PAK HARUN DALAM PENGALAMAN BERAGAMA SELAMA 11 HARI
PAK HARUN DALAM PENGALAMAN BERAGAMA SELAMA 11 HARI
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sayang sekali saya datang terlambat dalam acara yang sangat special yaitu ceramah yang dilakukan oleh Pak Dr. Harun, Mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, di Masjid Ar Raudhah, Perumahan Sakura, Ketintang Surabaya, 28/04/2025. Acara pengajian tersebut dilakukan secara rutin, hari Sabtu ba’da Shubuh, selama kurang lebih 90 menit dengan peserta jamaah Masjid Ar Raudhah dan juga Masjid Lotus.
Ceramah ini benar-benar khusus sebab mengupas pengalaman beragama yang sangat special, koma atau mati suri. Cerita tersebut terjadi pada tahun 2023 yang lalu. Acara ini dihadiri oleh Pak Mulyanta, ketua RW 08, Pak Abdullah, Ketua RT 02, Pak Bintara, Ketua Takmir Masjid Ar Raudhah, Pak Sahid Sumitro, trainer SDM, dan lainnya yang tidak saya sebutkan namanya. Saya mencoba memahami ceramah Pak Harun dalam tiga aspek, yaitu:
Pertama, bahwa pengalaman untuk mati suri atau koma itu bersifat khusus, tidak bisa diduplikasi oleh orang lain. Pengalaman ini begitu special sebab memberikan pelajaran khususnya terkait dengan apa yang sudah dilakukan di dalam kehidupan. Semua digambarkan dengan transparan, baik dan buruk. Sebuah pengalaman yang bisa diceritakan dan ada yang tidak bisa diceritakan. Ada yang bisa dijadikan pedoman oleh banyak orang dan ada yang khusus untuk pribadi. Pak Harun dinyatakan koma. Jika mati suri maka sudah dinyatakan mati secara klinis, tetapi jika koma itu masih dalam keadaan belum mati secara klinis.
Menurut Pak Harun, berdasarkan kenyataan, bahwa orang yang dimasukkan di dalam ruang utama atau ruang I di Intensive Care Unit, adalah mereka yang sudah tidak ada peluang untuk sembuh. Semuanya wafat. Memang yang dimasukkan di situ adalah orang yang sudah memiliki potensi kematian cukup besar. Di dalam ilmu kedokteran, gerak paru-parunya sudah di bawah 20 persen. tetapi dengan kondisi paru-paru yang seperti itu, maka lama kelamaan fungsi organ lainnya akan semakin menyusut. Makanya, lalu ditopang oleh alat pacu jantung, alat oksigen untuk membantu paru-paru agar tetap normal.
Di dalam 11 hari itulah semuanya dipertontonkan. Amal baik dan buruk ditunjukkan. Yang membuat sakit adalah kala amal kejelekan itu dipertontonkan. Maka terasa ada dentuman besar yang membuat manusia merasakan begitu beratnya. “saya merasakannya”, demikian penuturan Pak Harun. Ada suara bising, dentuman dan terasa fisik ditonjok-tonjok dengan keras. Sakit sekali. Sudah tidak bisa lagi digambarkan bagaimana tingkat kesakitannya. Jika ada orang datang, maka dapat diketahuinya. Bahkan orang bicara apa juga didengarnya. Tetapi badan sama sekali tidak bisa bergerak. Lumpuh. Mulut terkunci. Sepertinya roh sudah terlepas dari badan tetapi masih berada di dekat fisiknya. Itulah sebabnya roh masih bisa melihat apa yang diperlakukan orang terhadap dirinya.
Kedua, melalui mati suri atau koma ini kita dapat mengingat semua kejadian di masa lalu, semenjak kita sudah bisa menalar atau berkesadaran sebagai manusia. Tindakan terhadap kawan dan lawan semuanya dipertontonkan. Relasi social yang baik dan buruk juga tergambar dengan jelas. Yang paling sedih jika relasi kita jelek. Itulah yang terasa menyakitkan. Subhanallah betapa sakitnya kala hubungan sesama manusia jelek. Oleh karena itu jangan melakukan perbuatan jahat kepada sesama manusia.
Perkara hubungan dengan Allah dalam bentuk shalat atau dzikir itu urusan persoalan privat atau masalah pribadi kita kepada Allah, tetapi yang paling berat adalah masalah dengan sesama manusia. Makanya, berbuat baiklah kepada sesama manusia agar kita tidak merasakan masalah nantinya di alam kubur. Kita ini sudah melakukan ibadah kepada Allah semenjak kecil dan terus kita lakukan, tetapi hubungan dengan sesama manusia, hablum minallah, itu plus dan minus. Ada kalanya baik dan ada kalanya jelek. Hindari benar perbuatan yang jelek terhadap sesama manusia. Satu musuh terasa berat dibandingkan dengan 1000 kawan. Upayakan agar kita dapat terus berbuat baik.
Ketiga, amalan terbaik di dalam kehidupan adalah sedekah. Jika kita orang yang rajin sedekah maka itulah yang akan menolong kita di alam kubur. Saya banyak dipertontonkan tentang amalan sedekah di dalam kehidupan. Makanya, ketika sadar, maka yang saya minta kepada istri adalah untuk mensedekahkan uang yang saya miliki. “jangan pulang sebelum uang itu habis untuk sedekah”. Sehari penuh istri saya bersedekah”. Demikian tukas Pak Harun.
Menurut Pak Harun, ada dua hal yang seharusnya dilakukan oleh manusia di kala hidup, yaitu berbuat baik kepada sesama manusia. Jangan ada kebencian, jangan ada rasa ingin menyakiti orang lain, jangan berprasangka buruk kepada orang lain. Hanya ada satu kata: “berbuatlah yang baik kepada sesama manusia”. Titik. Lalu yang sangat penting adalah sedekahlah. Jangan pelit untuk melakukan sedekah kepada orang lain, terutama orang yang tidak beruntung hidupnya. Upayakan untuk bersedekah. Inilah yang akan menolong manusia di alam kubur. Semua rekaman di dalam mati suri itu menggambarkan keduanya. Inilah kenikmatan yang dapat dirasakan. Sedangkan yang perilaku jelek itu juga dirasakan sakitnya.
Pengalaman religious atau di dalam Bahasa psikhologi agama disebut sebagai the experience of the holy memang bersifat individual. Ada orang yang mati suri hanya dalam beberapa jam, maka yang dirasakannya diajak pergi ke suatu tempat akan tetapi dapat kembali karena mendengar jeritan anaknya, dan ada juga yang dipesan agar jangan menyekutukan Tuhan. Jadi memang cerita tentang mati suri adalah cerita individual.
Namun demikian ada pelajaran penting dari peristiwa mati suri atau koma, bahwa dunia kegaiban yang berupa roh adalah realitas transcendental, bahwa pengalaman kematian ini memberikan realitas bahwa kenikmatan dan kesengsaraan bukanlah isapan jempol belaka, akan tetapi realitas empiris transcendental yang nyata adanya.
Jadi kita tidak boleh hanya menggunakan empiris sensual atau penginderaan saja untuk menemukan kebenaran, atau empiris rasional atau pemikiran saja, sebab ada juga kebenaran yang berbasis empiris transcendental yang bersumber dari dunia keyakinan. Alam selain alam dunia ternyata ada. Bukan sesuatu yang gaib, tetapi sesuatu yang nyata adanya. Hanya saja memang didahului oleh keyakinan.
Wallahu a’lam bi al shawab.