• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KETAATAN KEPADA ALLAH DAN RASULNYA

KETAATAN KEPADA ALLAH DAN RASULNYA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Pada waktu acara tahsinan di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, 23/06/2025, terdapat suatu ayat yang menarik untuk dikaji lebih mendalam terkait dengan ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada Rasulullah. Lalu bisa dipertanyakan, apakah kesamaaannya dan apakah perbedaannya, ataukah sama ketaatan tersebut. Surat Attghabun ayat 12 menyatakan: “taatlah kepada Allah dan rasul-Nya. Jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul Kami hanyalah menyampaikan (Amanah Allah) dengan terang.” Lalu pada ayat berikutnya, ayat 13,  dinyatakan: “(Dialah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah.”

Ayat ini menarik untuk dibahas bukan dengan menggunakan ilmu tafsir, akan tetapi mencoba memahami dari dimensi rasio saja. Artinya bahwa ayat tersebut dapat dipahami dengan pendekatan aqliyah. Yaitu pendekatan yang mengedepankan akal untuk dijadikan sebagai piranti memahami ayat dimaksud. Sekali lagi bukan tafsir ayat Alqur’an tetapi sekedar memahami pengertian umum dari ayat tersebut.

Taat di dalam bahasa Indonesia adalah patuh atau tunduk pada perintah atau aturan yang berlaku dalam kaitannya dengan Tuhan, hukum atau regulasi lainnya. Secara tegas bisa dinyatakan bahwa taat artinya adalah patuh dan tunduk. Jadi arti secara kebahasaan tentang taat kepada Allah artinya adalah patuh dan tunduk kepada Allah. Demikian pula arti taat kepada Rasulullah adalah patuh dan tunduk kepada Rasulullah. Sebagaimana penjelasan saya, bahwa tentu ada perbedaan antara patuh dan tunduk kepada Allah dan patuh dan tunduk kepada Rasulullah. Ini yang saya ungkapkan sama tetapi berbeda. Artinya, manusia harus sama kepatuhan dan ketundukannya kepada Allah dan Rasulnya, akan tertapi berbeda corak dan ekspresinya.

Di dalam ayat 13 dijelaskan bahwa manusia harus beriman kepada Allah, tidak ada Tuhan selain Allah dan bertawakkal kepadanya. Jadi ada dua hal yang terkait dengan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah, yaitu tidak mensyarikatkan atau musyrik dan kemudian berpasrah diri kepada-Nya. Iman dan tawakkal merupakan indicator atas ketaatan kepada Allah SWT. Iman kepada Allah merupakan kunci atas keimanan seseorang. Tidak boleh percaya kepada yang lain tanpa didahului iman kepada Allah. “amantu billahi tsummas taqim”. Saya beriman kepada Allah dan terus mengimaninya. Tidak boleh bergeser sedikitpun di dalam keimanannya. Iman memang bisa naik turun, yazid wa yankush, tetapi tidak boleh menjadi bergeser untuk tidak mengimani kepada Allah. Jangan menjadi atheis. Tidak mengakui bahwa ada Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa.

Lalu bagaimana dengan taat kepada Rasulnya? Di sini ada perbedaannya. Taat kepada Rasul artinya secara etimologis adalah patuh dan tundak kepada Rasulullah. Tentu berbeda dengan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah. Taat kepada Rasul itu artinya secara terminologis adalah mematuhi atas sunnah yang harus dilakukan manusia. Dengan melakukan sunnah rasul, maka kita telah taat kepada Rasulullah. Jangan jadi kelompok ingkarus sunnah. Akhir-akhir ini ada kelompok yang menyatakan tidak mengikuti sunnah rasul dan hanya mematuhi Alqur’an. Tidak bisa seperti itu. Alqur’an memerintahkan kepada manusia untuk taat  kepada Allah dan juga taat kepada Rasulullah.

Sebagai manusia biasa atau orang awam dalam mengamalkan ajaran agama tentu belum semua sunnah rasul dapat kita lakukan. Tetapi kita harus meyakini bahwa kita harus beriman tentang kerasulan Muhammad SAW dan menjalankan apa yang diperintahkan untuk dilakukan sesuai dengan  ajaran Islam. Hakikat apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah apa yang diperintahkan oleh Allah. Jadi antara apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah perintah Allah SWT. Di dalam Alqur’an dijelaskan: wa ma yantiqu ‘anil hawa in huwa illa wahyuy yuha”. “Dan tidaklah sekali-kali Rasul itu melakukan sesuatu atas hawa nafsunya, kecuali atas wahyu yang diwahyukan kepada-Nya”.

Ketaatan kepada Allah dan Rasul-nya itu, kedua-duanya mutlak. Tidak bisa dipisah mentaati yang satu dan menafikan lainnya. Keduanya berjalan simultan.  Tetapi berbeda di dalam wujud ketaatannya. Yang pertama kemutlakan tidak mensyarikatkan kepada apapun, dan yang ketaatan kepada Nabi adalah dengan melakukan amalan yang sudah diajarkan kepada manusia melalui wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Orang yang taat kepada Allah harus diwujudkan dengan melakukan ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Beruntunglah kita semua yang pada saat usia semakin senior, dan kita semakin mendekati ajaran agama Islam dengan sungguh-sungguh. Kita bisa membaca Alqur’an meskipun dalam surat-surat yang terbatas. Misalnya one day one surah plus. Acara Ngaji Bahagia, membaca Surat Al Waqiah, dan Surat Al Kahfi dan acara tahsinan setiap hari adalah wujud dari ketaatan kita kepada Allah dan Rasulnya.

Kita semua merasa telah menjadi bagian dari umat Islam yang menjalankan ajaran Islam sesuai dengan keyakinan atas ajaran Islam sebagaimana diajarkan oleh ulama-ulama salaf yang shalih. Semua ini diharapkan dapat menjadi jembatan yang mengantarai relasi antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi yang pasti terjadi.

Allahumma bariklana fi umrina, wabariklana fi hayatina, wa bariklana fi kulli a’malina fil khair. Amin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..