dinilai oleh Islam adalah bagaimana relasi keluarga, misalnya bagaimana kita menjaga keluarga kita dari api neraka, qu anfusakum wa ahlikum nara atau jagalah dirimu dan  keluargamu dari api neraka. Lalu dalam relasi social, maka yang perlu dijaga adalah membangun tali silaturahmi,  man kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yashil rahimah,  barang siapa percaya kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya menyambung tali silaturahmi.

Sesungguhnya menjadi Islam itu tidak sulit. Menjadi Islam itu cukup dengan mempercayai keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan seluruh alam, yang Maha Esa, yang Maha Kuasa, yang Maha Rohman dan Rohim dan maha segalanya. Allah itu yang menjadi kunci di dalam Islam, sebab dengan mempercayainya, maka semua aspek di dalam Islam baik yang berupa amal ibadah berbasis ketuhanan maupun ibadah yang berbasis kemanusiaan akan tersaji di dalam tindakan kita.

Kita semua bersyukur sebab minimal kita sudah bisa memenuhi aspek-aspek untuk mendapatkan kebaikan dari apa yang sudah kita lakukan. Iman, ibadah dan amal shaleh sudah bisa kita lakukan meskipun belum optimal. Insyaallah kita sudah menjadi barisan dari umat Islam yang dikenal oleh Nabi Muhammad SAW.

Wallahu a’lam bi al shawab.

SYAHADAT DAN ISTIGHFAR MENUJU RIDHA ALLAH

SYAHADAT DAN ISTIGHFAR MENUJU RIDHA ALLAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya bersyukur memiliki rumah yang sangat dekat dengan tempat ibadah. Rumah saya di Desa Semampir, Sembungrejo, Merakurak Tuban itu berada sangat dekat dengan Mushalla Raudhatul Jannah. Mushalla milik keluarga saya. Mushalla ini didirikan pada tahun 1992,  kira-kira, dan tepat di depan rumah. Mushalla dan lembaga pendidikannya Kelompok Bermain (KB)  dan Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK)  sudah diwakafkan kepada Yayasan Qarya Jadida yang berdomisili di desa tersebut.

Oleh karena itu, setiap saya pulang ke Tuban untuk menjenguk Emak Saya, Hj. Turmiatun, usianya kira-kira 82 tahun dipastikan saya memberikan sekedar ceramah agama, bisa pada waktu bakda magrib atau setelah isya’ atau bahkan setelah shalat shubuh. Kalau Bahasa sekarang disebut sebagai kultum, kuliah tujuh menit, meskpun praktiknya bisa 15-20 menit. Kultum sebagai symbol ceramah agama yang dilakukan kurang dari 30 menit.

Ba’da shalat shubuh, Ahad, 07/04/2024, saya memberikan ceramah agama untuk para jamaah shubuh yang selama ini saya tahu sangat konsisten untuk mengikuti shalat jamaah, lelaki dan perempuan. Dengan audience masyarakat pedesaan yang beragama dengan tradisi ikut apa yang dilakukan oleh para ulama Ahli Sunnah wal Jamaah,  maka saya tentu juga harus menyesuaikan dengan tradisi tersebut. Ceramah agama untuk meningkatkan pemahamannya mengenai ibadah yang dilakukannya.

Ada tiga hal yang saya sampaikan, yaitu: pertama, kita telah memasuki malam ke 27, artinya puasa hanya tinggal dua atau tiga  hari. Tergantung nanti pemerintah menetapkan hari raya idul fitri jatuh pada hari apa. Yang jelas kita mengikuti ketetapan pemerintah tentang pelaksanaan hari raya Idul Fitri. Sebagai warga negara Indonesia (WNI) sudah sepatutnya jika kita ikut apa yang ditetapkan pemerintah, Kementerian Agama Republic Indonesia. Tidak mendahului atau melambatkannya. Di antara kenikmatan yang sangat besar bagi kita adalah kemampuan untuk melaksanakan puasa pada Ramadlan tahun ini. Bulan puasa yang sudah kita tunggu-tunggu setahun lamanya, dan kita dapat melaksanakannya. Selain itu juga ada yang bisa menambah amalan-amalan sunnah lainnya, seperti tadarrus Alqur’an,  shalat sunnah, shalat malam dan sebagainya. Kita ini sungguh-sungguh disayang Allah karena diberi iman yang istiqamah, iman yang benar, dan iman yang ikhlas. Dengan iman ini, maka kita dapat  menjadi umat Islam atau umat yang menyerahkan diri kepadanya.

Kedua, ada sebuah doa yang terus kita lantunkan terutama ba’da shalat witir dan itu menjadi tradisi tarawih di kalangan  kelompok Islam ahlu sunnah wal jamaah atau secara khusus NU. Doa tersebut adalah: “Asyhadu alla ilaha ilallah, astaghifirullah. Nas’aluka ridhaka wal Jannah wa na’udzubika min sakhawatika wan nar”. Yang artinya: “saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, ampunillah kami, kami memohon kepadamu keridlaan-Mu dan surga-Mu,  serta jauhkanlh kami dari api neraka-Mu”. Alangkah kuatnya permohonan ini. Jika dihitung selama bulan puasa dan kita terus melakukan shalat tarawih dan witir secara berjamaah, maka kita melakukannya selama satu bulan. Artinya 29 kali atau 30 kali. Melalui doa tersebut kita semua berharap akan dapat menerima catatan amal perbuatan dengan tangan kanan dan bukan tangan kiri.

Setelah kita bersaksi kepada adanya Allah sebagai satu-satunya Dzat yang Maha Esa, maka kemudian kita istighfar atau memohon ampunan kepada Allah SWT atas semua kesalahan, kekhilafan dan dosa yang pernah kita lakukan. Semua manusia kecuali Nabi-Nabi khususnya Nabi Muhammad SAW dipastikan memiliki dosa, kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu maka memohon ampunan tentu merupakan hal yang sangat penting. Bacalah istighfar sebanyak-banyaknya sebagai pertanda bahwa kita adalah hamba Allah yang memang memohon pertolongan untuk dihapus dosa-dosa yang pernah kita lakukan.

Ketiga, memohon ridha Allah dan memohon surganya Allah. Manusia harus melakukan permohonan agar mendapatkan ridhanya Allah. Jika setelah memohon ridhanya Allah, maka kemudian memohon surganya Allah SWT. Memohon ridha dulu dan baru meminta surganya Allah bukan sebaliknya memohon surga dan baru memohon ridhanya Allah. Orang dapat masuk surga karena  rahmat dan ridhanya Allah swt.

Kemudian yang berikutnya adalah memohon kepada Allah agar dijauhkan dari api neraka. Kita harus memohon sungguh-sungguh agar dijauhkan dari api neraka. Berdasarkan surat di dalam  Alqur’an pada Juz ke 30, sangat banyak cerita tentang betapa beratnya bagi seseorang yang berada di dalam neraka. Digambarkan bagaimana orang-orang yang durhaka kepada Allah dan memasuki neraka dimaksud.

Tugas kemanusiaan kita adalah untuk beribadah kepada Allah selain tugas kemanusiaan untuk membangun keluarga yang baik, dan insyaallah kita semua yang hadir pada majelis shalat shubuh ini sudah melakukannya. Iman sudah ada di dalam kehidupan kita, ibadah sudah  dilakukan di dalam kehidupan kita, melakukan perbuatan baik untuk keluarga sudah juga kita lakukan, maka berikutnya adalah memohon kepada Allah agar hidup kita mendapatkan ridhanya, sehingga akhirnya menjadi bagian dari ahli surga.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

FIKIR DZIKIR KATSIR

FIKIR DZIKIR KATSIR

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagai kewajiban dalam rangka menyemarakkan Bulan Ramadlan 1445 H, maka Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya menyelenggarakan acara kultum ba’da shalat Isya’ yang diikuti oleh warga di sekitarnya. Saya mendapatkan kesempatan untuk memberikan ceramah agama di masjid tersebut pada Kamis, 04/04/2024. Saya sengaja memilih tema penting dalam kehidupan beragama, yaitu: “Three in One: Fikir, Dzikir dan Katsir”.

Sebagaimana biasa, maka saya jelaskan terlebih dahulu mengenai pentingnya rasa syukur kepada Allah karena kita dapat  menjalankan puasa Ramadlan 1445 Hijrah dengan baik. Kita sudah menjalani puasa 24 hari artinya kurang beberapa hari lagi maka kita akan mengakhiri puasa ramadlan. Harapan kita semoga kita dapat menikmati puasa lagi tahun depan.

Tidak mudah menjalankan ibadah puasa. Tidak semua orang kuat menjalankan puasa. Tidak semua orang dengan senang menjalankan puasa atau juga ada orang yang berada di antara senang dan kurang senang untuk menjalankan puasa. Semua itu tergantung dari kadar iman dan kekuatan ibadah yang kita miliki. Semakin kuat imannya, maka semakin kuat ibadahnya dan akan semakin bermanfaat iman dan ibadahnya tersebut. Marilah kita bersyukur atas nikmat Allah ini.

Pertama, fikir. Iman yang baik adalah iman yang didasari oleh keyakinan logis atau iman yang berbasis pada logika atau nalar kita. Kita diberi oleh Allah kemampuan akal untuk berfikir, baik untuk kepentingan duniawi maupun kepentingan agama. Dengan akal itu pula kita dapat  membedakan mana yang baik dan benar, serta mana yang jelek atau buruk. Sungguh manusia memang diciptakan Tuhan sebagai sebaik-baiknya umat.

Jika kita berpikir tentang agama bukan berarti bahwa kita berpikir tentang dzat Tuhan atau pekerjaan Tuhan, atau apa yang dikerjakan Tuhan akhir-akhir , akan tetapi berpikir tentang ciptaan Tuhan, baik aspek ayat qauliyah atau kauniyah. Ayat qauliyah adalah tentang teks ajaran Islam, sedangkan teks qauniyah adalah tentang alam dan seisinya. Kita diminta oleh Allah agar berpikir tentang ciptaan Allah dan bukan dzat Allah. Tafakkaru fi khalqillah wa la tafakkaru fi dzatillah, yang artinya berpikirlah tentang ciptaan Allah dan jangan berpikir tentang dzat Allah.

Akhir-akhir banyak sekali informasi tentang sains yang sesuai dengan ajaran Islam khususnya yang tertuang di dalam teks suci Alqur’an dah hadits Nabi Muhammad SAW, misalnya tentang proses penciptaan manusia yang benar-benar sesuai dengan hasil kajian sains. Lalu, penciptaan bumi dan langit, galaksi dalam tata surya yang teratur dengan tingkat kerumitannya, dan juga kebenaran mu’jizat Nabi-Nabi, yang semua menggambarkan bahwa alam itu diciptakan oleh Akal Agung atau Super mind yang di dalam agama dikenal sebagai Tuhan atau Allah SWT. Hipotesis tentang keberadaan Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta semakin terbukti dengan kajian sains atas ayat-ayat kauniyah.

Kita tentu senang bisa beriman kepada kebenaran ajaran Islam. Bisa beriman atas kebenaran adanya Allah Yang Maha Pencipta, kita akhirnya juga percaya kepada Kitab Suci Alqur’an, Nabi Muhammad, Malaikat, takdir dan hari akhir. Kita menjadi percaya tidak lewat kajian-kajian yang sulit sebagaimana ahli sains, akan tetapi hasil kerja kaum saintis itu kita menjadi semakin yakin akan kebenaran Allah SWT. Dari iman yang ikut-ikutan ke iman yang berdasarkan atas pemikiran tentang ciptaan Allah SWT.

Kedua, dzikir. Jika  sudah menjadi kuat keimanan kita atas kebenaran ajaran Islam, maka tindakan selanjutnya adalah dzikir atau mengingat Tuhan. Dzikir ini sangat penting di dalam ajaran Islam. Bahkan shalat itu juga dzikir. Ada banyak bacaan tentang dzikir yang sudah dibakukan oleh para ulama berdasarkan atas teks di dalam Kitab Suci atau berdasar atas Hadits Nabi Muhammad SAW. Rumusan doa sudah sangat banyak. Rumusan dzikir juga sudah banyak. Tetapi dzikir yang sangat penting adalah kalimat tauhid.

Dzikir ini disebut kunci surga. Miftahul Jannah la ilaha illallah. Kunci surga dengan mengucapkan tidak ada Tuhan selain Allah. Jadi tidak salah jika kita banyak mengucapkan tahlil apakah dengan dibaca sendiri atau dibaca bersama-sama. Kalimat tauhid ini bisa dibaca di mana saja. Bisa di masjid, rumah, tempat kerja dan sebagainya. Yang tidak boleh hanya di toilet. Tidak usah ragu untuk membaca kalimat tauhid ini dimana saja dan kapan saja.

Berikutnya adalah membaca shalawat Nabi Muhammad SAW. Bisa dibaca yang panjang atau pendek. “Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad”. Nabi Muhammad SAW adalah satu-satu manusia yang diberikan oleh Allah otoritas untuk memberikan syafaat kepada manusia. Nabi-Nabi yang lain tidak diberikan hal tersebut. Makanya kita harus menjadi hamba Allah yang bisa dikenal oleh Nabi Muhammad dan caranya adalah dengan membaca shalawat. Allah dan malaikatnya saja membaca shalawat kepada Nabi Muhammad lalu kita tidak membacanya. Dzikir itu banyak sekali bacaannya. Semakin banyak berdzikir semakin menjadi tenang kehidupan kita. Ala bidzikrillahi tatmainnul qulub. Melalui dzikir kepada Allah, maka hati akan menjadi tenang.

Ketiga,  katsir atau  banyak. Iman yang benar sudah kita miliki, amal ibadah sudah dilakukan. Dzikir sudah menjadi kebiasaan, maka akhirnya kita masuk dalam golongan orang yang banyak amalan kebaikannya. “Wadzkurullaha katisran la’allakum tattaqun”. Yang artinya: “Dan berdzikirlah yang banyak mudah-mudahan menjadi orang yang bertaqwa”. Kita harus meyakini bahwa dengan iman yang benar, dengan ibadah yang benar dan banyak, maka kita akan menjadi orang yang banyak peluangnya untuk memasuki surganya Allah SWT.

Berbahagialah kita yang bisa menjadi goloangan orang Islam yang berpikir, berdzikir dan akhirnya katsir dalam peluang memasuki kebahagiaan di akherat. Surga Allah diperuntukkan orang yang melakukan three in one ini.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

TIDAK ADA KEBAIKAN YANG SEMPURNA

TIDAK ADA KEBAIKAN YANG SEMPURNA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ceramah agama dalam kultum bulan Ramadlan yang dilakukan oleh Ustadz Dr. Cholil Umam memang tidak Panjang. Pendek saja tetapi memiliki substansi yang luar biasa. Apa yang disampaikan menggambarkan tentang realitas keberagamaan kita dewasa ini di tengah kehidupan yang materialistic pada masyarakat yang religious. Ada paradoks yang nyata di dalam kehidupan kita sebagai masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang religious. Kultum di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency tersebut diselenggarakan pada Hari Rabo, 03/04/2024.

Ceramah ini mengungkap tentang pengalaman perjalanannya dari rumah sampai di Masjid Al Ihsan. Ada tiga hal yang disampaikannya, yaitu: pertama, kita perlu bersyukur kepada Allah SWT karena kita sudah menjalani puasa tahun ini. Alhamdulillah kita sudah puasa hari yang ke 23. Jadi puasa kita ini termasuk sepertiga akhir yang sebagaimana dijanjikan Allah adalah peribadahan yang akan menghalangi kita untuk masuk neraka. Kita semua harus bersyukur kehadirat Allah SWT karena diberikan kenikmatan Kesehatan, sehingga kitab isa melaksanakan puasa secara memadai. Di luar sana ada banyak orang Islam yang tidak bisa melakukan puasa, bisa karena disengaja atau karena sakit, tetapi kita diberikan kesehatan yang prima sehingga kita dapat melaksanakan puasa secara sempurna. Semoga puasa kita diterima oleh Allah SWT.

Kedua, dinyatakan di dalam perjalanan ke masjid Al Ihsan, maka di Rumah Makan Primarasa itu penuh sesak dengan mobil bahkan parkirnya penuh sampai meluber di jalan. Banyak sekali. Diyakini  pasti  itu ada acara buka bersama, yang sekarang ini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat menengah perkotaan. Artinya yang hadir adalah orang-orang yang secara ekonomi berkemampuan hampir sama. Orang yang banyak uang. Lalu, kala sampai di depan Es Teler 77, maka diketahui ada seorang lelaki setengah baya yang berjualan sapu dan alat-alat rumah tangga. Dipastikan dia tidak melakukan shalat tarawih karena masih berjualan. Maka shadaqah diberikan kepada lelaki tersebut.

Pernah juga acara ada pengajian  di masjid Al Furqan, dan seharusnya diminta untuk berbuka bersama, akan tetapi sesudah acara di masjid harus mengisi acara lain yang tidak bisa ditinggalkan. Pada saat berjalan menuju ke tempat pengajian, maka ada seorang lelaki yang duduk di samping jalan dalam keadaan yang kurang sehat. Bingkisan tersebut diberikan kepadanya, sambil orang itu mengeluh sakit.

Di sini ada dilemma, apakah meneruskan perjalanan menuju pengajian atau harus mengantar orang yang sakit. Ini situasi yang paradoks. Jika mengantar orang ini, maka merasa bersalah karena tidak memenuhi undangan yang sudah disiapkan dalam waktu yang panjang dan kedatangan di pengajian tentu sangat penting. Tetapi harus meninggalkan orang itu dalam keadaan yang seharusnya ditolong untuk dibawa ke  puskesmas. Di dalam situasi rumit, maka seseorang harus memilih. Dan pilihannya adalah mendatangi pengajian dan mengabaikan orang yang sakit. Dua-duanya penting tetapi harus memilih salah satu. Dua-duanya kebaikan tetapi harus memilih satu kebaikan.

Inilah yang kemudian dikonsepsikan bahwa tidak ada kebaikan yang sempurna dan juga tidak ada kesalahan yang sempurna. Di dalamnya mungkin masih menyisakan sesuatu yang berada di antara keduanya. Masih ada kesalahan di dalam kebaikan dan masih ada kebaikan di dalam kesalahan. Jika terdapat dua hal yang sama-sama baiknya, maka manusia bisa memilih  mana yang dianggap terbaik.

Ketiga,  di dunia ini kita tidak boleh merasa paling baik sendiri. Sebab pasti ada kebaikan pada orang lain. Kita tidak boleh memonopoli kebaikan seakan-akan hanya kita saja yang baik. Sama halnya orang yang menyombongkan diri karena shalat dan amal ibadahnya dipastikan dialah yang akan menghuni surga. Seakan-akan surga itu dikaplingnya. Untuk masuk surga itu benar-benar haknya Allah. Makanya di dalam doa yang diminta adalah rahmatnya Allah SWT dan ridhanya Allah SWT. Allahuma inna nas aluka ridhaka wal Jannah wa na’udzu bika min sakhatika wan nar. Ya Allah sesungguhnya saya meminta kepada-MU keridalaan dan surga dan jauhkan kami dari siksa api neraka.

Terkadang kita juga berpikir, apakah yang mendapatkan malam lailatul qadar itu hanya orang yang bisa beri’tikaf di masjid saja. Apakah tidak ada peluang orang yang bekerja mencari makan dan berijtihad untuk memenuhi kebutuhan keluarganya itu tertutup peluangnya untuk mendapatkan malam lailatul qadar. Maka sesungguhnya terdapat peluang bagi siapa saja untuk mendapatkan keberkahan malam lailatul qadar. Orang yang bekerja sungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dilakukannya pekerjaan tersebut dengan ikhlas dengan tetap mengingat akan kekuasaan Allah, maka peluang tersebut dipastikan tetap terbuka.

Itulah sebabnya marilah kita semua berusaha untuk menjadi yang terbaik seraya mengharap ridha Allah semoga kita semua mendapatkan rahmad-Nya sehingga kita akan menjadi barisan dari ahli surga.

Wallahu a’lam bi al shawab.