• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENJAGA HARTA DAN KETURUNAN UNTUK KEBAIKAN

MENJAGA HARTA DAN KETURUNAN UNTUK KEBAIKAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSI

Kita memang hidup di dunia dan salah satu yang menjadi penting bahwa kita harus memenuhi kebutuhan biologis kita. Kebutuhan biologis tentu tidak bisa kita hindari karena kita merupakan makhluk yang dapat hidup secara fisikal dengan memenuhi kebutuhan biologis dimaksud. Itulah sebabnya orang menjadi pontang panting untuk memenuhi kebutuhan utama ini.

Kita sekarang sedang hidup di era kapitalisme, di mana orang menganggap harta dan kekayaan adalah segala-galanya. Bahkan untuk memperoleh kekayaan juga menggunakan berbagai macam cara, misalnyab dengan melakukan tindakan koruptif, dan melakukan tindakan moralitas rendah untuk memperolehnya. Banyak orang yang menganggap bahwa harta adalah segala-galanya,  makanya juga harus diperoleh dengan bermacam-macam cara, termasuk cara yang tidak terpuji dan bertentangan dengan agama. Bagi orang yang seperti ini, maka agama hanyalah lapisan tipis di luar dan dengan mudah bisa dikibaskan di saat bersentuhan dengan pemenuhan keinginan untuk menjadi kaya.

Sesungguhnya,  kekayaan itu sudah semenjak lama, bahkan di masa-masa kenabian, menjadi cerita yang mengasyikkan. Kita ingat peristiwa Qorun, kapitalis kuno, seorang pemuja kekayaan, seorang penggila harta dan menumpuk hartanya sedemikian banyak, yang akhirnya justru mati dalam belenggu kekayaannya. Harta dan dirinya masuk ke dalam lobang bumi karena terkena gempa bumi, yang diyakini sebagai adzab Tuhan.

Nabi Sulaiman juga dikenal sebagai seorang raja dengan kekayaan yang luar biasa. Akan tetapi kekayaan tersebut didarmabhaktikan untuk kepentingan rakyatnya. Bahkan pernah menyembelih 1.000  unta karena kelalaiannya melaksanakan shalat ashar karena memelihara unta-unta tersebut. Penyembelihan unta adalah lambang betapa mahalnya harga satu shalat.

Khadijah Alaihas Salam Istri Nabi Muhammad SAW adalah wanita yang sangat kaya. Dua   pertiga tanah di Makkah Al Mukarramah adalah miliknya. Harta yang demikian banyak tersebut didapatkan karena usahanya dalam perdagangan internasional. Tetapi seluruh hartanya itu kemudian habis menjelang wafatnya karena digunakan untuk membiayai perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW. Itulah sebabnya Nabi Muhammad SAW menangis di saat menjelang kematiannya, karena kain kafan saja tidak dimilikinya. Tetapi Allah Yang Maha Rahman dan Rahim kemudian memberikan kain untuk menjadi kafannya. Subhanallah, Maha Suci Engkau Ya Allah atas Rahman dan Rahim-MU.

Manusia memang di dalam Alqur’an, Surat Al Kahfi ayat 46,  dinyatakan: Wal Malu wal Banuna zinatul hayatid dunya, yang artinya: “bahwa harta dan keturunan adalah hiasan kehidupan dunia”. Manusia di dalam hidupnya selalu mengagungkan harta dan keturunan. Dua hal yang menjadi kekuatan, kebanggan dan kesejahteraan manusia. Meskipun itu adalah kekuatan, kebanggaan dan kesejahteraan lahiriyah. Dengan harta yang banyak kita akan merasa memiliki otoritas atas kehidupan duniawi. Dengan keturunan kita juga merasakan menjadi orang yang bisa melestarikan generasi lebih lanjut. Makanya, manusia akan berusaha dengan sangat mendasar jika terkait dengan dua hal, harta dan keturunan.

Lanjutan  ayat berikutnya adalah: “wal baqiyatus sahlihatu khairun inda rabbika tsawaban wa khairun ‘amala. Yang artinya: “akan tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhan serta lebih baik untuk menjadi harapan”.

Oleh Allah SWT, dijelaskan bahwa orang jangan hanya menjadikan harta dan keturunan itu sebagai keinginan dan pujaan, karena yang lebih mulia di sisi Allah adalah amalan-amalan shaleh yang pahalanya dipastikan akan diberikan oleh Allah kepada hambanya yang melakukan amalan shaleh dimaksud. Amalan yang baik sajalah yang akan menyelamatkan manusia, sedangkan amalan yang lainnya tidak. Jika menjadi kaya akan tetapi tidak menggunakan kekayaannya untuk kebaikan, maka hartanya itu akan menjadi boomerang bagi dirinya. Sebagaimana Qarun, yang kemudian meninggal dalam kehinaan. Akan tetapi Khadijah Alaihas Salam yang kaya tetapi wafat setelah mendarmabhaktikan hartanya, maka Sayyidatina Khadijah wafat dalam kemulyaan. Atau sebagaimana Nabi Sulaiman Alaihis Salam yang juga wafat di dalam kemuliaan. Atau seperti Syekh Hasan Syadzili, mursyid tarekat Syadziliyah, yang juga wafat di dalam kemuliaan.

Memiliki keturunan juga merupakan kewajiban bagi manusia. Manusia menjadi tidak komplit di dalam kehidupannya jika tidak memiliki keturunan. Jika ada pasangan suami istri yang lama tidak memiliki keturunan, maka harus melakukan upaya maksimal, misalnya melalui program kehamilan dan sebagainya. Sekali lagi keturunan itu rasanya seperti harga mati bagi sebuah keluarga. Keturunan adalah kebanggaan dan kebahagiaan bagi sebuah keluarga dan kerabatnya.

Namun demikian, yang sungguh sangat penting adalah bagaimana kita memanej harta dan keturunan. Di antara cara yang penting bahwa Islam sudah memberikan instrument untuk harta dan kekayaan, yaitu zakat, infaq dan shadaqah. Maka sebaiknya kita harus mengeluarkannya untuk kepentingan umat. Rasanya, kita belum bisa seperti Sayyidah Khadijah, yang hartanya habis untuk dakwah. Tetapi setidak-tidaknya kita harus mengeluarkan untuk infaq dan sedekah atau zakat.

Mengenai keturunan, maka hendaknya anak-anak keturunan kita harus menjadi anak dan keturunan yang shalih dan shalihah. Dengan menjadi anak yang shalih dan shalihah, maka kita akan dapat merasakan kenikmatan di alam dunia, bahkan di alam barzakh dan alam akhirat. Anak dan keturunan yang pada masa hidupnya mendoakan leluhurnya adalah dambaan bagi umat Islam, dan saya rasa kita semua.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

MARI TETAP BERSATU DI TENGAH TAHUN POLITIK

MARI TETAP BERSATU DI TENGAH TAHUN POLITIK

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Jum’at malam, 12/05/2023, di Masjid Al Ihsan diselenggarakan acara halal bihalal yang dilakukan oleh RT 05 RW 08 Ketintang Selatan Gayungan Surabaya. Acara ini dihadiri oleh warga RT 05, pada Perumahan Lotus regency Ketintang Surabaya. Acara ini diselenggarakan ba’da Shalat Isya’ di halaman Masjid Al Ihsan. Dihadiri oleh Ketua RW 08, Pak Mulyanta, Ketua RT 05 Pak Wahyudi dan warga di sekitar Perumahan Lotus Regency dan juga beberapa warga Perumahan Sakura Regency.

Saya diminta oleh Pak RT 05 untuk memberi ceramah atau taushiyah pada acara ini. Makanya saya nyatakan bahwa “saya ini kyai Jawilan”, atau kyai yang diminta mendadak untuk memberikan ceramah pada saat acara sudah hampir dimulai. Tetapi tentu saya bersyukur, sebab diberi peluang untuk menyampaikan gagasan atau  ide terkait dengan situasi keberagamaan, kemasyarakatan dan bahkan politik di akhir-akhir ini.

Acara disusun dengan sangat sederhana, setelah dibuka oleh Alif Al hafidz, selaku Master of ceremony, maka lalu bacaan ayat suci Al Qur’an yang dilantunkan oleh cucunda Nisrina Arfa Al Abashy, lalu sambutan Pak Ketua RT, dan ceramah halal bihalal, dan terakhir doa yang dibacakan oleh Ustadz Firdaus, al Hafidz dan dilanjutkan dengan ramah tamah. Makan soto, nasi goreng dan bakso. Acara ini berjalan sekitar satu jam saja. Sebelumnya saya sudah dipesan oleh cucunda Yuvika Farnaz Adzkiya, agar ceramahnya jangan lama-lama. Akhirnya ceramah hanya selama 30 menit saja.

Saya menyampaikan tiga hal mendasar, yaitu: pertama ucapan selamat hari raya. Saya sampaikan di masa lalu kita ini kalau meminta maaf kepada yang lebih tua, bisa menggunakan Bahasa Jawa yang halus, “nyuwun agunging pangapunten sedoyo kalepatan ingkang mboten angsal idzine syara’ mugi lebur dinten meniko” tetapi sekarang sudah menggunakan bahasa yang lebih merakyat. “Nol nol bro” atau “kosong-kosong bro”, dan bahasa-bahasa prokem lainnya yang menunjukkan persahabatan. Tetapi secara komplit di dalam tradisi Islam itu dinyatakan: “minal aidin wal faizin wal maqbulin kullu amin wa antum bikhoir taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal ya Karim”. Panjang atau pendek sebenarnya sama saja, sebab intinya adalah memohon maaf atas segala kesalahan atau kekhilafan.

Akan tetapi yang penting harus dilahirkan atau diungkapkan tentang permohonan maaf dimaksud. Sebab kita itu tidak tahu yang batin. Kita tahu yang lahir tetapi tidak tahu yang batin. Hanya Allah saja yang mengetahui yang lahir dan batin. Allahu ya’lamu dhahiran wa bathinan. Saya tidak tahu kalau misalnya Pak Mulyanta sudah memaafkan saya, atau Pak Mulyanta meminta permohonan maaf kepada saya. yang terbaik memang memberi maaf tanpa harus diminta, akan tetapi yang lebih baik kalau kita meminta dan memberi. Meminta maaf dan memberi maaf. Kita harapkan bahwa malam ini kita semua benar-benar sudah saling memaafkan, sehingga kemudian akan timbul kasih sayang di antara kita.

Kedua, tahun depan kita akan masuk ke dalam tahun politik, dan hawa hangatnya sudah kita rasakan mulai sekarang. Oleh karena itu, agar kita semua memahami bahwa pada tahun politik tersebut tidak akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Kita justru harus memperkuat persaudaraan sebagai bangsa. Antara yang muslim dengan yang Nasrani atau Kristen dan Katolik, atau  Hindu dan Buddha juga Konghucu, justru harus saling rukun dan harmonis. Antara yang sesama muslim juga harus memperkuat ikatan atau ukhuwah Islamiyah, dengan yang lain memperkuat ukhuwah insaniyah dan ukhuwan wathaniyah. Jika berbagai macam pemeluk agama tersebut bisa membangun kerukunan dan keharmonisan, maka Indonesia akan menjadi negara yang besar dan hebat.

Jangan sampai pilihan politik membuat kita bertengkar. Jangan sampai perbedaan partai politik membuat kita bercerai berai. Kita tetap harus berada di dalam satu kesatuan wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita harus cerdas di dalam berpolitik. Kita gunakan dalam bahasa sosiologisnya, “Perilaku Rational Choice”, bahwa setiap perilaku itu didasari oleh pilihan rasional. Marilah kita gunakan rasional choice di dalam memilih presiden/wakil presiden, anggota legislative atau DPR/DPRD. Kita semua sudah merasakan betapa nikmatnya persaudaraan dan persahabatan, kedamaian dan kerukunan di dalam bernegara dan berbangsa Indonesia.

Ketiga, melazimkan membaca kalimat thayyibah. Kala Nabi Muhammad SAW suatu hari berjalan bersama para sahabatnya, dan ketika itu Beliau membawa tongkat di tangannya,  lalu Beliau melewati pohon  yang dedaunnya telah kering dan memukul pohon itu dengan tongkat yang ada di tangannya,  maka daun-daun kering itu berguguran, dan pada saat  para sahabat melihat pohon itu berguguran di depan mereka, maka Nabi Mhammad SAW  bersabda, sesungguhnya kalimat: “subhanallah wal hamdu lillah wa ilaha illallah  wallahu akbar” menggugurkan dosa-dosa  sebagaimana dedaunan pohon ini berguguran”.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita lazimkan membaca kalimat hebat ini, kalimat yang dapat menggugurkan dosa, kekhilafan dan kesalahan kita, dan jika  kita membacanya mungkin pagi hari, siang atau sore semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Bukankah Allah sudah menyatakan:  innallaha la yukhliful mi’ad,  bahwa Allah merupakan Dzat yang tidak akan mengingkari janji. Mumpung masih ada waktu marilah kita melantunkan kalimat Tayyibah ini, semoga kita semua di dalam ridha dan rahmat Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.

MEMBIASAKAN MEMBACA PUJIAN KEPADA ALLAH SWT

MEMBIASAKAN MEMBACA PUJIAN KEPADA ALLAH SWT

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Di dalam diri manusia terdapat satu kebutuhan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abraham Maslow, yaitu kebutuhan akan pengakuan. Seseorang membutuhkan pengakuan atas capaian kerja atau prestasi kerja atau kesuksesan yang diperolehnya. Kebutuhan pengakuan ini memang sangat manusiawi, sebab memang manusia memiliki kebutuhan psikhologis akan pengakuan atau rekognisi dimaksud.

Manusia tidak hanya membutuhkan kebutuhan fisik atau biologis,  akan tetapi juga kebutuhan psikhologis yang salah satu di antara diakui atas capaian di dalam kehidupannya. Misalnya, seseorang yang berhasil di dalam pendidikannya, maka orang sekerjanya atau sahabat-sahabatnya harus mengucapkan selamat kepadanya. Jika ada orang yang naik jabatan atau pangkat, maka kawan sekerjanya atau sahabatnya juga mengucapkan selamat kepadanya. Apalagi jika anak atau cucu bahkan kerabat mencapai prestasi yang spektakuler juga perlu untuk diberikan ucapan selamat.

Ucapan dalam rangka penghargaan itu tidak perlu panjang. Bahkan cukup hanya dengan satu kata. “Selamat”. Akan tetapi memiliki daya pengaruh yang besar. Kata itu memiliki signifikansi relasi social yang hebat. Maka, ucapkanlah “selamat” kepada kawan kita atau sahabat kita atas torehan prestasi yang diperolehnya. Dan ucapan satu kata itu akan membahagiakannya.

Ucapan selamat itu juga akan membuat seseorang merasa diagungkan derajatnya. Melalui ucapan selamat, maka orang akan merasakan kebahagiaan. Dan hal ini tentu sangat wajar, sebab manusia memang memiliki potensi senang dipuja dan senang dipuji. Baik lelaki maupun perempuan akan sangat suka untuk dipuji. Lelaki terkadang merayu perempuan dengan ucapan-ucapan yang bisa menyenangkan hati lawan jenisnya. Jadi, pada dasarnya, semua manusia senang untuk dipuji sebagai ekspresi atas penghargaan pada orang lain, sahabat atau kerabat.

Nabi Muhammad SAW juga akan memberikan syafaatnya atas orang yang bisa membahagiakannya. Dan salah satu yang membahagiakannya adalah kala umatnya membacakan shalawat kepadanya. Hal ini tentu terkait dengan teks Alqur’an bahwa Allah SWT saja memberikan ucapan selamat kepada Nabi Muhammad SAW. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad”. Jika kita ingin memperoleh keselamatan dari Allah SWT, maka Nabi Muhammad SAW akan bisa menjadi penyambungnya atau menjadi washilahnya. Jika seseorang membaca satu kali shalawat, maka akan diberikan pahala layaknya membaca 10 kali shalawat dan begitulah kelipatannya. Jika seseorang membaca 1000 kali shalawat, maka layaknya membaca 10.000 kali shalawat karena pahalanya dilipatgandakan 10 kali.

Allah SWT sudah mengajari kita agar kita selalu membaca puja dan puji kepada Allah SWT. Islam begitulah merupakan agama yang paling lengkap. Yang tidak hanya berisi urusan ketauhidan, ritual dan akhlak, akan tetapi juga menyangkut tata cara kehidupan sehari-hari. Di antara yang dianjurkan oleh Allah SWT, maka Allah SWT  meminta kepada kita untuk terus melantunkan puja dan puji kepada Allah SWT. Kalimat thayyibah yang dianjurkan sangat banyak, baik yang merupakan pujian maupun doa-doa yang penting untuk dilantunkan. Seperti kalimat tahlil, la ilaha illallah, kalimat istigfar, astaghfirullah al ‘adzim, kalimat pujian, subhanallah atau kalimat syukur, alhamdulillah. Bacaan-bacaan atas kalimat thayyibah ini sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW agar seseorang kelak memeroleh pahala yang besar di sisi Allah SWT.

Saya ingin memberikan sedikit penjelasan tentang sebuah puja dan puji kepada Allah SWT. “subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illallah  wallahu akbar”. Bacaan atas kalimat ini sangat dahsyat. Kalimat ini mengandung empat hal, yaitu Tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah), tahlil (la ilaha illallah), takbir (Allahu akbar).

Sebagaimana digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits-haditsnya bahwa “sesungguhnya Allah telah memilih empat perkataan:  subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illallah  wallahu akbar. Barang siapa mengucapkan subhanallah maka akan dicatat untuknya 20 kebaikan dan akan dihapus 20 kesalahan, dan barang siapa mengucapkan Allahu Akbar maka akan dituliskan seperti itu pula, dan barang siapa mengucapkan la ilaha ilallah  maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula dan barang siapa yang mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin dari dalam hatinya, maka akan dituliskan untuknya 30 kebaikan dan dihapuskan untuknya 30 kesalahan”. (HR. Ahmad).

Demikianlah Allah SWT telah memberikan kemudahan kepada umat Islam untuk memperoleh kebaikan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jika kita menginginkan kebaikan di dalam kehidupan, khususnya kehidupan di akhirat, maka selayaknya jika kita selalu mendawamkan bacaan kalimat thayyibah agar kita memperoleh kebaikan dari Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

DAHSYATNYA PUJIAN KEPADA ALLAH

DAHSYATNYA PUJIAN KEPADA ALLAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagaimana yang sudah sering kita dengar, bahwa manusia itu memiliki potensi untuk melakukan kekhilafan. Makanya melakukan kekhilafan adalah hal yang sangat manusiawi. Manusia dibekali dengan nafsu yang terkadang bisa mengarahkannya kepada  keburukan atau kal hayawan atau hanya menuruti nafsu biologisnya atau  nafsu amarah  dan terkadang juga berkecenderungan untuk mengikuti nafsu muthmainnah sehingga bisa masuk dalam kategori kal malaikat.

Allah kemudian menurunkan agama sebagai pedoman di dalam kehidupan tersebut. Agama sesungguhnya diturunkan dalam upaya agar manusia dapat melakukan kebaikan. Manusia sebenarnya memiliki potensi positif yang lebih banyak dibandingkan dengan potensi negatifnya. Di antara indikatornya adalah manusia diberinya pedoman mana yang benar dan mana yang salah dan mana yang jelek dan mana yang baik. Manusia bisa memilih apa yang bisa dilakukannya.

Di dalam kehidupan ini kita bisa melihat ada orang yang sangat baik dan ada orang yang sangat jahat. Tidak hanya orang yang beragama Islam yang melakukan kebaikan untuk kemanusiaan tetapi juga ada orang-orang yang beragama lain. Di India misalnya kita mengenal nama Mahatma Gandhi, orang India yang mengajarkan tentang kebaikan dalam memerdekaan India dari jajahan inggris. Juga ada nama Bunda Theresia, seorang yang sangat dikenal karena kebaikan dan pertolongannya bagi orang lain. Yang dekat-dekat dengan kita, juga kita kenal nama seperti Gus Dur, Pak Syafi’i Maarif, Bante Panjavaro, Romo Mangun Wijaya dan lain-lain yang menjadi orang baik karena perilakunya di dalam kehidupan.

Semua dari mereka adalah lentera kehidupan yang memberikan sinar kebaikan bagi orang lain dengan tidak memperdulikan apa etnis, keturunan, golongan sosial dan agamanya. Mereka orang yang sudah memasuki atau melampaui dunia dirinya sendiri dengan melakukan amal kebaikan untuk orang lain. Akan tetapi juga ada orang-orang jahat dengan kaliber internasional, misalnya Hitler, Mussolini, para penjahat perang, dan yang dekat dengan kita misalnya para pembunuh berantai yang dilakukan oleh orang yang sangat jahat. Dengan demikian, ada orang yang bisa mengaktualkan potensi kebaikan di dalam dirinya dan ada yang justru mengaktualkan potensi kejahatan yang dilakukannya.

Sebagai manusia yang potensial melakukan kesalahan atau kekhilafan, maka Islam mengajarkan agar manusia melakukan pertaubatan. Namun selain itu Allah juga memberikan instrument kalimat thayyibah yang dapat dijadikan sebagai medium untuk menggugurkan dosa-dosa yang dilakukan manusia. Islam adalah agama rahmat, yang kerahmatannya itu sungguh luar biasa. Tidak hanya diajarkan untuk memberikan rahmatnya kepada umat Islam saja, tetapi juga umat agama lain. Islam itu rahmatan lil ‘alamin.

Dalam kerangka menghapus kekhilafan, kesalahan dan dosa, Allah SWT memberikan instrument melalui ungkapan yang dahsyat, yang daya pengguguran kesalahan, kekhilafan dan dosa tersebut laksana angin yang bisa menggugurkan daun-daun kering. Berguguran disaput angin yang datang kepada pohon-pohon dimaksud.

Kala Nabi Muhammad SAW suatu hari berjalan bersama para sahabatnya, dan ketika itu Beliau membawa tongkat di tangannya,  lalu Beliau melewati pohon  yang dedaunnya telah kering dan memukul pohon itu dengan tongkat yang ada di tangannya,  maka daun-daun kering itu berguguran, dan pada saat  para sahabat melihat pohon itu berguguran di depan mereka, maka Nabi Mhammad SAW  bersabda, sesungguhnya kalimat: “subhanallah wal hamdu lillah wa ilaha illallah  wallahu akbar” menggugurkan dosa-dosa  sebagaimana dedaunan pohon ini berguguran”.

Coba kita bayangkan instrument yang diberikan Allah SWT kepada kita melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Melalui bacaan yang intinya memuji kepada Allah SWT, maka bacaan kalimat thayyibah itu akan dapat menggugurkan dosa, kekhilafan, dan kesalahan kita. Betapa hebatnya. Islam sungguh agama yang bisa menjadi rahmat khususnya bagi pemeluknya di dalam kehidupan di dunia ini.

Dosa, kekhilafan dan kesalahan itu ibarat daun kering. Daun yang memang seharusnya jatuh ke bumi. Bisa jatuh secara alami dan bisa juga jatuh karena factor eksternal, seperti datangnya angin. Angin yang berhembus itu dilambangkan sebagai upaya untuk mempercepat jatuhnya daun kering. Begitulah kira-kira fungsi bacaan kalimat thayyibah. Yaitu sebagai faktor eksternal untuk mempercepat runtuhnya dosa-dosa yang ada di dalam tubuh kita.

Oleh karena itu, marilah kita lazimkan untuk membaca subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illallah wallahu akbar. Semoga dengan bacaan ini akan dapat membawa kita kepada keridlaan Allah SWT dan kita bisa berjumpa dengan Rasulullah bahkan berjumpa dengan Allah SWT. Allahumma amin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

BAHAGIA BEKERJA DI MANA SAJA

BAHAGIA BEKERJA DI MANA SAJA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya kira tidak sungguh-sungguh kala Pak Mulyanta, Ketua RW 08 Kelurahan Ketintang Baru Selatan, Gayungsari, Surabaya menyatakan akan mengundang saya untuk acara Halal bil Halal. Ternyata sungguhan. Saya diundang untuk memberikan taushiyah dalam rangka halal bil halal untuk para ketua RT pada  RW 08 dan juga ketua Takmir pada masjid-masjid di wilayah RW 08. Acara tersebut diselenggarakan di Balai RW 08 Perumahan Sakura Regency, Ketintang Surabaya.

Hadir pada acara ini Pak Mulyanta, Pak Agus Setiyono, Bu Izzah QHS, Pak Mashudi, Pak Abdullah, Pak Wahid Wahyudi, Pak Wahyudi, Pak Affan, Pak Rusmin, Pak Budi, dan sejumlah anggota RW dan RT serta sejumlah Ibu-Ibu penggerak PKK pada RW 08. Ada sebanyak kira-kira 45 orang yang hadir pada acara ini. Meskipun tidak merupakan kumpulan banyak orang,  akan tetapi yang hadir merupakan orang-orang yang berada dalam strata social tinggi, baik di kantor maupun di masyarakat. Dan tentu saja mereka memiliki pengaruh yang besar.

Halal  bil halal merupakan sebuah tradisi di dalam masyarakat Indonesia dengan  melakukan pertemuan setahun sekali ba’da melakukan puasa selama satu bulan penuh. Acara ini merupakan kearifan local, yang tidak terdapat di negara lain, khususnya di negara-negara Timur Tengah. Di negara asal agama Islam tersebut tidak didapatkan  kekayaan tradisi sebagaimana di Indonesia. Dan tradisi seperti ini merupakan kreasi dari masyarakat Islam Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi dalam relasi social dan budaya pada masyarakatnya.

Saya menyampaikan tiga hal, yang mendasar. Yaitu: pertama, sebagai tradisi halal bil halal, maka ucapan yang paling layak adalah minal a’idin wal faizin wal maqbulin kullu amin wa antum bi khair. Taqabballahu minna wa minkum taqabbal ya Karim”. Sebuah ungkapan yang sangat lazim bagi masyarakat Indonesia. Sebuah ungkapan yang mengandung doa, agar ibadah kita membuat kita bahagia, dan diterima oleh Allah SWT dan semoga kita semua di dalam kebaikan. Halal bil halal adalah medium untuk saling memaafkan.

Biasanya, di dalam acara halal bi halal, maka ayat yang paling sering dibaca adalah: Surat Ali Imron, 133-134, Allah berfirman: “wa sari’u ila maghfiratin min rabbikum wa jannatin ardhuhas samawatu wal ardhu, u’iddat lil muttaqin. Alladzina yunfiquna fis sarrai wadh dharrai wal kadziminal ghaidzo wal ‘afina ‘anin nas wallahu yuhibbul muhsinin”.   Yang artinya: “bersegeralah memohon ampunan kepada Tuhanmu dan surganya Allah yang luasnya seluas bumi dan langit yang disediakan kepada orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya di dalam keadaan lapang dan sempit dan menahan amarah dan memaafkan atas kesalahan manusia lainnya dan Allah menyukai orang-orang yang berlaku baik.

Kedua, kita semua adalah orang-orang yang bekerja untuk kepentingan masyarakat. Ada yang menjadi Ketua RW, RT, Takmir Masjid dan lain-lain, maka saya ingin menyatakan bahwa terdapat sebuah filsafat bekerja, yang dikenal dengan filsafat togetherness. Atau filsafat kebersamaan. Yaitu: coming together, sharing together, working together dan succeeding together. Kita datang di dalam institusi tempat kita bekerja untuk datang bersama-sama. Meskipun kita datang dari berbagai suku, ethnis, profesi dan sebagainya. Akan tetapi kita merasa datang ke dalam institusi social secara bersama-sama, yaitu sebagai bangsa Indonesia. Jika kita dapat memiliki rasa datang bersama-sama, maka kita memiliki  peluang untuk sharing togethers. Jika sharing together bisa dilakukan maka peluang untuk bekerja bersama juga sangat terbuka. Kita dapat working together, dan akhirnya kita akan menuai kesuksesan bersama-sama atau succeeding together. Hakikatnya tidak ada sukses seorang diri. Setiap kesuksesan adalah akibat dari kerja sama.

Ketiga, kita harus bekerja dengan bahagia. Berdasarkan Mc-Kinsey, bahwa untuk bisa bekerja dengan bahagia, maka harus memenuhi tiga syarat, yaitu: memiliki purpose atau memiliki keinginan atau tujuan. Jangan hanya bertujuan instrumental atau untuk mendapatkan gaji atau upah tetapi bertujuanlah untuk beribadah kepada Allah. Jadikan tujuan kita bekerja adalah untuk memenuhi kepentingan keluarga dalam beribadah kepada Allah. Lalu memiliki hope atau harapan. Dengan bekerja maka kita memiliki harapan untuk memenuhi nafkah keluarga. Upah atau gaji yang kita dapatkan untuk beribadah kepada Allah dan untuk mencari keridlaan Allah. Memberi nafkah keluarga dengan tujuan beribadah adalah harapan tertinggi. Kemudian memiliki friendship bahwa kita merasa memiliki kawan di dalam bekerja. Jika kita memiliki kawan di dalam bekerja, maka kita akan terhindar dari lonely in the crowd atau orang yang kesepian di dalam keramaian. Kita bisa sharing apa yang menjadi kesulitan kita, lalu bisa mencari solusi bersama dan akhirnya akan bahagia bersama.

Selain itu juga perlu memiliki filsafat rukun, harmoni dan slamet. Tidak ada yang lebih indah dibandingkan dengan kerukunan. Tidak ada yang lebih baik dari hidup yang harmonis. Rukun dan harmonis di dalam keluarga, di dalam bertetangga, di dalam komunitas dan di dalam masyarakat. Jika kita dapat melakukan yang  seperti itu,  maka akhirnya kita akan selamat. Keselamatan adalah segala-galanya.

Wallahu a’lam bi al shawab.