• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

IMAN SEBAGAI NIKMAT TERBESAR

IMAN SEBAGAI NIKMAT TERBESAR

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Hari Sabtu, 28/06/2025, saya ke Tuban. Tentu untuk menjenguk Emak, Hj. Turmiatun,  yang masih hidup dan juga mengantarkan cucu saya, Yuvika, Arfa dan Echa, yang juga berlibur di Tuban. Sambang buyutnya. Begitu datang di Tuban langsung ke kolam renang di Hotel Tuban Resort dan kemudian makan siang di Mie Gacoan. Karena saya tidak pintar dalam memilih level mie, maka saya langsung minta level 1. Ternyata sudah pedas. Akhirnya Vika dan Echa tidak jadi makan mie Gacoan. Ternyata penting juga literasi kulineran.

Hari Ahad  pagi, 29/06/2025, saya shalat shubuh berjamaah di Mushalla Raudhatul Jannah, yang diikuti oleh teman-teman saya di masa lalu. Senang juga bernostalgia dengan  sahabat-sahabat saya yang tentu sudah berusia senja. Sudah di atas 60-an tahun. Memang ada beberapa di antaranya yang masih berusia muda, dibawah 50 tahunan. Sebagaimana biasanya, maka ba’da shubuh lalu saya memberikan sedikit taushiyah kepada para jamaah, lelaki dan perempuan. Ada tiga hal yang saya sampaikan:

Pertama, ucapan Syukur kepada Allah SWT. Kita harus bersyukur kepada Allah karena kenikmatan yang diberikan kepada kita, baik nikmat duniawi maupun kenikmatan iman dan Islam. Kita masih bisa melihat keindahan dunia. Kita masih bisa menikmati kehidupan yang ada di sekeliling kita. Kita tidak kaya harta, tetapi kaya hati, kaya perasaan dan kaya iman kepada Allah SWT.

Kita masih bernafas sebagai nikmat hidup terbesar. Paru-paru kita masih sehat, sehingga dengan paru-paru yang sehat tersebut, maka kita dapat  melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung kehidupan. Jika paru-paru kita sehat, maka jantung, limpa, otak dan seluruh anasir tubuh juga sehat. Tetapi jika paru-paru kita tidak sehat, maka  unsur tubuh lainnya juga menjadi tidak sehat. Maka kita harus bersyukur atas pemberian Tuhan yang berupa kesehatan tersebut.

Bayangkan jika paru-paru kita tidak sehat dan harus menggunakan bantuan oksigen, maka harganya mahal sekali. Satu tabung bisa berharga jutaan. Padahal setiap hari kita menghirup udara tanpa bayar. Gratis. Rasanya jika tidak bersyukur kepada Allah yang sudah memberikan udara bersih kepada kita setiap hari tentu kita sungguh keterlaluan. Terlalu, katanya Bang Haji Rhoma Irama.

Kedua, nikmat Iman adalah nikmat terbesar. Tidak ada yang melebihi nikmat iman ini. Nikmat yang abadi, nikmat yang tidak berhenti di dunia tetapi akan terus ada di dalam alam barzakh dan alam akherat. Iman akan dibawa sampai ke liang lahat dan terus ke akherat. Oleh karena itu, iman kita sebut sebagai nikmat Allah yang tiada taranya. Nikmat terbesar bagi manusia.

Nikmat harta adalah nikmat duniawi yang tidak abadi. Begitu meninggal, maka seluruh harta yang dimiliki akan ditinggalkan. Tidak ada yang mengikuti jasad manusia  yang sudah menjadi bangkai.  Semua ditinggalkan. Bayangkan ada orang kaya di Amerika, Namanya Bill Gate, hartanya itu ribuan trilyun. Tetapi kala yang bersangkutan meninggalkan dunia, pasti harta tersebut akan ditinggalkan. Masih untung jika tidak dijadikan rebutan. Banyak harta yang ditinggalkan oleh orang tua, dan kala orang tuanya wafat, maka harta warisannya menjadi rebutan.

Makanan yang paling enak untuk masyarakat pedesaan adalah gulai sapi atau kambing, yang disebut sebagai becek, atau rawon, atau pecel Madiun atau kare. Akan tetapi kekuatan makan kita hanya satu piring dan setelah itu selesai. Minuman yang paling enak adalah es kelapa  muda atau es degan,  atau es cendol atau wedang kopi. Tetapi juga hanya sebatas satu cangkir atau lebih. Kita memiliki mobil bagus, memiliki jam tangan mewah, kita memiliki rumah yang besar, magrong-magrong, akan tetapi berapa banyak kamar yang dibutuhkan. Mungkin rumah kita bertatahkan emas, akan tetapi yang dibutuhkan untuk tidur hanyalah satu kamar.

Presiden Donald Trump, dari Amerika Serikat, rumahnya bertatahkan emas, akan tetapi pusing juga memikirkan Israel yang “kalah” perang melawan Iran. Yang dibutuhkan hanyalah satu kamar. Jadi, seberapapun kita memiliki segalanya di dunia ini, akan tetapi hanya akan menjadi benda-benda yang tidak berguna di kala sudah wafat. Sungguh bahwa seluruh harta, jabatan dan usaha yang kita miliki tidak ada artinya karena seluruhnya bersifat tidak kekal atau fana. Hilang ditelan oleh waktu.

Ketiga, di sinilah makna agama. Islam mengajarkan agar manusia beriman dan bersyukur kepada Allah. Nikmat Allah terutama nikmat iman adalah nikmat terbesar. Kita bersyukur dilahirkan di desa yang kita cintai ini. Karena kita lahir di sini, maka kita menjadi beriman kepada Allah SWT. Kita menjadi umat Islam. Andaikan kita lahir di Papua, maka peluangnya tentu lebih kecil untuk menjadi umat Islam. Itulah sebabnya kita harus bersyukur karena kita diberikan hidayah tanpa berusaha secara optimal untuk memperolehnya.

Makanya, di dalam Alqur’an dinyatakan: “Amantu billahi tsummastaqim”. Yang artinya kurang lebih: “aku beriman kepada-Mu dan akan terus beriman dan menjalankan ajaran-Mu”.

Wallahu a’la bi al shawab.

 

 

KETAATAN KEPADA ALLAH DAN RASULNYA

KETAATAN KEPADA ALLAH DAN RASULNYA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Pada waktu acara tahsinan di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, 23/06/2025, terdapat suatu ayat yang menarik untuk dikaji lebih mendalam terkait dengan ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada Rasulullah. Lalu bisa dipertanyakan, apakah kesamaaannya dan apakah perbedaannya, ataukah sama ketaatan tersebut. Surat Attghabun ayat 12 menyatakan: “taatlah kepada Allah dan rasul-Nya. Jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul Kami hanyalah menyampaikan (Amanah Allah) dengan terang.” Lalu pada ayat berikutnya, ayat 13,  dinyatakan: “(Dialah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah.”

Ayat ini menarik untuk dibahas bukan dengan menggunakan ilmu tafsir, akan tetapi mencoba memahami dari dimensi rasio saja. Artinya bahwa ayat tersebut dapat dipahami dengan pendekatan aqliyah. Yaitu pendekatan yang mengedepankan akal untuk dijadikan sebagai piranti memahami ayat dimaksud. Sekali lagi bukan tafsir ayat Alqur’an tetapi sekedar memahami pengertian umum dari ayat tersebut.

Taat di dalam bahasa Indonesia adalah patuh atau tunduk pada perintah atau aturan yang berlaku dalam kaitannya dengan Tuhan, hukum atau regulasi lainnya. Secara tegas bisa dinyatakan bahwa taat artinya adalah patuh dan tunduk. Jadi arti secara kebahasaan tentang taat kepada Allah artinya adalah patuh dan tunduk kepada Allah. Demikian pula arti taat kepada Rasulullah adalah patuh dan tunduk kepada Rasulullah. Sebagaimana penjelasan saya, bahwa tentu ada perbedaan antara patuh dan tunduk kepada Allah dan patuh dan tunduk kepada Rasulullah. Ini yang saya ungkapkan sama tetapi berbeda. Artinya, manusia harus sama kepatuhan dan ketundukannya kepada Allah dan Rasulnya, akan tertapi berbeda corak dan ekspresinya.

Di dalam ayat 13 dijelaskan bahwa manusia harus beriman kepada Allah, tidak ada Tuhan selain Allah dan bertawakkal kepadanya. Jadi ada dua hal yang terkait dengan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah, yaitu tidak mensyarikatkan atau musyrik dan kemudian berpasrah diri kepada-Nya. Iman dan tawakkal merupakan indicator atas ketaatan kepada Allah SWT. Iman kepada Allah merupakan kunci atas keimanan seseorang. Tidak boleh percaya kepada yang lain tanpa didahului iman kepada Allah. “amantu billahi tsummas taqim”. Saya beriman kepada Allah dan terus mengimaninya. Tidak boleh bergeser sedikitpun di dalam keimanannya. Iman memang bisa naik turun, yazid wa yankush, tetapi tidak boleh menjadi bergeser untuk tidak mengimani kepada Allah. Jangan menjadi atheis. Tidak mengakui bahwa ada Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa.

Lalu bagaimana dengan taat kepada Rasulnya? Di sini ada perbedaannya. Taat kepada Rasul artinya secara etimologis adalah patuh dan tundak kepada Rasulullah. Tentu berbeda dengan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah. Taat kepada Rasul itu artinya secara terminologis adalah mematuhi atas sunnah yang harus dilakukan manusia. Dengan melakukan sunnah rasul, maka kita telah taat kepada Rasulullah. Jangan jadi kelompok ingkarus sunnah. Akhir-akhir ini ada kelompok yang menyatakan tidak mengikuti sunnah rasul dan hanya mematuhi Alqur’an. Tidak bisa seperti itu. Alqur’an memerintahkan kepada manusia untuk taat  kepada Allah dan juga taat kepada Rasulullah.

Sebagai manusia biasa atau orang awam dalam mengamalkan ajaran agama tentu belum semua sunnah rasul dapat kita lakukan. Tetapi kita harus meyakini bahwa kita harus beriman tentang kerasulan Muhammad SAW dan menjalankan apa yang diperintahkan untuk dilakukan sesuai dengan  ajaran Islam. Hakikat apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah apa yang diperintahkan oleh Allah. Jadi antara apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah perintah Allah SWT. Di dalam Alqur’an dijelaskan: wa ma yantiqu ‘anil hawa in huwa illa wahyuy yuha”. “Dan tidaklah sekali-kali Rasul itu melakukan sesuatu atas hawa nafsunya, kecuali atas wahyu yang diwahyukan kepada-Nya”.

Ketaatan kepada Allah dan Rasul-nya itu, kedua-duanya mutlak. Tidak bisa dipisah mentaati yang satu dan menafikan lainnya. Keduanya berjalan simultan.  Tetapi berbeda di dalam wujud ketaatannya. Yang pertama kemutlakan tidak mensyarikatkan kepada apapun, dan yang ketaatan kepada Nabi adalah dengan melakukan amalan yang sudah diajarkan kepada manusia melalui wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Orang yang taat kepada Allah harus diwujudkan dengan melakukan ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Beruntunglah kita semua yang pada saat usia semakin senior, dan kita semakin mendekati ajaran agama Islam dengan sungguh-sungguh. Kita bisa membaca Alqur’an meskipun dalam surat-surat yang terbatas. Misalnya one day one surah plus. Acara Ngaji Bahagia, membaca Surat Al Waqiah, dan Surat Al Kahfi dan acara tahsinan setiap hari adalah wujud dari ketaatan kita kepada Allah dan Rasulnya.

Kita semua merasa telah menjadi bagian dari umat Islam yang menjalankan ajaran Islam sesuai dengan keyakinan atas ajaran Islam sebagaimana diajarkan oleh ulama-ulama salaf yang shalih. Semua ini diharapkan dapat menjadi jembatan yang mengantarai relasi antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi yang pasti terjadi.

Allahumma bariklana fi umrina, wabariklana fi hayatina, wa bariklana fi kulli a’malina fil khair. Amin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

MANFAAT SURAT ATTAGHOBUN

MANFAAT SURAT ATTAGHOBUN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Hari Sabtu saya memang sengaja untuk pulang ke rumah saya di Tuban, karena ada pelepasan atas kelulusan anak-anak Taman Kanak-Kanak Alhikmah. Sebagai ketua Yayasan Pendidikan ini,  saya tidak boleh melewatkan acara special yang diselenggarakan oleh Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Al Hikmah. Acara tersebut diselenggarakan pada 21 Juni 2025. Hadir seluruh guru KB dan TK Al Hikmah, siswa dan orang tua siswa dan pejabat Desa Sembungrejo.

Saya tentu menginap di rumah saya, sebab masih ada Emak, Hj. Turmiatun. Oleh karena itu, pada Hari Ahad, 22 Juni 2025, saya menjadi imam shalat Shubuh dan sekaligus menjadi penceramah. Saya upayakan setiap saya pulang ke rumah Tuban, maka saya selalu memberikan taushiyah kepada para jamaah, khususnya jamaah shalat  Shubuh. Tema yang saya sampaikan pada ceramah shubuhan tersebut terkait dengan Surat Attghabun, Surat di dalam Alqur’an yang memiliki banyak hikmah. Ada tiga hal yang saya sampaikan di dalam ceramah tersebut, yaitu:

Pertama, mari bersyukur karena kita masih diberi kehidupan,  masih bisa bernafas dan masih sehat. Dengan diberi kehidupan berarti Tuhan masih menyayangi kita untuk bisa bertaubat kepada-Nya. Jika ada kesalahan, kekhilafan dan dosa berarti kita masih diberi peluang untuk membaca istighfar atau shalawat Nabi. Keduanya dapat dijadikan sebagai instrument untuk memperoleh ridhanya Allah SWT. Kita semua ini sudah orang yang berusia tua. Saya  sudah 67 tahun, Kang Matmui sudah 68 tahun, Kang Junaidi sudah 65 tahun. Dan lainnya sudah di atas 50 tahun. Bahkan di antara Kawan-kawan kita sudah banyak yang meninggal dunia.

Marilah kita bersyukur dengan cara semakin banyak membaca shalawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW semoga kita semua dapat memperoleh syafaat dari Kanjeng Rasulullah Muhammad SAW. Marilah kita perbanyak membaca shalawat tersebut karena di antara yang diberikan otoritas oleh Allah SWT kepada umat Islam adalah Nabi Muhammad SAW dan kitab suci Alqur’an.

Kedua, kali ini saya akan memberikan penjelasan sedikit saja tentang salah satu Surat di dalam Alqur’an, yaitu Surat Attaghabun, yang artinya adalah penampakan kebaikan dan keburukan. Waktu penampakan kebaikan dan keburukan tersebut disebut sebagai yaumut taghabun. Hari tersebut terjadi pada saat manusia berada di padang Mahsyar, salah satu padang tempat dibangkitkannya manusia dari kuburnya. Mereka keluar dari kuburnya dengan berbagai macam rupa. Tidak mengenal satu sama yang lain. Berdasarkan kajian ilmiah bahwa dari tubuh kita  ada yang tidak hancur. Disebut sebagai tulang ekor. Dibakarpun tidak hancur. Anggota tubuh lain dapat rusak, akan tetapi satu bagian tubuh, tulang ekor, tersebut tidak akan rusak. Dari situlah manusia dibangkitkan.

Di dalam Surat Attaghabun dinyatakan bahwa orang kafir itu tidak meyakini bahwa akan ada hari kebangkitan manusia dari kuburnya, tidak percaya bahwa akan ada siksa di dalam neraka dan  tidak ada pahala serta  kebaikan dari surga. Itulah sebabnya Allah memberikan penjelasan di dalam Alqur’an bahwa semua yang diberitakan di dalam Alqur’an,  baik yang berupa kabar kebahagiaan maupun kabar kepedihan adalah sesuatu yang hak, dan termasuk bagian dari keimanan atas hal-hal yang di masa sekarang dianggap sebagai kegaiban. Di dalam Surat Albaqarah dinyatakan “dan orang-orang yang meyakini hal-hal yang gaib, yang menjalankan shalat dan yang menginfakkan sebagian hartanya”.

Allah menggambarkan bahwa surga dan neraka itu sebuah kenyataan di masa yang akan datang. Bukan sesuatu yang gaib. Di masa sekarang merupakan kegaiban tetapi di masa yang akan datang adalah kenyataan. Bahkan juga digambarkan bahwa di dalam surga  terdapat air yang mengalir dan orang mukmin akan kekal di dalamnya. Sebaliknya orang kafir akan dimasukkan ke dalam neraka dengan api yang menyala-nyala dan juga akan kekal di dalamnya. Menurut Surat Attaghabun, tidak ada satupun manusia, kecuali para Nabi, yang terhindar dari yaumul ba’ats dan juga yaumut taghabun.

Ketiga, kita bersyukur kepada Allah karena kita mendapatkan iman yang benar dan kita sudah menjalankan ajaran Islam dengan benar. Coba kalau kita rasakan, hampir setiap pagi kita  shalat berjamaah shalat  shubuh. Jarang orang yang bisa melakukannya. Dan kita sudah melakukannya. Apalagi jika kita bisa shalat malam atau qiyamul lail. Kita bangun jam 02.00 atau jam 2.30 atau bangun jam 03.00 atau jam 3.30 WIB. lalu bisa shalat hajad 2 atau 4 rakaat, lalu shalat taubah 2 rakaat terus membaca dzikir tentang kalimat thayyibah. Ini tentu sebuah kebaikan yang luar biasa. Lalu kita ke masjid untuk shalat qabliyah shubuh dan dilanjutkan dengan shalat shubuh. Pahalanya sangat luar biasa. Dan insyaallah kita sudah melakukannya. Kebahagiaan ini yang sudah kita rasakan. Dan harapan kita semoga kita  menjadi orang yang merasa bahagia di kala akan wafat.

Surat Attaghabun ini memiliki beberapa hikmah, di antaranya adalah gambaran kebahagian dan kesengsaraan di alam mahsyar dan lanjut di alam akhirat. Kemudian kabar tentang perlindungan Allah kepada hambanya dengan kasih sayangnya. Tidak diperkenankan kita untuk memarahi keluarga kita yang melakukan kesalahan. Dan yang terpenting adalah kabar kegembiraan bagi orang muslim untuk meninggalkan dunia atau wafat di dalam keadaaan khusnul khatimah.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

PENAMPAKAN KESALAHAN, KEKHILAFAN DAN DOSA

PENAMPAKAN KESALAHAN, KEKHILAFAN DAN DOSA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Acara tahsinan yang diselenggarakan di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya telah sampai pada Surat Attaghabun, Senin, 16/06/2025. Secara harfiyah arti Attaghabun adalah “hari ditampakkan segala kesalahan”. Disebut Yauma Attghabun atau artinya hari ditampakkan semua kesalahan. Melihat makna ayat ini, sesungguhnya ayat ini terkait dengan kehidupan sesudah mati dan alam kubur atau hari perhitungan amal perbuatan manusia. Di alam mahsyar.

Dilihat dari asbabun nuzulnya,  surat ini diturunkan karena adanya sahabat Nabi Muhammad yang terlambat untuk ikut hijrah. Di kala sahabat lain sudah berhijrah ke Madinah sehingga pengetahuan beragama sudah semakin baik,  sahabat Nabi Muhammad  tersebut belum berangkat karena isteri dan anak-anaknya melarangnya. Oleh karena itu, sahabat Nabi Muhammad itu ingin menghukum isteri dan anak-anaknya, tetapi Allah menurunkan surat Attaghabun di mana Allah justru meminta mereka memaafkan istri dan anak-anaknya.

Surat ini oleh beberapa kalangan dianggap sebagai surat di dalam Alqur’an yang perlu dibaca di kala ada seseorang yang berada di dalam sakaratul maut atau menjelang wafat. Itulah sebabnya perlu dicari, bagaimana penalaran atas ayat demi ayat di dalam Surat Attaghabun agar bisa dipahami mengapa surat ini yang dibaca. Jika Surat Al Waqiah  sering dikaitkan dengan rejeki, maka bisa dipahami sebab yang namanya rejeki itu tidak selalu dalam bentuk materi atau benda akan tetapi bisa juga dalam bentuk rejeki akan keimanan dan keislaman. Rejeki iman dan Islam adalah rejeki terbesar di dalam kehidupan manusia.

Di dalam surat ini terdapat pernyataan Tuhan yang terkait dengan masa depan manusia yang sudah wafat. Bahwa manusia akan dibangkitkan oleh Allah pada waktu berada di alam mahsyar. Tetapi ada sebagian umat manusia yang tergolong orang kafir yang tidak mempercayai akan adanya Yaumul Ba’ats atau hari kebangkitan. Orang atheis, misalnya mempercayai bahwa kematian adalah kerusakan salah satu system tubuh, sehingga tidak lagi fungsional. Jika fungsi paru-paru hanya tinggal di bawah 30 persen, maka peluang meninggal sedemikian besar. Dengan kerusakan paru-paru,  maka akan berpengaruh pada subsistem tubuh lainnya, misalnya jantung, otak dan lainnya.

Di dalam ayat 7 dijelaskan bahwa orang kafir mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan, tetapi Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, bahwa “demi Tuhanku kamu pasti akan dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah dilakukan”. Jadi orang kafir atau atheis tidak mempercayai akan adanya hari kebangkitan sebagaimana diinformasikan oleh Nabi Muhammad berdasarkan atas wahyu Allah. Merekalah orang yang akan menjadi penghuni neraka dalam waktu yang lama. Sedangkan orang yang mempercayainya akan diganjar dengan surga juga dalam jangka waktu yang sangat lama. Mereka yang di surga akan kekal selamanya. Kekekalan yang tentu tidak sama dengan kekekalan Allah SWT. Surga dan neraka, manusia dan alam adalah ciptaan Tuhan sehingga tidak akan menyaingi  kekekalan Allah SWT.

Juga digambarkan bahwa orang yang mengerjakan kebaikan akan dapat menghapus kesalahan-kesalahannya. “waman yu’mim billahi wa ya’mal shalihan yukaffir ‘anhu sayyiatihi wa yudkhilhu Jannat”. “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan melaksanakan perbuatan yang baik niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya di dalam surga”.

Di dalam hadits Nabi Muhammad SAW dinyatakan: “ittaqillaha haitsuma kunta wa atbi’is sayyiatal hasanata tamhuha”, yang artinya kurang lebih “bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada dan ikutilah perbuatan yang jelek dengan perbuatan yang baik yang akan menghapus kejelekannya”. Ayat dan hadits ini merupakan berita gembira atau tabsyir kepada umat Islam agar selalu berada di dalam ketaqwaan kepada Allah di manapun, dan andaikan ada kesalahan maka hendaklah segera melakukan perbuatan yang baik karena perbuatan yang baik tersebut akan menghapus  dosa perbuatan yang jelek.

Lalu dimana relevansi surat Attaghabun dengan peristiwa kehidupan menjelang kematian? Surat Attaghabun merupakan surat yang memberitahukan tentang suasana Yaumul Ba’ats yang menggambarkan tentang pengungkapan kesalahan, kekhilafan dan dosa. Pada saat tersebut manusia, siapapun dia, tidak akan bisa mengingkari tentang apa yang dilakukannya. Dengan membacakan ayat-ayat di dalam Surat Attghabun bagi orang yang menghadapi kematian, maka memberikan keyakinan bahwa semua kelakuannya sudah berada di dalam catatan amalnya.

Bisa saja relasi antara bacaan Surat Attaghabun dengan suasana menjelang kematian tidak bersifat langsung, akan tetapi memiliki pengaruh psikhologis bagi orang yang akan wafat. Dengan memberikan informasi tentang surga,   maka akan memberikan kabar yang baik bagi seseorang yang dalam keadaan menghadapi kematian. Sedangkan informasi tentang neraka tentu juga akan memberikan gambaran bahwa yang bersangkutan harus menghadapinya. Memang hanya ada dua pilihan mendengarkan kabar baik atau kabar buruk.

Surat Attaghabun merupakan salah satu surat di dalam Alqur’an yang memiliki hikmah mengenai kebahagiaan abadi di akherat dan juga kesengsaraan abadi di akherat. Bagi orang yang beriman kepada Allah dan beramal kebaikan,  maka akan mendapatkan kebahagiaan. Sedangkan  orang yang kafir dan berbuat kedhaliman,  maka juga akan menanggung akibatnya. Dan yang tidak kalah menarik bahwa Surat Attaghabun memastikan bahwa Allah akan memberikan perlindungan  bagi orang yang patuh kepada-Nya dan dapat meninggalkan kehidupan dengan damai.

Pada aspek seseorang akan meninggalkan kehidupan dengan kedamaian inilah yang kiranya menjadi salah satu alasan mengapa Surat Attaghabun dibacakan kepada orang yang berada dalam situasi sakaratul maut.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

YAHUDI AZKENAZI DAN KEKERASAN AKTUAL DI LUAR BATAS KEMANUSIAAN

YAHUDI AZKENAZI DAN KEKERASAN AKTUAL DI LUAR BATAS KEMANUSIAAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ngaji Bahagia di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Ketintang, Surabaya, pada Selasa, 17/06/2025, terasa sangat khusus sebab yang dibicarakan adalah mengenai Kaum Yahudi yang sekarang sedang terlibat di dalam peperangan di Timur Tengah. Saya sengaja menjelaskan tentang Yahudi ini dalam kerangka untuk memahami siapa sesungguhnya yang berkuasa di Israel sekarang, dan mengapa mereka melakukan Tindakan kekerasan yang tak tertahankan.

Saya membagi tiga hal dalam menjelaskan tentang kaum Yahudi yang sekarang sedang berperang melawan Iran dalam pertempuran dengan menggunakan senjata modern yang sangat canggih. Pertama, sepanjang Sejarah manusia di dunia, maka ada tiga Kerajaan besar yang memiliki pengaruh dan wilayah yang sangat luas. Mereka memiliki tradisi sebagai bangsa besar yang kekuasaannya luar biasa. Tiga Kerajaan tersebut adalah China dengan kekuasaan yang besar meliputi daratan China, Mongolia, Eropa Tengah bahkan sampai ke Asia Tenggara dan Sebagian India ke barat. China menjadi dinasti yang Panjang dalam rentang kekuasaannya.

Kemudian Romawi yang juga menjadi sebuah negara besar dengan tradisi yang luar biasa. Kekuasaannya membentang dari Eropa Timur dan Barat bahkan sampai ke Timur Tengah. Negeri ini juga menguasai pemerintahan dalam jangka waktu yang sangat Panjang. Lalu, Persia juga pernah menjadi negara besar dan bahkan pernah mengalahkan Kerajaan Romawi. Kekuasaannya meliputi wilayah Persia, Timur Tengah dan Sebagian Afrika. Persia pernah menjadi Kerajaan besar dan memiliki kekuasaan yang besar. Negeri-negeri ini memiliki etos dan tradisi sebagai bangsa besar. Sekarang, yang masih menjadi negara besar adalah China, sementara itu Romawi dan Persia sudah tidak lagi memiliki kekuasaan besar. Hanya saja, pernah menjadi bangsa besar tersebut merupakan basis ethos di dalam penguasaan banyak hal. Jika Iran sekarang sedang menjadi trending topic karena keberaniannya untuk melawan Palestina merupakan kelanjutan atas ethos dan tradisi bangsa besar dimaksud.

Kedua, bangsa Yahudi sebenarnya memiliki Sejarah Panjang di dalam penggung kehidupan umat manusia. Mereka pernah menempati tanah Kana’an dan kemudian menyebar di wilayah Palestina, dan kemudian berada di seluruh dunia.  Tetapi sesungguhnya mereka adala bangsa nomaden, yang berpindah-pindah dri satu wiayah ke wilayah lain sampai akhirnya mereka memiliki Kerajaan sendiri. Mereka   pernah di Mesir pada saat Nabi Yusuf berada di Mesir da kemudian pada zaman Nabi Musa. Kaum Yahudi merupakan keturunan Nabi Ibrahim dari jalur Sarah, keduanya menurunkan Nabi Ishaq dan terus sampai kepada Nabi Ya’kup atau disebut sebagai Israel. Dari 12 putranya, maka yang berhasil mendirikan negara Palestina adalah Yehuda dan Benyamin. Akan tetapi karena perebutan kekuasaan, maka akhirnya terpecah-pecah. Nama Bani Israel dibangsakan kepada Nabi Ya’kup.

Kaum Bani Israel dapat dibawa ke Palestina oleh Nabi Musa dari penderitaan yang dialaminya di Mesir. Peristiwa itu yang diabadikan di dalam teks-teks agama sebagai penyebrangan di lait Merah yang kemudian dinisbahkan dengan mu’jizat Nabi Musa. Agama Yahudi dikaitkan dengan Nabi Musa sebagai rasul yang terbesar. Tetapi mereka juga mengakui adanya nabi-nabi lain, misalnya Ibrahim, Ishaq, Ya’kup, dan Yusuf. Hingga sekarang mereka mengakui akan nabi-nabi tersebut.

Ketiga, perihal kaum Yahudi sekarang, khususnya yang sedang berkuasa bukanlah keturunan Nabi Ibrahim. Kaum Yahudi Zionis adalah keturunan Kaum Azkenazi yang berasal dari suku Kazan di Kaukasus. Ada yang menyatakan bahwa kaum Zionis adalah keturunan Turki dan Mongol, bahkan keturunan Ma’juz. Mereka menempati wilayah Eropa Timur dan Tengah  dan kemudian bermigrasi ke Negara Eropa Barat. Mereka adalah orang Eropa Timur yang tidak mau masuk ke dalam agama Katolik atau Protestan. Mereka memeluk agama Yahudi dan mendiami beberpa negara di Eropa Barat. Pada waktu terjadi genosida kaum Yahudi yang dilakukan oleh Hitler, maka mereka menyebar ke seluruh dunia, khususnya di Amerika Serikat. Di sini mereka memperoleh status Istimewa karena bisa menjadi banker, ilmuwan dan politisi. Tetapi kaum Yahudi Azkenazi ini tetap beranggapan bahwa tanah “harapan” yang didambakan adalah Palestina. Makanya, mereka kemudian berbondong-bondong ke Palestina dengan membeli tanah-tanah yang dimiliki orang Islam.

Sebenarnya ada dua hipotesis terkait dengan kaum Yahudi. Ada yang menyatakan bahwa asal usul kaum Yahudi Zionis adalah dari keturunan Nabi Ibrahim disebut sebagai hipotesis Rhineland, dan ada yang menyatakan bahwa mereka bukan keturunan Nabi Ibrahim tetapi keturunan orang Eropa Timur dan Tengah dan di masa lalu mendiami dataran Kaukasus disebut sebagai hipotesis Kazan. Dan akhirnya berdasarkan uji DNA memang diketahui bahwa orang Yahudi yang berkuasa memang bukanlah keturunan Nabi Ibrahim sebab haplogroupnya adalah G dan bukan Y. nabi Ibrahim dan kemudian keturunan Ya’kuf berhaplogroup Y dan kaum Yahudi Zionisme berhaplogroup G. tentu masih ada Bani Israel yang keturunan Ibrahim karena memiliki haplogroup yang sama dengan Nabi Ya’kup.

Kaum Yahudi adalah mereka yang memiliki archetype dalam kaitannya dengan genosida yang dilakukan oleh Hitler, maka pada saat berkuasa,  pengalaman masa lalu yang sangat menyakitkan tersebut menjadi pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan. Jika mereka ingin menguasai Gaza, bukan sekedar membuktikan adanya tanah harapan, akan tetapi juga untuk melampiaskan dendam kesumat atas pengalaman traumatic sebelumnya.

Jadi jika Israel sekarang membabi buta atas nama apapun, sesungguhnya hal itu merupakan ekspresi pelampiasan atas masa lalunya yang kelam. Untunglah masih ada yang berani melakukan Tindakan melawan atas keinginan utopis Israel dimaksud. Dan Iran adalah salah satu kekuatan di Timur Tengah, yang sekarang bukan hanya mimpi untuk menghancurkan Israel, akan tetapi sudah benar-benar dihancurkan.

Wallahu a’lam bi al shawab.