• October 2023
    M T W T F S S
    « Sep    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BEKERJA JUGA IBADAH

BEKERJA JUGA IBADAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Setelah saya memberikan ceramah, maka acara dilanjutkan dengan pembahasan secara interaktif. Bisa dalam bentuk tanya jawab dan bisa juga pembahasan. Pada ceramah agama ini, maka pembahasan disampaikan oleh Ustadz Sahid tentang bagaimana memaknai doa sebagai ekspressi ibadah.

Pengajian di Masjid Al Ihsan, pada hari Selasa, 26/09/2023, terasa lengkap  karena  dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat. Jangan tanya jumlahnya. Memang tidak banyak. Tapi yang jelas ada Pak Rusmin, pejabat di PTA Surabaya, Pak Abdullah, Pejabat di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Pak Budi pengusaha, Pak Hardi pengusaha, Pak Suryanto mantan pejabat di PT TNT (PT Newmont Nusa Tenggara-NTB), Pak Sahid Motivator andal dari Masjid Nasional Surabaya, dan biasanya juga Pak Mulyanta, mantan Direktur di PT Telkom, dan sejumlah lainnya. Tidak saya sebutkan memang.

Pak Sahid menyatakan bahwa apapun yang kita lakukan jika itu bernilai kebaikan maka bisa dinyatakan sebagai ibadah. Salah satu contohnya adalah bekerja. Orang yang bekerja itu untuk memenuhi kepentingan diri, kepentingan keluarga dan kepentingan masyarakat. Untuk kepentingan diri, misalnya kita ini membutuhkan sesuatu di dalam kehidupan, jika kita tidak bekerja lalu dari mana kita akan memenuhi kebutuhan tersebut. Butuh air minum saja tidak bisa dipenuhi jika kita tidak memiliki uang. Dan uang hanya didapat dari bekerja.

Kemudian juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Anak kita butuh sekolah, istri kita butuh uang untuk belanja, anak kita butuh membeli baju, alat-alat sekolah dan lainnya. Kita semua butuh sandang, papan dan pangan. Dan hal ini hanya bisa dicukupi dengan bekerja. Termasuk juga kebutuhan bermasyarakat. Kita butuh untuk membayar iuran RT, butuh membayar urunan parkir, kita butuh untuk membayar biaya keamanaan lingkungan dan biaya kebersihan kampung. Hal ini juga hanya bisa dipenuhi dengan bekerja.

Ada tiga konsep untuk menjadikan bekerja sebagai ibadah, yaitu: pertama, check in yaitu kita berdoa sewaktu akan berangkat bekerja atau mulai bekerja. Dengan kita berdoa maka apa yang kita lakukan tersebut akan menjadi ibadah kepada Allah SWT. Doa yang kita baca tersebut untuk memberikan nafas ibadah di dalam pekerjaan. Dengan membaca doa, maka pekerjaan kita akan menjadi bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat.

Kedua, check do, selama kita bekerja juga dapat menjadi sarana untuk berdoa kepada Allah. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh agar pekerjaan yang kita lakukan akan membawa kepada keselamatan, keberkahan dan kebaikan. Tidak ada yang lebih utama di dalam tindakan apapun yang melebihi atas tiga perkara dimaksud. Kita tidak hanya bekerja, akan tetapi juga sekaligus berdoa kepada Allah SWT akan hasil pekerjaan yang optimal dan sesuai dengan prinsip di dalam agama.

Ketiga, check out, setelah kita bekerja maka kita juga mengucapkan syukur dengan ucapan alhamdulillah. Kita bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang diberikan kepada kita. Nikmat kesehatan, nikmat memiliki pekerjaan, nikmat bisa menghasilkan uang dan nikmat bisa hidup cukup dan yang penting juga bisa beribadah. Di sinilah akan menghasilkan tawakkal atau pasrah kepada Allah SWT. Alangkah indahnya jika semua yang kita lakukan menghasilkan peribadahan kepada Allah SWT.

Saya kemudian menambahkan beberapa hal untuk memperkuat pesan Pak Sahid. Di antaranya adalah bekerja  akan menghasilkan yang bersifat fisik, misalnya gaji, tunjangan, jabatan dan sebagainya yang  hanya menjadi tujuan instrumental atau tujuan antara. Tetapi yang lebih penting adalah tujuan akhir yaitu tujuan untuk menghasilkan kebahagiaan fi dunya wal akhirah. Tujuan yang paling akhir lagi adalah keridlaan Allah SWT atas apa yang kita lakukan. Oleh karena itu orang bekerja harus mempunyai purpose atau tujuan. Jangan hanya tujuan keduniawian tetapi yang lebih utama adalah tujuan keukhrawian. Tujuan duniawi adalah untuk memenuhi kebutuhan duniawi seperti sandang, pangan dan papan, dan sebagainya, akan tetapi yang lebih utama adalah tujuan ukhrawi untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka, menjadikan pekerjaan sebagai ladang ibadah bukan hanya di dalam ucapan akan tetapi di dalam realitas kehidupan.

Lalu, orang bekerja juga harus memiliki hope atau harapan. Jangan hanya harapan gaji, tunjangan, kenaikan jabatan dan sebagainya, akan tetapi yang lebih penting adalah harapan akan memperoleh kebahagiaan fi dunya wal akhirah. Kita bekerja menghasilkan uang dan dengan uang tersebut diri dan keluarga menjadi senang. Kebutuhan keluarga bisa tercukupi dan jika hal tersebut dijadikan sebagai modal ibadah kepada Allah, maka pekerjaan kita akan bernilai ibadah. Jadi, harapan atas pekerjaan kita adalah untuk mendapatkan keridlaan Allah.

Yang terakhir, bahwa pekerjaan juga dapat digunakan sebagai medium silaturahim atau membangun friendship atau pertemanan. Bekerja tidak hanya bernilai fisik semata akan tetapi juga menjadi ajang bagi kita untuk membangun persaudaraan sesama umat. Jika seperti ini, maka benar apa yang disampaikan Pak Sahid, bahwa bekerja adalah ibadah karena di dalam bekerja ada doa,  ada juga silaturrahim dan akhirnya adalah keridlaan Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.

MAKNA BERDOA

MAKNA BERDOA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Pengajian di Masjid Al Ihsan, seperti biasa hari Selasa, 26/09/2023, terasa istimewa karena yang hadir adalah tokoh-tokoh masyarakat. Jangan tanya jumlahnya. Terbatas. Tapi yang jelas ada Pak Rusmin, pejabat di PTA Surabaya, Pak Abdullah, Pejabat di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Pak Budi pengusaha, Pak Hardi pengusaha, Pak Suryanto mantan pejabat di PT TNT (PT Newmont Nusa Tenggara-NTB), Pak Sahid Motivator andal dari Masjid Nasional Surabaya, dan biasanya juga Pak Mulyanta, mantan Direktur di PT Telkom, dan sejumlah lainnya. Tidak saya sebutkan memang.

Pada hari ini, saya yang memberikan ceramah agama. Beberapa selasa yang lalu, jamaah Masjid Al Ihsan membicarakan masalah politik kebangsaan terutama dalam menghadapi pilpres 2024. Seru juga membahas tema-tema begini. Pasti ada pro kontra tentang pendapat yang terjadi di media social. Tampaknya masyarakat mulai banyak yang membicarakan tentang politik. Termasuk juga relasi antara agama dan masyarakat. Tetapi sebagaimana yang saya jelaskan bahwa yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia adalah politik Islam dan bukan Islam politik. Islam politik itu ingin menjadikan Islam sebagai ideologi negara sedangkan politik Islam itu menjadikan Islam sebagai etika dan pedoman mendasar dalam berpolitik atau bernegara.

Tema yang saya bawakan pagi itu pesan agama beneran. Yaitu tentang Makna Berdoa. Di dalam ceramah ini saya sampaikan tiga hal yang terkait dengan makna berdoa ialah: 1) doa sebagai upaya untuk membangun relasi manusia dengan Tuhan atau silaturrahim dengan Tuhan atau hablum minallah. Doa itu adalah medium bagi manusia untuk berhubungan dengan Allah SWT. Manusia pastilah membutuhkan relasi dengan Tuhannya. Meskipun manusia itu tidak mempercayai keberadaan Tuhan, akan tetapi dia pasti percaya bahwa ada kegaiban di luar dirinya. Emile Durkheim, sosiolog Perancis menyatakan bahwa manusia itu memiliki kapasitas untuk berhubungan dengan Tuhan, melalui tiga aspek yaitu believe, ritual dan ekspressi. Manusia meyakini ada kekuatan gaib di luar dirinya yang dipercaya untuk menjadi subyek sesembahannya, kemudian diciptakan upacara ritual sebagai instrument untuk berhubungan dengan keyakinannya dimaksud dan kemudian diekspresikan dalam kehidupannya. Misalnya cara berpakaian, cara hidup dan cara berhubungan dengan Tuhan, manusia dan alam.

Jadi doa merupakan instrument yang diberikan pedomannya oleh Allah melalui Nabi-Nabinya. Di dalam semua agama terdapat doa-doa yang merupakan cara untuk mengekspresikan keinginannya. Saya kira tidak ada manusia yang sama sekali tidak pernah berdoa di dalam kehidupannya, seatheis macam apapun. Bisa jadi menganggap bahwa hal itu kebetulan atau karena sebab lainnya. Pada suatu saat hati nuraninya akan berkata bahwa dirinya itu tidak menjadi manusia karena factor alam semata. Apalagi umat Islam yang sudah meyakini akan keberadaan Tuhan dan keharusan kita untuk berdoa kepadanya, baik di waktu senang atau susah, di waktu senggang atau terbatas.

Kedua,  mengikuti sunnah Nabi-Nabi. Setiap Nabi ternyata memiliki doa kesayangannya. Setiap Nabi memiliki doa khusus yang dibacanya pada saat tertentu atau saat lainnya. Di dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Doa yang paling sering dibaca Rasulullah adalajh doa  sapu jagad, Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzaban nar”. Artinya sudah dipahami oleh para pembaca. Doa ini sudah dilakukan oleh sangat banyak dari masyarakat muslim. Bahkan di dalam setiap doa yang dibacakan oleh imam shalat atau dilakukan sendiri-sendiri, maka doa inilah yang dijadikan sebagai doa unggulan.

Nabi-nabi Allah itu merupakan orang yang ma’shum yang terjaga dari perbuatan tidak terpuji. Namun demikian, para Nabi itu ternyata memiliki doa-doa yang khusus. Misalnya doa Nabi Ibrahim di kala akan dibakar oleh Raja Namrudz, maka doa khusus ini dibaca. Doa yang penting itu adalah  hasbunallahu wa ni’mal wakil. Pada saat akan ada musibah besar, maka doa itulah yang dibaca oleh Nabi Ibrahim. Dan doa tersebut diterima oleh Allah, sehingga api yang sifat aslinya itu membakar, lalu menjadi tidak membakar. Nabi Ibrahim selamat karena do’anya kepada Allah. Lalu yang terakhir adalah doa Nabi Yunus. Pada waktu ditelan oleh ikan di lautan bebas, maka doanya adalah doa penyesalan: La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadl dhalimin. Artinya juga sudah dipahami. Bahwa Nabi Yunus mensucikan Allah dan mengaku dirinya berada di dalam kedhaliman. Doa inipun diterima Allah dan Nabi Yunus selamat sampai di pantai. Jadi, artinya bahwa Nabi-Nabi saja masih berdoa, apalagi kita sebagai manusia biasa  tentu harus berdoa.

Ketiga, doa adalah ekspresi keberagamaan. Manusia memiliki keinginan dan kemauan tentang apa yang menjadi tujuan hidupnya. Jika orang atheis tentu hanya berusaha saja, tetapi bagi orang yang beragama, apapun agamanya, maka akan melakukan doa kepada Tuhan. Doa untuk diri, keluarga dan bahkan masyarakatnya. Makanya, ada trilogy yang harus dilakukan yaitu berusaha, berdoa dan bertawakkal kepada Allah. Islam mengajarkan tentang trilogy tersebut. Orang harus berusaha dan kemudian berdoa dan hasilnya bertawakkal kepada Allah. Jika orang atheis itu semuanya serba alam, maka orang beragama itu serba Tuhan. Di dalam Islam ada takdir yang menjadi hak prerogative Allah, tetapi manusia harus berusaha untuk menggapai takdir Tuhan tersebut. Jadi jangan sampai belum melakukan apa-apa sudah menyatakan kepastian Tuhan. Manusia harus menjemput takdir dengan usaha.

Wallahu a’lam bi al shawab.

DI DALAM KEHIDUPAN ADA KESULITAN DAN ADA JUGA KEMUDAHAN

DI DALAM KEHIDUPAN ADA KESULITAN DAN ADA JUGA KEMUDAHAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Di dalam kehidupan ini terkadang ada  posisi binary. Dua hal atau lebih yang terkadang terjadi dalam waktu bersamaan. Tetapi yang begini lebih jarang dibandingkan dengan ada saat bahagia dan ada saat kesulitan. Makanya, orang bisa disebut bahagia jika bisa menyelesaikan masalahnya. Hidup merupakan rangkaian masalah dan manusia akan merasa bahagia jika bisa melampaui masalahnya.

Di dunia itu terdapat  hukum berpasangan. Ada lelaki ada perempuan, ada kesulitan dan ada kemudahan, ada kesengsaraan dan ada kebahagiaan. Keduanya bisa berada di dalam satu waktu yang sama dan bisa juga bergantian. Yang jelas bahwa dua-duanya pasti pernah dialami oleh manusia di dalam kehidupannya. Siapapun yang masih menjadi manusia, maka akan terkena hukum berpasangan tersebut.

Islam mengajarkan tentang situasi ini. Di dalam salah satu ayat Alqur’an dijelaskan tentang kemudahan dan kesulitan. Allah menerangkan di dalam Kitab Sucinya, yang berbunyi: “fainna ma’al ‘usri Yusra. Inna ma’al ‘usri yusro. Fa idza faraghta fanshab wa ila rabbika farghab” (Surat Al Insyirah, ayat 5-8) yang artinya secara umum : “maka sesungguhnya bersama  kesulitan akan terdapat  kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. Jika kita meyakini bahwa Alqur’an merupakan kalam Tuhan, maka kita harus juga yakin bahwa di saat manusia sedang mengalami kesulitan, maka di lain kesempatan akan terdapat kemudahan. Bahkan jika manusia berusaha secara optimal, maka Allah akan membentangkan jalan untuk mendapatkan kemudahan.

Manusia hidup dalam lingkaran hidup. Lahir, hidup dan mati. Secara detail maka manusia akan lahir dari Rahim ibu, kemudian hidup dalam perawatan keluarga, mulai dari belum bisa berjalan sampai bisa berjalan, lalu beranjak remaja, beranjak dewasa, beranjak tua dan kemudian wafat. Hukum alam itu  tidak akan bisa ditolak. Kesedihan atau kesenangan merupakan kepastian Tuhan yang tentu saja bukan ketentuan azali, jika hal ini terjadi di dunia. Saya kira masuk dalam kepastian Tuhan  yang tergantung kepada apa yang dilakukan oleh manusia.

Allah memberikan pesan kepada manusia, bahwa dengan melakukan kebaikan maka manusia akan terhindar dari marabahaya atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Di antara instrument untuk menghindari marabahaya adalah dengan bersedekah. Nabi Muhammad SAW menyatakan: “ash shadaqtu tadfa’u lil bala’ atau artinya bahwa sedekah itu akan menghindarkan dari balak atau marabahaya”. Padahal senyum yang membuat orang bahagia saja sudah menjadi bagian dari sedekah, atau membuang benda yang membahayakan orang lain di jalan juga sudah menjadi sedekah. Nabi Muhammad menyatakan: “idkhalul surur ash shadaqah” atau “membuat orang bahagia melalui senyuman adalah sedekah”. Menolong binatang yang kelaparan atau kehausan, selama binatang tersebut tidak membahayakan, adalah sedekah.

Kita ingat cerita di dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bahwa seorang pelacur yang menolong anjing yang kecebur ke sumur ternyata menjadi jalan masuk surganya Allah. Sebagaimana Imam Ghazali yang membiarkan lalat minum tintanya kala menulis, maka hal itu menjadi pemberat amal kebaikannya dan menjadikannya masuk surganya Allah. Jadi ada banyak jalan ke surga, tetapi semuanya bermuara kepada amal kebaikan.

Ada banyak ayat di dalam Alqur’an yang memberikan kabar kegembiraan kepada umatnya. Tetapi juga ada kabar dari Allah yang memberikan peringatan kepada hambanya. Tentu saja yang selamat adalah orang yang bisa menjauhi apa yang diperingatkan oleh Allah dan mendekati apa yang diberitakan sebagai kegembiraan dari Allah. Kita semua adalah orang yang sudah memiliki kesadaran tentang bagaimana menjalankan kabar kegembiraan dan sejauh-jauhnya menghindari kabar peringatan. Kita sudah meyakini sepenuh hati tentang keesaan Allah, seluruh rangkaian iman sudah diyakini, dan juga sudah melakukan upacara ritual keagamaan yang termaktub di dalam lima rukun Islam. Memang ada yang belum melakukan ibadah haji karena factor biaya, namun demikian, ibadah lainnya sudah kita lakukan.

Ada di antara kita yang semenjak kecil sudah mengamalkan ajaran Islam dan ada yang tidak semenjak kecil melakukan ibadah, tetapi kita semua yakin bahwa mengamalkan ajaran Islam adalah kunci kita untuk mendapatkan ridlanya Allah dan akan berlanjut menjadi bagian dari orang yang akan memasuki surganya Allah. Kita sudah mengamalkan dzikir-dzikir penting di dalam ajaran Islam, misalnya membaca kalimat Tauhid, la ilaha illallah, yang diyakini sebagai kuncinya surga dan juga shalawat:  “Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad” sebagai instrument untuk memperoleh syafaat Nabi Muhammad SAW. Dan juga bacaan-bacaan wirid lainnya.

Insyaallah kita bisa menjadi bagian orang yang memperoleh kemudahan di tengah kesulitan di dalam kehidupan. Dan ujung akhir dari kemudahn tersebut adalah terbukanya pintu kebahagiaan bagi kita semua, tidak hanya bahagia di dunia tetapi juga bahagia di akhirat.

Wallahuna’lam bi al shawab.

 

 

MENJADI PEMILIH CERDAS UNTUK INDONESIA KE DEPAN

MENJADI PEMILIH CERDAS UNTUK INDONESIA KE DEPAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Tema ngaji di Komunitas Ngaji Bahagia pada Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya akhir-akhir ini juga terkait dengan politik. Tentu tidak bertujuan untuk mengarahkan pada pilihan atas capres atau cawapres tertentu, akan tetapi dikaitkan dengan pilihan-pilihan rasional sejauh yang bisa dilakukan. Maklumlah bahwa komunitas ini memang terdiri dari orang-orang yang terpelajar dan telah memiliki pengalaman tentang kehidupan termasuk dalam mengikuti berbagai pilihan umum atau pemilu, baik pada Pilkada maupun pilpres.

Pada pelaksanaan mengaji Selasanan, pada 19/09/2023, maka secara sengaja saya memilih tema tentang “Menjadi Pemilih Cerdas Untuk Indonesia ke Depan”. Tema ini saya pilih untuk memberikan gambaran bahwa hanya dengan pemilih cerdas saja,  maka masa depan Indonesia akan dapat dipertanggungjawabkan.  Jika di Indonesia itu mayoritas pemilihnya adalah orang-orang yang cerdas, maka masa depan NKRI tentu akan lebih baik. Mimpi atau visi di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang dikenal sebagai empat pokok pikiran, yaitu: mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap warga negara, mewujudkan keadilan sosial dan menciptakan perdamaian abadi tentu bukan hanya tertulis di dalam teks akan tetapi menjadi kenyataan. Jika kita menginginkan terwujudnya empat pokok pikiran ini, maka tentu negara ini harus dipimpin oleh orang yang tepat.

Di dalam perhelatan memilih presiden dan wakil presiden, tahun 2024, maka tiga hal yang harus dipertimbangkan, yaitu: pertama, menghindari politik uang. Sudah lazim di dalam berbagai pemilihan, baik pilpres, pilkada atau pemilihan DPR/DPRD, maka telah menjadi rahasia umum dengan ungkapan wani piro. Intinya, berani berapa agar pilihan itu dijatuhkan kepada siapa yang dituju. Jadi pilihan akan diarahkan kepada siapa yang bayar. Siapa yang bisa membayar lebih tinggi maka dialah yang akan dipilih.  Inilah yang disebut sebagai politik plutokrasi atau negara yang dikuasai oleh orang kaya. Siapa yang memiliki uang dialah yang akan menguasai negara atau menguasai politik.

Secara empiris money politics telah menjadi tradisi di dalam berbagai pilihan. Bahkan semua yang berkaitan dengan pilihan maka di sana akan didapatkan adanya politik uang dimaksud. memang politik uang itu seperti kentut. Dirasakan baunya tetapi tidak diketahui barangnya. Politik uang itu seperti tuyul. Makhluk halus yang diyakini oleh masyarakat khususnya di Jawa sebagai makhluk yang tidak kasat mata tetapi dapat mengumpulkan uang dalam jumlah besar. Ada banyak orang kaya yang kemudian diduga memelihara tuyul. Ada banyak macam cara orang untuk memperoleh kekayaan di dalam keyakinan Jawa, misalnya babi ngepet. Semuanya tidak dapat dibuktikan secara empiris tetapi diyakini keberadaannya. Politik merupakan peristiwa empiris sehingga harus juga didekati secara empiris, di antaranya adalah dengan menolak uang sogok, uang suap atau pemberian berupa uang di dalam proses politik.

Kedua, gunakan akal sehat untuk memilih. Kita bersyukur memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih. Kita diberikan oleh Allah peralatan akal yang lengkap. Tidak hanya kemampuan rasional, yang memberikan solusi untung dan rugi, tetapi juga diberi kemampuan emosional yang mempertimbangkan setiap pilihan prilaku atau tindakan dengan berbasis pada pilihan hati. Hati Nurani itu merupakan suara dari dalam yang dipandu oleh etika dan pedoman kebaikan dari ajaran agama. Kita juga diberikan oleh Allah kemampuan sosial atau sosial intelligent sebuah kemampuan untuk merasakan baik buruknya tindakan atau prilaku berbasis pada rasa kemanusiaan. Jika kita melakukan kebaikan pada orang lain maka kita bahagia, dan jika kita melukai hati orang lain maka kita menjadi menderita.  Dan yang tidak kalah penting bahwa kita diberikan oleh Allah sebuah karunia yang besar ialah spiritual intelligent atau perasaan ketuhanan yang bersumber dari roh kita yang memang berasal dari Allah SWT.

Melalui kemampuan yang lengkap tersebut, maka manusia akan dapat memilih mana yang paling anfa’ atau paling bermanfaat. Bukankah Islam mengajarkan khairun nas anfa’uhum lin nas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Jika kita memilih pemimpin yang benar berbasis dengan empat kecerdasan tersebut artinya kita sudah memilih untuk kebaikan bagi diri, komunitas dan masyarakat Indonesia.

Ketiga, pilihlah yang terbaik di antara yang baik. Pilihlah yang baik di antara yang kurang baik. Kita semua harus berkeyakinan bahwa di antara capres dan cawapres tersebut pasti ada yang lebih baik. Di antara capres dan cawapres tersebut tentu tidak semuanya sempurna atau tidak semuanya bernilai sangat baik atau baik, akan tetapi hendaknya dipilih pasangan yang masih memiliki kebaikan, yang memiliki kemandirian di dalam melihat problem bangsa. Ada juga yang secara religious lebih baik, atau ada juga yang memiliki prinsip terpercaya dan jujur. Kita meyakini bahwa untuk memimpin bangsa yang besar ini memang diperlukan kekuatan fisik dan batin yang baik. Oleh karena itu hendaknya juga dipilih yang kekuatan batinnya sangat memadai dan hal itu dapat dilihat pada prilaku religiositasnya. Kita meyakini sebuah asumsi bahwa orang yang religiusitasnya baik, tentu berpeluang memiliki prilaku yang baik di dalam kehidupan. Selain itu juga capres dan cawapres yang tidak diragukan keindonesiaannya, dengan prinsip menegakkan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebinekanaan.

Tentu kita semua sudah memiliki preferensi siapa di antara capres dan cawapres tersebut yang sesuai dengan kehendak dan keinginan kita. Kita sudah memiliki pilihan berdasar atas pilihan rasional tetapi jangan lupa juga mendasarkan pada pilihan supra rasional. Dan Islam sudah memberikan instrumennya yaitu dengan shalat istikharah.

Wallahu a’lam bi al shawab.

BERDOALAH MUMPUNG MASIH ADA WAKTU

BERDOALAH MUMPUNG MASIH ADA WAKTU

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Selain berusaha, manusia disunnahkan untuk berdoa. Perintah berdoa itu tidak hanya berupa deskripsi pentingnya berdoa, akan tetapi diberikan contoh tentang bagaimana para Nabiyullah itu melakukannya. Semua Nabiyullah mengajarkan untuk berdoa sebagaimana yang diceritakan di dalam Teks Suci Al Qur’an. Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Zakariya dan Nabi Muhammad SAW semuanya mengajarkan berdoa sebagaimana tertuang di dalam teks Alqur’an.

Tentu masih ingat yang pernah saya tuliskan trilogy usaha, doa dan tawakkal. Manusia memang wajib berusaha, tetapi juga harus berdoa dan hasilnya diserahkan kepada Allah yang berupa tawakkal dimaksud. Sesungguhnya berdoa merupakan salah satu usaha manusia agar upaya atau ikhtiar yang dikerjakan itu berhasil. Tetapi di dalam kehidupan ini selalu ada dua potensi yang mengiringi kehidupan tersebut, yaitu sukses atau gagal. Dan efeknya, jika berhasil menjadi gembira dan jika gagal menjadi sedih. Inilah dunia kehidupan manusia di dalam kehidupannya.

Nabi sebagai manusia terpilih yang selalu mengemban wahyu Allah saja masih berdoa kepada-Nya. Kurang apa Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang paling sempurna dan Nabi yang menjadi kekasih Allah, yang diberikan kewenangan atau otoritas untuk memberikan syafaat kepada umatnya, ternyata masih memerlukan berdoa kepada Allah. Di antara doa yang paling sering dibaca oleh Nabi Muhammad SAW adalah “Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzaban nar”. Yang artinya adalah: “Ya Allah Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka”. Banyak ahli fiqih yang menjelaskan hal ini. Salah satunya adalah Sayyid Sabiq di dalam bukunya Fiqih Sunnah.

Nabi Yunus yang terkenal sebagai Nabi yang pernah ditelan oleh Ikan di kala kapal yang ditumpanginya itu harus mengorbankan seseorang karena kapal kelebihan muatan, dan terpilihlah Nabi Yunus. Di dalam perut ikan itulah Nabi Yunus berdoa: “la ilaha illah anta subhanaka inni kuntu minadh dhalimin”. Yang artinya: “tidak ada  Tuhan kecuali Engkau Ya Allah, Maha Suci Engkau Ya Allah,   seungguhnya aku termasuk orang-orang yang dhalim”. Semuanya memang takdir Allah, kenapa yang terpilih dari sejumlah penumpang kapal itu untuk dilemparkan ke lautan, dan kenapa Nabi Yunus harus ditelan Ikan, dan bagaimana prosesi doanya, dan seterusnya tentu merupakan kerahasiaan Allah SWT. Tetapi yang jelas Alqur’an menjelaskan bahwa Nabi Yunus berdoa kepada Allah di kala mengalami yang tidak mengenakkan tersebut.

Doa Nabi Ibrahim di kala dibakar oleh Raja Namrudz, doa Nabi Ibrahim adalah: “hasbunallahu wa ni’mal wakil”. Artinya: “Cukuplah Allah bagi kami karena Dia sebaik-baik penolong”. Doa Nabi Ibrahim ini dikabulkan oleh Allah, sehingga api yang memiliki sifat membakar menjadi tidak membakarnya. Api yang panas kehilangan sifat panasnya dan  menjadi dingin. Allah menolong Nabi Ibrahim dengan kemahabesaran kekuasaannya dan kemahabesaran kekuatannya. Hanya dengan kalimat “kun fayakun”, maka api yang sungguh sangat panas dan membakar apa saja yang ada di dalamnya atau di tengahnya lalu menjadi dingin. Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api dahsyat yang membakarnya. Semua karena Allah ingin menunjukkan kepada kaum Nabi Ibrahim, bahwa ada kekuatan lain yang berada di belakang utusannya tersebut.

Di dalam tradisi agama lain, misalnya Hindu juga didapati cerita tentang seseorang yang tidak terbakar kala dimasukkan di dalam api. Di dalam episode Ramayana, misalnya Dewi Sinta, istri Ramawijaya, yang diculik oleh Rahwana dan dicurigai oleh Ramawijaya bahwa Dewi Sinta sudah tidak lagi suci, maka Dewi Sinta meminta agar dibakar. Jika api membakar tubuhnya berarti dia sudah tidak suci lagi, tetapi jika api tidak membakarnya, maka dia masih suci sebagaimana sediakala sebelum diculik oleh Rahwana. Dewi Sinta tidak terbakar dan terjawablah bahwa Dewi Sinta memang suci tak tersentuh siapapun. Saya tidak tahu apa doa Dewi Sinta kala itu. Pengetahuan saya tentang hal ini hanya saya dapatkan dari cerita pewayangan saja.

Begitulah dahsyatnya doa. Namun demikian, belum semua doa dikabulkan oleh Allah. Ada kalanya doa tersebut dikabulkan di dunia, ada yang bisa jadi akan dikabulkan di akherat dan ada doa yang memang belum saatnya dikabulkan. Namun demikian kita tidak boleh suudz dzan kepada Allah. Kita harus selalu husnudz dzan kepada Allah. Artinya kita tidak boleh lelah di dalam berdoa, kapan dan di manapun. Doa boleh dilantunkan ba’da shalat, di tempat pekerjaan, di dalam perjalanan, di mall, di café dan lainnya. Di manapun kita dapat berdoa kepada Allah SWT.

Kita boleh berdo’a sebanyak-banyaknya. Berdoa yang banyak boleh tetapi jangan meminta yang banyak. Demikianlah ungkapan KH. Zainuddin MZ.  Artinya, kita disunnahkan untuk berdoa kepada Allah dengan sebaik-baik dan sebanyak-banyaknya untuk kebaikan kehidupan kita. Sekali lagi berdoalah untuk kebaikan. Allah meminta kepada kita untuk berdoa dalam kebaikan dan bukan berdoa di dalam kejelekan.

Jika kita berdoa, maka mintalah rizki yang halal, mintalah ilmu yang bermanfaat, mintalah kesehatan yang bermanfaat dan mintalah iman yang benar. Empat rangkaian doa ini saya kira bisa menjadi panduan bagi kita di dalam kehidupan. Marilah kita berdoa kepada Allah mumpung masih ada waktu untuk itu.

Wallahu a’lam bi al shawab