• April 2025
    M T W T F S S
    « Mar    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PEREMPUAN DALAM IBADAH

PEREMPUAN DALAM IBADAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya akan mengulas ceramah Ustadz Firdaus Ramadlan, SHI, Al Hafidz, dalam ceramah yang dilakukannya pada jamaah Shalat Tarawih di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, pada Hari Kamis, 20/03/2025. Ceramah dilakukan bada Shalat Isya’ berjamaah dan diikuti oleh jamaah masjid Al Ihsan, baik lelaki maupun perempuan. Hingga hari ke 21, alhamdulillah jamaah tetap sebagaimana adanya. Tidak berkurang, tampaknya puasa kali ini sudah menjadi kesadaran dan kebiasaan untuk melakukan sunnah-sunnahnya puasa.

Ada sebuah pernyataan dari Ustadz Firdaus, bahwa: “ada banyak keluhan di antara kaum perempuan, bahwa kaum lelaki lebih leluasa dalam beribadah baik waktu maupun tempatnya. Berbeda dengan perempuan yang terbatas waktunya, karena urusan rumah tangga yang tidak ada habis-habisnya”. Sebuah pernyataan empiris yang diangkat ke permukaan. Sungguh menarik.

Perempuan memang diciptakan untuk menjadi partner lelaki. Perempuan dan lelaki memang diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi. Perempuan dan lelaki merupakan dua entitas yang bisa saling berbagi. Ada tugas yang memang menjadi kewajiban lelaki dan ada tugas yang menjadi kewajiban perempuan. Tidak harus dipertentangkan. Bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipertentangkan. Selain itu juga tidak ada perbedaan antara lelaki dan perempuan dalam kewajiban, status dan kedudukannya kecuali ketaqwaannya. Inna akramakum ‘indallahi atqakum.

Di dalam beribadah Allah juga memberikan peluang yang sama. Keduanya dapat melakukan ibadahnya sesuai dengan kapasitasnya. Perempuan bisa dalam waktu panjang untuk beribadah dan lelaki juga memiliki waktu yang panjang dalam beribadah. Semuanya sudah diatur oleh Tuhan dalam kehidupan. Sesungguhnya, setiap individu memiliki peluang untuk berubadah kepada Allah, hanya saja ada yang memanfaatkannya dan ada yang tidak memanfaatkannya.

Allah SWT sudah mengatur bahwa perempuan diberikan rukhshoh atau keringanan oleh Allah SWT, misalnya dalam shalat dan puasa. Ada waktu haidl yang datang setiap bulan, yang mana perempuan tidak boleh melakukan shalat dan puasa. Jika shalat tidak usah diqadla tetapi kalau puasa harus menggantinya di hari lain. Ini ketentuan Allah yang azali, artinya menyangkut desain Allah atas kehidupan manusia. Tidak ada sesuatu yang ditakdirkan Allah kecuali ada sebab musababnya. Perempuan haidl untuk menjaga system tubuh perempuan yang memang harus mengeluarkan darah haidl. Darah haidl harus keluar dari tubuh perempuan agar kesehatan tubuh perempuan terjaga.

Banyak perempuan yang harus menyiapkan makanan dan minuman, baik untuk dirinya, dan keluarganya. Dipastikan bahwa setiap kegiatan yang dilakukannya mendapatkan pahala dari Allah SWT. Tanpa kehadiran perempuan yang menyiapkannya maka anggota keluarga akan mengalami sakit. Maka kedudukan perempuan yang mempersiapkan makanan untuk keluarga mendapatkan hitungan pahala dari Allah SWT. Tuhan Maha Tahu, Tuhan Maha Paham, Tuhan Maha Pemberi Pahala dan Tuhan Maha Pemberi Ampunan. Oleh karena itu jangan pernah khawatir untuk tidak mendapatkan pahala.

Jika Allah SWT menjadikan seorang perempuan untuk bekerja di rumah tidak berarti bahwa peran di dalam keluarganya menjadi minimalis. Dan ketika perempuan bekerja di luar rumah lalu peranannya menjadi maksimalis. Semua sudah ada hitungannya. Semua sudah ada desainnya. Allah dipastikan memberikan yang terbaik untuk kita semua. Bukanlah sebuah kelebihan bagi perempuan yang bekerja di ruang public dibandingkan dengan perempuan yang bekerja di dalam ranah domestic. Semua dipastikan ada manfaatnya masing-masing.

Islam sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan. Ditempatkannya perempuan dalam kedudukan dan status Istimewa. Perempuan dapat melahirkan artinya hanya perempuan yang bisa menjadi penyambung keberlangsungan generasi berikutnya. Lelaki yang memberikan benihnya dan perempuan yang menjadikannya sebagai manusia. Bukankah ini sebuah keindahan yang tiada taranya. Desain seperti ini hanya dapat dilakukan oleh Allah Dzat Yang Maha Kuasa.

Jika di dalam ajaran Islam terdapat ajaran yang menyatakan bahwa lelaki menjadi pemimpin bagi para perempuan karena kelebihannya, maka jangan dimaknai ayat tersebut secara implementatif, sebab hal itu merupakan teks simbolik yang menggambarkan bahwa kedudukan lelaki dan perempuan itu sejajar, hanya lelaki diberikan tugas tambahan untuk menjadi pemimpin di dalam rumah tangga. Hanya tugas tambahan bukan tugas hakiki. Bukan kewajiban yang mutlak tetapi kewajiban simbolik. Yaitu kewajiban yang melekat kepada lelaki selama memang memiliki kapasitas untuk melakukannya.

Justru di dalam rumah tangga yang dominan justru pihak perempuan. Kaum perempuan yang lebih banyak memutuskan untuk urusan rumah tangga. Tugas Ibu untuk mengatur rumah tangga dan dipastikan hal itu karena kapasitas yang diberikan oleh Allah SWT bahwa perempuan memang lebih memahami urusan domestic. Dengan demikian, Allah SWT sudah mengatur peran lelaki dan perempuan sedemikian canggihnya.

Oleh karena itu jangan ragu bahwa perempuan memiliki waktu yang lebih sedikit dalam beribadah, sebab apapun yang dilakukan perempuan di dalam mengatur dan membina rumah tangga adalah lahan pahala yang sedemikian besar pahalanya di dalam pandangan Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..