IMAN SEBAGAI NIKMAT TERBESAR
IMAN SEBAGAI NIKMAT TERBESAR
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Hari Sabtu, 28/06/2025, saya ke Tuban. Tentu untuk menjenguk Emak, Hj. Turmiatun, yang masih hidup dan juga mengantarkan cucu saya, Yuvika, Arfa dan Echa, yang juga berlibur di Tuban. Sambang buyutnya. Begitu datang di Tuban langsung ke kolam renang di Hotel Tuban Resort dan kemudian makan siang di Mie Gacoan. Karena saya tidak pintar dalam memilih level mie, maka saya langsung minta level 1. Ternyata sudah pedas. Akhirnya Vika dan Echa tidak jadi makan mie Gacoan. Ternyata penting juga literasi kulineran.
Hari Ahad pagi, 29/06/2025, saya shalat shubuh berjamaah di Mushalla Raudhatul Jannah, yang diikuti oleh teman-teman saya di masa lalu. Senang juga bernostalgia dengan sahabat-sahabat saya yang tentu sudah berusia senja. Sudah di atas 60-an tahun. Memang ada beberapa di antaranya yang masih berusia muda, dibawah 50 tahunan. Sebagaimana biasanya, maka ba’da shubuh lalu saya memberikan sedikit taushiyah kepada para jamaah, lelaki dan perempuan. Ada tiga hal yang saya sampaikan:
Pertama, ucapan Syukur kepada Allah SWT. Kita harus bersyukur kepada Allah karena kenikmatan yang diberikan kepada kita, baik nikmat duniawi maupun kenikmatan iman dan Islam. Kita masih bisa melihat keindahan dunia. Kita masih bisa menikmati kehidupan yang ada di sekeliling kita. Kita tidak kaya harta, tetapi kaya hati, kaya perasaan dan kaya iman kepada Allah SWT.
Kita masih bernafas sebagai nikmat hidup terbesar. Paru-paru kita masih sehat, sehingga dengan paru-paru yang sehat tersebut, maka kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung kehidupan. Jika paru-paru kita sehat, maka jantung, limpa, otak dan seluruh anasir tubuh juga sehat. Tetapi jika paru-paru kita tidak sehat, maka unsur tubuh lainnya juga menjadi tidak sehat. Maka kita harus bersyukur atas pemberian Tuhan yang berupa kesehatan tersebut.
Bayangkan jika paru-paru kita tidak sehat dan harus menggunakan bantuan oksigen, maka harganya mahal sekali. Satu tabung bisa berharga jutaan. Padahal setiap hari kita menghirup udara tanpa bayar. Gratis. Rasanya jika tidak bersyukur kepada Allah yang sudah memberikan udara bersih kepada kita setiap hari tentu kita sungguh keterlaluan. Terlalu, katanya Bang Haji Rhoma Irama.
Kedua, nikmat Iman adalah nikmat terbesar. Tidak ada yang melebihi nikmat iman ini. Nikmat yang abadi, nikmat yang tidak berhenti di dunia tetapi akan terus ada di dalam alam barzakh dan alam akherat. Iman akan dibawa sampai ke liang lahat dan terus ke akherat. Oleh karena itu, iman kita sebut sebagai nikmat Allah yang tiada taranya. Nikmat terbesar bagi manusia.
Nikmat harta adalah nikmat duniawi yang tidak abadi. Begitu meninggal, maka seluruh harta yang dimiliki akan ditinggalkan. Tidak ada yang mengikuti jasad manusia yang sudah menjadi bangkai. Semua ditinggalkan. Bayangkan ada orang kaya di Amerika, Namanya Bill Gate, hartanya itu ribuan trilyun. Tetapi kala yang bersangkutan meninggalkan dunia, pasti harta tersebut akan ditinggalkan. Masih untung jika tidak dijadikan rebutan. Banyak harta yang ditinggalkan oleh orang tua, dan kala orang tuanya wafat, maka harta warisannya menjadi rebutan.
Makanan yang paling enak untuk masyarakat pedesaan adalah gulai sapi atau kambing, yang disebut sebagai becek, atau rawon, atau pecel Madiun atau kare. Akan tetapi kekuatan makan kita hanya satu piring dan setelah itu selesai. Minuman yang paling enak adalah es kelapa muda atau es degan, atau es cendol atau wedang kopi. Tetapi juga hanya sebatas satu cangkir atau lebih. Kita memiliki mobil bagus, memiliki jam tangan mewah, kita memiliki rumah yang besar, magrong-magrong, akan tetapi berapa banyak kamar yang dibutuhkan. Mungkin rumah kita bertatahkan emas, akan tetapi yang dibutuhkan untuk tidur hanyalah satu kamar.
Presiden Donald Trump, dari Amerika Serikat, rumahnya bertatahkan emas, akan tetapi pusing juga memikirkan Israel yang “kalah” perang melawan Iran. Yang dibutuhkan hanyalah satu kamar. Jadi, seberapapun kita memiliki segalanya di dunia ini, akan tetapi hanya akan menjadi benda-benda yang tidak berguna di kala sudah wafat. Sungguh bahwa seluruh harta, jabatan dan usaha yang kita miliki tidak ada artinya karena seluruhnya bersifat tidak kekal atau fana. Hilang ditelan oleh waktu.
Ketiga, di sinilah makna agama. Islam mengajarkan agar manusia beriman dan bersyukur kepada Allah. Nikmat Allah terutama nikmat iman adalah nikmat terbesar. Kita bersyukur dilahirkan di desa yang kita cintai ini. Karena kita lahir di sini, maka kita menjadi beriman kepada Allah SWT. Kita menjadi umat Islam. Andaikan kita lahir di Papua, maka peluangnya tentu lebih kecil untuk menjadi umat Islam. Itulah sebabnya kita harus bersyukur karena kita diberikan hidayah tanpa berusaha secara optimal untuk memperolehnya.
Makanya, di dalam Alqur’an dinyatakan: “Amantu billahi tsummastaqim”. Yang artinya kurang lebih: “aku beriman kepada-Mu dan akan terus beriman dan menjalankan ajaran-Mu”.
Wallahu a’la bi al shawab.
