MARI TETAP BERSATU DI TENGAH TAHUN POLITIK
MARI TETAP BERSATU DI TENGAH TAHUN POLITIK
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Jum’at malam, 12/05/2023, di Masjid Al Ihsan diselenggarakan acara halal bihalal yang dilakukan oleh RT 05 RW 08 Ketintang Selatan Gayungan Surabaya. Acara ini dihadiri oleh warga RT 05, pada Perumahan Lotus regency Ketintang Surabaya. Acara ini diselenggarakan ba’da Shalat Isya’ di halaman Masjid Al Ihsan. Dihadiri oleh Ketua RW 08, Pak Mulyanta, Ketua RT 05 Pak Wahyudi dan warga di sekitar Perumahan Lotus Regency dan juga beberapa warga Perumahan Sakura Regency.
Saya diminta oleh Pak RT 05 untuk memberi ceramah atau taushiyah pada acara ini. Makanya saya nyatakan bahwa “saya ini kyai Jawilan”, atau kyai yang diminta mendadak untuk memberikan ceramah pada saat acara sudah hampir dimulai. Tetapi tentu saya bersyukur, sebab diberi peluang untuk menyampaikan gagasan atau ide terkait dengan situasi keberagamaan, kemasyarakatan dan bahkan politik di akhir-akhir ini.
Acara disusun dengan sangat sederhana, setelah dibuka oleh Alif Al hafidz, selaku Master of ceremony, maka lalu bacaan ayat suci Al Qur’an yang dilantunkan oleh cucunda Nisrina Arfa Al Abashy, lalu sambutan Pak Ketua RT, dan ceramah halal bihalal, dan terakhir doa yang dibacakan oleh Ustadz Firdaus, al Hafidz dan dilanjutkan dengan ramah tamah. Makan soto, nasi goreng dan bakso. Acara ini berjalan sekitar satu jam saja. Sebelumnya saya sudah dipesan oleh cucunda Yuvika Farnaz Adzkiya, agar ceramahnya jangan lama-lama. Akhirnya ceramah hanya selama 30 menit saja.
Saya menyampaikan tiga hal mendasar, yaitu: pertama ucapan selamat hari raya. Saya sampaikan di masa lalu kita ini kalau meminta maaf kepada yang lebih tua, bisa menggunakan Bahasa Jawa yang halus, “nyuwun agunging pangapunten sedoyo kalepatan ingkang mboten angsal idzine syara’ mugi lebur dinten meniko” tetapi sekarang sudah menggunakan bahasa yang lebih merakyat. “Nol nol bro” atau “kosong-kosong bro”, dan bahasa-bahasa prokem lainnya yang menunjukkan persahabatan. Tetapi secara komplit di dalam tradisi Islam itu dinyatakan: “minal aidin wal faizin wal maqbulin kullu amin wa antum bikhoir taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal ya Karim”. Panjang atau pendek sebenarnya sama saja, sebab intinya adalah memohon maaf atas segala kesalahan atau kekhilafan.
Akan tetapi yang penting harus dilahirkan atau diungkapkan tentang permohonan maaf dimaksud. Sebab kita itu tidak tahu yang batin. Kita tahu yang lahir tetapi tidak tahu yang batin. Hanya Allah saja yang mengetahui yang lahir dan batin. Allahu ya’lamu dhahiran wa bathinan. Saya tidak tahu kalau misalnya Pak Mulyanta sudah memaafkan saya, atau Pak Mulyanta meminta permohonan maaf kepada saya. yang terbaik memang memberi maaf tanpa harus diminta, akan tetapi yang lebih baik kalau kita meminta dan memberi. Meminta maaf dan memberi maaf. Kita harapkan bahwa malam ini kita semua benar-benar sudah saling memaafkan, sehingga kemudian akan timbul kasih sayang di antara kita.
Kedua, tahun depan kita akan masuk ke dalam tahun politik, dan hawa hangatnya sudah kita rasakan mulai sekarang. Oleh karena itu, agar kita semua memahami bahwa pada tahun politik tersebut tidak akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Kita justru harus memperkuat persaudaraan sebagai bangsa. Antara yang muslim dengan yang Nasrani atau Kristen dan Katolik, atau Hindu dan Buddha juga Konghucu, justru harus saling rukun dan harmonis. Antara yang sesama muslim juga harus memperkuat ikatan atau ukhuwah Islamiyah, dengan yang lain memperkuat ukhuwah insaniyah dan ukhuwan wathaniyah. Jika berbagai macam pemeluk agama tersebut bisa membangun kerukunan dan keharmonisan, maka Indonesia akan menjadi negara yang besar dan hebat.
Jangan sampai pilihan politik membuat kita bertengkar. Jangan sampai perbedaan partai politik membuat kita bercerai berai. Kita tetap harus berada di dalam satu kesatuan wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita harus cerdas di dalam berpolitik. Kita gunakan dalam bahasa sosiologisnya, “Perilaku Rational Choice”, bahwa setiap perilaku itu didasari oleh pilihan rasional. Marilah kita gunakan rasional choice di dalam memilih presiden/wakil presiden, anggota legislative atau DPR/DPRD. Kita semua sudah merasakan betapa nikmatnya persaudaraan dan persahabatan, kedamaian dan kerukunan di dalam bernegara dan berbangsa Indonesia.
Ketiga, melazimkan membaca kalimat thayyibah. Kala Nabi Muhammad SAW suatu hari berjalan bersama para sahabatnya, dan ketika itu Beliau membawa tongkat di tangannya, lalu Beliau melewati pohon yang dedaunnya telah kering dan memukul pohon itu dengan tongkat yang ada di tangannya, maka daun-daun kering itu berguguran, dan pada saat para sahabat melihat pohon itu berguguran di depan mereka, maka Nabi Mhammad SAW bersabda, sesungguhnya kalimat: “subhanallah wal hamdu lillah wa ilaha illallah wallahu akbar” menggugurkan dosa-dosa sebagaimana dedaunan pohon ini berguguran”.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita lazimkan membaca kalimat hebat ini, kalimat yang dapat menggugurkan dosa, kekhilafan dan kesalahan kita, dan jika kita membacanya mungkin pagi hari, siang atau sore semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Bukankah Allah sudah menyatakan: innallaha la yukhliful mi’ad, bahwa Allah merupakan Dzat yang tidak akan mengingkari janji. Mumpung masih ada waktu marilah kita melantunkan kalimat Tayyibah ini, semoga kita semua di dalam ridha dan rahmat Allah SWT.
Wallahu a’lam bi al shawab.