• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PENAMPAKAN KESALAHAN, KEKHILAFAN DAN DOSA

PENAMPAKAN KESALAHAN, KEKHILAFAN DAN DOSA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Acara tahsinan yang diselenggarakan di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya telah sampai pada Surat Attaghabun, Senin, 16/06/2025. Secara harfiyah arti Attaghabun adalah “hari ditampakkan segala kesalahan”. Disebut Yauma Attghabun atau artinya hari ditampakkan semua kesalahan. Melihat makna ayat ini, sesungguhnya ayat ini terkait dengan kehidupan sesudah mati dan alam kubur atau hari perhitungan amal perbuatan manusia. Di alam mahsyar.

Dilihat dari asbabun nuzulnya,  surat ini diturunkan karena adanya sahabat Nabi Muhammad yang terlambat untuk ikut hijrah. Di kala sahabat lain sudah berhijrah ke Madinah sehingga pengetahuan beragama sudah semakin baik,  sahabat Nabi Muhammad  tersebut belum berangkat karena isteri dan anak-anaknya melarangnya. Oleh karena itu, sahabat Nabi Muhammad itu ingin menghukum isteri dan anak-anaknya, tetapi Allah menurunkan surat Attaghabun di mana Allah justru meminta mereka memaafkan istri dan anak-anaknya.

Surat ini oleh beberapa kalangan dianggap sebagai surat di dalam Alqur’an yang perlu dibaca di kala ada seseorang yang berada di dalam sakaratul maut atau menjelang wafat. Itulah sebabnya perlu dicari, bagaimana penalaran atas ayat demi ayat di dalam Surat Attaghabun agar bisa dipahami mengapa surat ini yang dibaca. Jika Surat Al Waqiah  sering dikaitkan dengan rejeki, maka bisa dipahami sebab yang namanya rejeki itu tidak selalu dalam bentuk materi atau benda akan tetapi bisa juga dalam bentuk rejeki akan keimanan dan keislaman. Rejeki iman dan Islam adalah rejeki terbesar di dalam kehidupan manusia.

Di dalam surat ini terdapat pernyataan Tuhan yang terkait dengan masa depan manusia yang sudah wafat. Bahwa manusia akan dibangkitkan oleh Allah pada waktu berada di alam mahsyar. Tetapi ada sebagian umat manusia yang tergolong orang kafir yang tidak mempercayai akan adanya Yaumul Ba’ats atau hari kebangkitan. Orang atheis, misalnya mempercayai bahwa kematian adalah kerusakan salah satu system tubuh, sehingga tidak lagi fungsional. Jika fungsi paru-paru hanya tinggal di bawah 30 persen, maka peluang meninggal sedemikian besar. Dengan kerusakan paru-paru,  maka akan berpengaruh pada subsistem tubuh lainnya, misalnya jantung, otak dan lainnya.

Di dalam ayat 7 dijelaskan bahwa orang kafir mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan, tetapi Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, bahwa “demi Tuhanku kamu pasti akan dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah dilakukan”. Jadi orang kafir atau atheis tidak mempercayai akan adanya hari kebangkitan sebagaimana diinformasikan oleh Nabi Muhammad berdasarkan atas wahyu Allah. Merekalah orang yang akan menjadi penghuni neraka dalam waktu yang lama. Sedangkan orang yang mempercayainya akan diganjar dengan surga juga dalam jangka waktu yang sangat lama. Mereka yang di surga akan kekal selamanya. Kekekalan yang tentu tidak sama dengan kekekalan Allah SWT. Surga dan neraka, manusia dan alam adalah ciptaan Tuhan sehingga tidak akan menyaingi  kekekalan Allah SWT.

Juga digambarkan bahwa orang yang mengerjakan kebaikan akan dapat menghapus kesalahan-kesalahannya. “waman yu’mim billahi wa ya’mal shalihan yukaffir ‘anhu sayyiatihi wa yudkhilhu Jannat”. “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan melaksanakan perbuatan yang baik niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya di dalam surga”.

Di dalam hadits Nabi Muhammad SAW dinyatakan: “ittaqillaha haitsuma kunta wa atbi’is sayyiatal hasanata tamhuha”, yang artinya kurang lebih “bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada dan ikutilah perbuatan yang jelek dengan perbuatan yang baik yang akan menghapus kejelekannya”. Ayat dan hadits ini merupakan berita gembira atau tabsyir kepada umat Islam agar selalu berada di dalam ketaqwaan kepada Allah di manapun, dan andaikan ada kesalahan maka hendaklah segera melakukan perbuatan yang baik karena perbuatan yang baik tersebut akan menghapus  dosa perbuatan yang jelek.

Lalu dimana relevansi surat Attaghabun dengan peristiwa kehidupan menjelang kematian? Surat Attaghabun merupakan surat yang memberitahukan tentang suasana Yaumul Ba’ats yang menggambarkan tentang pengungkapan kesalahan, kekhilafan dan dosa. Pada saat tersebut manusia, siapapun dia, tidak akan bisa mengingkari tentang apa yang dilakukannya. Dengan membacakan ayat-ayat di dalam Surat Attghabun bagi orang yang menghadapi kematian, maka memberikan keyakinan bahwa semua kelakuannya sudah berada di dalam catatan amalnya.

Bisa saja relasi antara bacaan Surat Attaghabun dengan suasana menjelang kematian tidak bersifat langsung, akan tetapi memiliki pengaruh psikhologis bagi orang yang akan wafat. Dengan memberikan informasi tentang surga,   maka akan memberikan kabar yang baik bagi seseorang yang dalam keadaan menghadapi kematian. Sedangkan informasi tentang neraka tentu juga akan memberikan gambaran bahwa yang bersangkutan harus menghadapinya. Memang hanya ada dua pilihan mendengarkan kabar baik atau kabar buruk.

Surat Attaghabun merupakan salah satu surat di dalam Alqur’an yang memiliki hikmah mengenai kebahagiaan abadi di akherat dan juga kesengsaraan abadi di akherat. Bagi orang yang beriman kepada Allah dan beramal kebaikan,  maka akan mendapatkan kebahagiaan. Sedangkan  orang yang kafir dan berbuat kedhaliman,  maka juga akan menanggung akibatnya. Dan yang tidak kalah menarik bahwa Surat Attaghabun memastikan bahwa Allah akan memberikan perlindungan  bagi orang yang patuh kepada-Nya dan dapat meninggalkan kehidupan dengan damai.

Pada aspek seseorang akan meninggalkan kehidupan dengan kedamaian inilah yang kiranya menjadi salah satu alasan mengapa Surat Attaghabun dibacakan kepada orang yang berada dalam situasi sakaratul maut.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..