NABI ISA, RIZKI KHUSUS DAN DOA
NABI ISA, RIZKI KHUSUS DAN DOA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Di antara sekian banyak Rasul sebanyak 25 orang dan Nabi sebanyak 124.000,- maka yang paling banyak menuai pro-kontra adalah Nabi Isa AS. Berdasarkan keyakinan agama, Nabi Isa dikaitkan dengan Agama Katolik dan Kristen Protestan atau disebut sebagai agama Nasrani. Nabi Isa AS merupakan keturunan Nabi Ibrahim AS dari jalur Sarah termasuk juga Nabi Musa AS. Kemudian dari jalur Hajar, maka melahirkan Nabi Muhammad SAW. Semua agama yang dilahirkan dari Nabi-Nabi ini disebut sebagai Agama Semitis, artinya lahir dari bangsa Semit yang dikaitkan dengan Nabi Ibrahim AS. Ketiganya dilabel sebagai agama monoteis sebagai pokok dalam ajaran Nabi Ibrahim, yang disebut sebagai Millah Ibrahim.
Meskipun terdapat perbedaan secara teologis dan tentu ritual, akan tetapi secara hakikat ketiga agama ini meyakini akan Tuhan yang satu dengan berbeda-beda penyebutan. Agama Yahudi menyebutnya dengan Yahweh, Agama Nasrani menyebutnya dengan Allah, dan Islam menyebutnya dengan Allah. Antara Nasrani dan Islam hanya berbeda dalam ucapan saja. Sebagai agama yang dinisbahkan dengan keturunan Nabi Ibrahim, sebagai Bapak monoteisme, maka ketiga agama juga mengusung semangat monoteisme meskipun dengan ekspresi yang berbeda-beda. Masing-masing penganut agama juga berkeyakinan bahwa agamanyalah yang paling monoteis.
Bagi umat beragama tentu saja beranggapan bahwa agamanyalah yang paling benar, sehingga dalam hal teologis juga ritual agamanya yang paling benar. Ada truth claimed. Cerita tentang Nabi Isa AS juga mengandung kontradiksi yang mendasar berbasis pada keyakinan tentang kitab sucinya. Di dalam agama Katolik dan Protestan, maka Nabi Isa AS itu disalib dan mati di tiang gantungan, akan tetapi hidup lagi setelah tiga hari. Isa bangkit dari kematiannya dan menemui murid-muridnya.
Tetapi bagi umat Islam berdasarkan teks suci berkeyakinan bahwa Isa tidak mati di tiang gantungan tetapi diselamatkan Allah dengan diangkat ke langit. Yang disalib adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa AS. Ada yang menyatakan bahwa yang diserupakan adalah Yudas Iskariot. Memang ada ragam penafsiran tentang kata mutawaffika. Ada yang menyatakan memang diwafatkan dan ada yang menafsirkan diangkat derajadnya. Tetapi yang jelas di dalam Alqur’an Allah SWT menyatakan di dalam Surat Ali Imran, ayat 55: “idz Qalallahu ya Isa inni mutawaffika wa rafi’uka ilayya wa muthahhiruka minal ladzina kafaru”. Yang artinya secara lughawi adalah “(ingatlah) tatkala Allah berkata: wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaku, dan membersihkan engkau dari orang-orang yang kafir”.
Biarkanlah ahli teologi yang memberikan kepastian mana yang benar. Dan umat beragama meyakininya sesuai dengan agamanya. Yang Islam meyakini seperti itu dan yang Nasrani meyakini seperti ini. Di dalam Islam dinyatakan “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Umat beragama tidak boleh untuk konflik atau bahkan perang tentang keyakinan tersebut. Biarkan masing-masing berjalan sesuai dengan keyakinannya. Sesama umat beragama meskipun berbeda keyakinan harus tetap bisa membangun harmoni dalam kehidupan social.
Setiap Nabi memiliki doa khusus sebagaimana yang terekam di dalam teks suci Akqur’an. Nab Isa AS juga memiliki doa khusus, misalnya doa untuk menyembuhkan penyakit, doa untuk menghidupkan orang yang mati dan doa untuk memohon rezeki kepada Allah. Doa ini harus dipandang khusus karena doa untuk menggambarkan konteksnya. Doa Nabi Isa AS untuk memohon rezeki kepada Allah adalah doa khusus sebab doa ini memohon kepada Allah untuk rezeki yang khusus dan untuk menandai kerasulannya. Kekhususan doa tersebut adalah permohonan langsung agar Allah menurunkan makanan dari langit tanpa proses untuk memasak. Doa ini dikabulkan Allah SWT dengan menurunkan makanan yang langsung bisa disantap.
Rezeki yang berupa makanan matang tersebut untuk menandai kerasulannya. Doa ini memang diminta oleh para sahabatnya untuk meyakinkan tentang kerasulannya. Rezeki tersebut sekaligus juga untuk menandai peringatan hari raya bagi Nabi Isa AS dan sahabatnya. Melalui rezeki yang hadir tersebut akhirnya dijadikan sebagai Hari Raya di kalangan umat Nasrani. Diyakini bahwa Hari Raya tersebut hadir pada hari Minggu.
Doa Nabi Isa AS, sebagaimana tercantum di dalam Alqur’an Surat Al Maidah, ayat 114: “Qala Isa ibnu Maryam: Allahumma Rabbana anzil ‘alaina maidatam minas samai takunu lana ‘inda li awwalina wa akhirina wa ayatam minka warzuqna wa anta khairur raziqin”, yang artinya: “Isa ibnu Maryam berdoa: Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu, beri rezekilah, engkau adalah sebaik-baik pemberi rezeki”.
Jika kita memperhatikan doa Nabi Isa AS tersebut, maka lalu harus menjadi perhatian bahwa Nabi Isa AS yang Rasulullah saja berdoa atau memohon kepada Allah. Maka alangkah baiknya jika kita sebagai umat Muhammad SAW juga selalu berdoa kepada Allah SWT.
Mari kita yakini bahwa Allah pasti mendengarkan doa yang kita lantunkan. Hanya saja ada kalanya doa tersebut langsung dikabulkan dan ada yang ditunda. Bersabarlah jika doa tersebut tertunda dikabulkannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.