• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PARA PECINTA RASUL DALAM   MULUDAN DI DESA KUTOGIRANG

PARA PECINTA RASUL DALAM   MULUDAN DI DESA KUTOGIRANG

Prof. Dr. Nur Syam, MSi.

Jika ada yang  bertanya, manakah masyarakat kita yang sangat mencintai Rasulullah Muhammad SAW, maka jawabannya adalah masyarakat pedesaan. Mereka mengekspresikan rasa cintanya tersebut melalui  ritual muludan yang diselenggarakan di Masjid atau Mushalla. Acara ini diikuti oleh masyarakat desa atau para jamaah shalat maghrib. Acara memang diselenggarakan ba’da maghrib sampai menjelang shalat Isya’. Tokoh-tokoh  Islam dan masyarakat berkumpul untuk bersama-sama membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Setiap warga masing-masing rumah membawa makanan untuk dikendurikan di Masjid. Ada yang membawa buah, ada yang membawa jajan pasar, ada yang membawa nasi uduk dan ada juga yang membawa roti dan minuman. Di masa lalu, yang dibawa masyarakat ke masjid adalah nasi uduk. Makanan khusus yang dihidangkan di dalam acara Muludan adalah nasi uduk.

Nasi uduk adalah nasi yang terdiri dari beras ditambah dengan santan sehingga rasanya menjadi khas. Gurih. Di Malaysia disebut sebagai nasi lemak. Bagi sebagian masyarakat Islam, untuk memasak nasi uduk harus orang yang sudah terbebas dari haidh. Di pedesaan disebut  wong wis luwas. Orang yang sudah tidak haidl diyakini sebagai orang yang sudah terbebas dari kotoran fisik atau badan  atau suci badannya.

Memang untuk upacara ritual muludan tidak dilakukan dengan cara yang hura-hura, maksudnya dengan acara besar-besaran sebagaimana orang kota, misalnya dengan mengundang penceramah hebat dari luar daerah atau da’i televisi, akan tetapi cukup dengan selamatan atau kundangan biasa saja. Mereka datang ke masjid lalu dilakukan acara membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Acara yang dikemas dengan sangat sederhana. Yang penting meramaikan ritual muludan. Ada kue, buahan-buahan dan makanan khas pedesaan, seperti nasi uduk atau nasi kuning dan secukupnya. Satu keluarga membawa satu baki dan kemudian dimakan bersama-sama. Jika ada kelebihannya baru dibawa pulang.

Susunan acaranya juga sederhana. Pada acara Muludan di Masjid Raudhatul Jannah, di desa Kutogirang, Ngoro, Mojokerto, maka cukup diberi kata pengantar oleh Mas Andik, lalu saya yang bertepatan mengikuti acara muludan diberi kesempatan untuk memberikan sekedar taushiyah, dan kemudian dilanjutkan dengan membaca shalawat Nabi Muhammad SAW. Yang penting ada mahalul qiyam, karena ini adalah bagian penting dari acara Muludan dimaksud.

Diyakini jika orang melakukan kegiatan berdiri dalam membaca shalawat dalam acara kebersamaan, maka kanjeng Nabi Muhammad SAW hadir. Bukan hadir secara fisikal dan rohaniyah akan tetapi hadir syafaat yang dimilikinya. Di dalam masyarakat pedesaan diyakini bahwa Nabi Muhammad SAW dapat memberikan syafaat pada  siapa saja yang mendawamkan membaca shalawat.

Di dalam taushiyah yang yang saya sampaikan, maka ada tiga hal penting, yaitu: pertama,  rasa syukur kepada Allah SWT yang sudah menjadikan kita semua sebagai pemeluk Islam. Berkat orang tua kita, maka kita menjadi umat Islam. Islam menjadi agama yang paling benar karena factor keluarga kita. Ada orang yang belajar tentang agama Islam tetapi tidak menemukan kebenaran Islam. Sedangkan kita bisa menjadi umat Islam karena agama Islam itu sudah dipeluk oleh orang tua kita, tetangga kita dan keluarga kita. Kita mendapatkan hidayah dari Allah menjadi umat Islam.

Kedua,  syukur kita juga terkait dengan kemampuan kita untuk melaksanakan peringatan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kita telah menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Kita bisa menjadi umat yang berbakti kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Nabi Muhammad SAW adalah Nabiyullah terakhir yang tugas kenabiannya adalah untuk menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Agama Islam diturunkan untuk memberikan penjelasan kepada umat manusia atas agama sebelumnya. Islam merupakan agama yang mendapatkan kerelaan atau keridlaan dari Allah SWT. Nabi menyatakan bahwa Islam adalah agama yang diridhai oleh Allah, waradhitu lakumul  islama dina. Nabi Muhammad SAW dinyatakan sebagai Nabi penutup atau  la nabiyya ba’dahu.

Dengan melakukan peringatan atas kelahiran Nabi tentu menggambarkan akan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Peringatan maulid yang kita rayakan secara sederhana ini tetap menggambarkan betapa besarnya rasa cinta itu. Kita semua meyakini dengan haqqul  yaqin bahwa  dengan mencintai Rasulullah dipastikan kita bisa mendapatkan syafaatnya kelak fi yaumil qiyamah.

Ketiga,  untuk mencintai Rasulullah, maka salah satu di antaranya adalah dengan membaca shalawat. Yang membaca shalawat tidak hanya manusia tetapi juga Allah SWT dan para malaikat. Di dalam Alqur’an dinyatakan: innallaha wa malaikatahu yushallina ‘alan Nabiyyi ya ayyuhal ladzina amanu shallu ‘alaihi wasallimu taslima”. Sesungguhnya Allah dan malaikatnya bershalawat kepada Nabi Muhammad, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kepada-Nya”.

Barang siapa yang selalu membaca shalawat, maka akan diberikan pahala yang sangat besar. Jika kita bershalawat sekali maka diberi pahala lipat 10, jika kita shalawat 10 kali diganjar dengan pahala 100 kali dan jika kita membaca shalawat 100 akan diganjar 1000 kali. Hal ini memberikan pemahaman bahwa membaca shalawat itu luar biasa pahalanya. Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan sempurna. Insan kamil mutlak. Nabi  Muhammad SAW adalah manusia seperti kita, akan tetapi sikap dan tindakannya tidak seperti kita. Rasulullah itu manusia yang segala sesuatunya di dalam wahyu Allah. Wa ma yantiqu ‘anil haw aini huwa illa wahyuy yuha”. “Dan tidak berucap (tentang Alqur’an dan penjelasannya) berdasarkan hawa nafsu (nya), tidak lain (Alqur’an) itu adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Surat An Najm, ayat 3-4).

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW bukanlah menurut hawa nafsunya akan tetapi yang disampaikan semata-mata wahyu Allah. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bahwa setelah kita meyakini kehadiran Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir dan meyakini apa yang disampaikannya merupakan kebenaran, maka menjadi penting bagi kita untuk mendapatkan syafaatnya. Dan salah satu cara untuk mendapatkan syafaat adalah melalui kelaziman membaca shalawat.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..