• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BERPIKIR LALU BERDZIKIRLAH

BERPIKIR LALU BERDZIKIRLAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Banyak di dalam ayat-ayat Alqur’an yang memberikan gambaran agar manusia berpikir tentang ciptaan Allah. Bahkan secara tegas juga dinyatakan agar manusia berpikir tentang ciptaan Allah dan tidak berpikir tentang dzat Allah. Berdasarkan teori “batas akal”, maka manusia memiliki keterbatasan yang tidak bisa dilampauinya adalah keterbatasan untuk mengetahui tentang apa dibalik alam atau secara lebih spesifik apa yang ada dibalik tembok rumah. Jika kita tidak memiliki pengalaman sebelumnya, maka kita tidak akan mengetahuinya.

Meskipun manusia diberikan kelengkapan inteligensi, akan tetapi tetap saja tidak bisa melampaui batas kemanusiaannya. Yaitu tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Manusia hanya berkemampuan untuk mengetahui apa yang sudah terjadi atau telah menjadi pengalamannya. Memang ada orang-orang khusus yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi akan tetapi hal itu merupakan perkecualian dan jumlahnya tentu tidak banyak. Ada orang yang bisa menyibak apa yang ada di balik sebuah peristiwa. Hanya orang yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah saja yang bisa melakukannya.

Di dalam Alqur’an banyak dijumpai kalimat yang memberikan peringatan kepada manusia untuk berpikir atas ciptaan Allah, misalnya ungkapan “afala tatafakkarun atau afala ta’qilun”. Dua-duanya memberikan gambaran agar manusia berpikir tentang ciptaan Allah dan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Diungkapkan agar manusia berpikir tentang bagaimana Allah menciptakan alam, bagaimana Allah mengatur alam, bagaimana Allah menciptakan manusia dan makhluk-makhluk Tuhan lainnya.

Sebagai perumpamaan misalnya Allah menjelaskan tentang bagaimana langit ditinggikan, bumi dihamparkan, gunung ditegakkan, dan alam diedarkan. Termasuk bagaimana manusia diciptakan dari segumpal darah dan hewan diciptakan serta ketiadaan kesia-siaan atas penciptaan Allah semuanya. Bahkan Allah menjadikan bulan, matahari, siang dan malam sebagai bagian untuk  meyakinkan manusia tentang ciptaannya tersebut.

Di dalam Surat, Asy Syams, ayat 1 sampai 7 dinyatakan dengan tegas: “wasy syamsi wa dhuhaha, wal qamari idza talaha, wan nahari idza jallaha, wal laili idza yaghsyaha, was samai  wa ma banaha, wal ardhi wa ma thahaha, wa nafsiuw wa ma sawwaha”. Yang artinya: “Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakkannya, demi malam apabila menutupinya (gelap gulita), demi langit serta pembinaannya (yang menakjubkan) dan demi bumi serta penghamparannya dan demi jiwa serta penyempurnaan  (ciptaann) nya”.

Allah SWT mengarahkan akal manusia untuk memahami ciptaan-Nya. Akal manusia diajaknya untuk berselancar memahami bagaimana Allah menjadikan surya dengan sinar di pagi harinya, dan bulan yang mengiringi waktunya, menjadikan malam yang gelap gulita, menjadikan malam dengan sinar kegelapannya, dan menjelaskan bumi yang dihamparkan serta jiwa manusia yang diciptakannya. Ayat yang menjelaskan agar manusia berpikir tentang kejadian alam yang tidak sia-sia akan tetapi memiliki makna bagi kehidupan manusia.

Ayat-ayat dalam  Surat Makiyyah atau yang diturunkan di Mekkah, sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah,  kebanyakan mengungkapkan tentang iman berbasis pada pemikiran atau kejadian alam. Kejadian alam tersebut digunakan untuk memahami tentang keberadaan Allah sebagai dzat yang mencipta.

Manusia diminta oleh Allah untuk berpikir sebagai instrument untuk meyakinkan akan imannya kepada Allah. Dan kala iman itu sudah tertancap berdasar atas pemikirannya, maka Allah juga mengingatkan agar manusia mengingatnya dengan ungkapan apakah engkau tidak mengingatnya atau afala tatadzakkarun. Manusia diminta  untuk berdzikir atau mengingat tentang Tuhannya, Allah SWT. Oleh karena itu, Islam memberikan instrument kepada manusia untuk mengingat Allah dengan bacaan-bacaan yang diungkapkan secara langsung di dalam Alqur’an atau diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui sunnah-sunnahnya. Bahkan juga para ulama yang melakukan upaya untuk memberikan pedoman tentang dzikir kepada Allah.

Bukankah di dalam Islam terdapat banyak instrument untuk berdzikir, misalnya kalimat tauhid yang memiliki makna yang sangat mendalam bagi kehidupan manusia. Sebuah kalimat kepasrahan, ketundukan, kepatuhan dan pengabdian kepada Allah SWT. Sebuah  kalimat yang mengesakan Allah dan meyakini kenabian Nabi Muhammad SAW. Jika ditipologikan maka ada tiga hal terkait dengan dzikir yaitu: pertama, doa atau permohonan kepada Allah tentang segala kebaikan, keselamatan dan kebahagiaan. Melalui permohonan tersebut manusia menginginkan agar kehidupannya selalu berada di dalam kebaikan, keselamatan dan kebahgaiaan. Kedua, doa dan permohonan  kepada Allah agar dijauhkan dari ketidakbaikan, kejahatan dan kesengsaraan. Manusia selalu berdoa agar dijauhkan dari marabahaya, perilaku jahat dan neraka yang diyakini sebagai tempat siksaan. Ketiga, pujian kepada Allah SWT, yang berupa kalimat untuk menyucikannya, mengagungkannya, memujinya, dan bersyukur atas segala kenikmatannya.

Demikianlah Allah mengajarkan kepada manusia untuk berpikir atas semua ciptaan Allah yang selalu memiliki makna bagi kehidupan manusia, dan juga kemudian mengajarkannya agar manusia mengingatnya. Tidak berhenti kepada berpikir akan tetapi juga mengingat atas keagungan, kesucian dan segala puja dan puji hanya kepadanya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

HEDONISME MEDIA SOSIAL

HEDONISME MEDIA SOSIAL

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ceramah di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency memang mengasyikkan. Bukan ceramahnya yang hebat atau materinya yang luar biasa, akan tetapi karena ceramah itu menjadi ajang tertawa bareng dan berkali-kali. Ada saja yang bisa menjadi bahan guyonan asal kena. Yang penting prinsipnya dapat tambahan pengetahuan dan juga bisa tertawa lepas. Rasanya selalu ada saja bahan tertawa yang membuat happy. Dan saya yakin, para peserta juga merasakan hal yang sama di dalam kebersamaan. 11/07/2023.

Kali ini yang menjadi tema utama adalah tentang pemikiran hedonism. Saya menyebutnya bukan filsafat hedonism tetapi pemikiran saja. Agar terkesan lebih mudah, sebab kalau filsafat tentu menjadi terasa berat. Hedonism merupakan suatu pandangan yang menyatakan bahwa yang paling penting adalah pemuasan diri dalam banyak hal. Tidak semuanya tetapi banyak. Kepuasan materi atau kaya atau banyak hartanya. Terpenuhinya kekuasaan, dan juga pemenuhan kebutuhan fisikal lainnya. Jadi kalau ada orang yang berpkir yang penting membawa kenikmatan, maka hal tersebut dari pemikiran yang disebut sebagai kelompok hedonism.

Turunan dari pemikiran hedonism adalah tindakan permisif. Secara sosiologis, tindakan permisif adalah tindakan serba boleh. Apa saja bisa dilakukan asal sesuai dengan keinginan dan kepentingannya. Permissiveness merupakan tindakan yang memberikan peluang lebih besar untuk memuaskan diri dengan menggunakan berbagai instrument termasuk yang tidak sesuai dengan moralitas kehidupan manusia. Tidak memperdulikan halal atau haram. Semua serba boleh. Tindakan permisif tidak menjadikan  nilai atau etika sebagai basis tindakannya.

Pemikiran hedonis telah memasuki berbagai kawasan kehidupan social, politik, ekonomi dan juga budaya. Dalam bidang ekonomi dikenal konsep moral hazard atau pemikiran ekonomi yang juga mengutamakan diri sendiri dan yang penting modal bisa beranak-pinak. Kapitalisme yang dianut oleh banyak negara sesungguhnya didasari oleh keinginan dengan modal sedikit-dikitnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Dalam bidang politik juga dikenal konsep Machiavelisme atau tujuan menghalalkan segala cara. Menang dalam politik dengan menggunakan politik uang. Mendapatkan kekuasaan dengan cara yang tidak wajar, atau menggunakan kekuasaan untuk korupsi dan sebagainya. Banyaknya korupsi di Indonesia dipicu oleh merebaknya politik uang yang luar biasa. Kekuasaan bila dibeli dan  jabatan juga bisa dibeli. Jika memiliki uang, maka apapun bisa dilakukan.

Dalam bidang social juga luar biasa keadaan tindakan permisif tersebut. Sekarang kita sedang berada di era  media social yang juga sangat permisif. Serba boleh. Media social telah menjadi bagian dari semakin menguatkan tindakan permisif.  Orang bisa mengunggah apa saja tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Tanpa mempertimbangkan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Pokoknya tayang. Sungguh kita miris melihat betapa bebasnya dunia media social dimaksud. Seakan-akan kebebasan adalah segala-galanya. Jika di masa lalu masih dikenal istilah kebebasan bertanggungjawab, maka sekarang ini sudah tidak ada lagi.

Jika ditanyakan tentang bagaimana kebebasan sekarang ini, maka jawabannya  menyatakan kebebasan di Indonesia itu luar biasa. Hal ini tidak berlebihan, sebab berdasarkan pengamatan lapangan bisa diketahui, misalnya tayangan seksualitas menyimpang seperti tayangan seksualitas incest yang sengaja diunggah oleh youtuber yaitu selsualitas ibu dengan anak, dan saudara, mertua dengan menantu, ponakan dengan bibi atau paman, bos dengan bawahan, majikan dengan pekerja rumah tangga, dan sebagainya. Semuanya diungkapkan dengan bahasa yang lugas dengan diksi-diksi yang bernuansa seksualitas. Tayangan youtube tersebut bisa berpengaruh terhadap pembacanya, terutama bagi anak-anak muda yang sedang mencari jati diri, termasuk jati diri seksualitas. Unggahan tersebut sungguh merupakan tindakan hedonis dan permisif sebab seksualitas itu memiliki kesakralannya sendiri dan bukan hanya untuk kesenangan fisik atau biologis semata. Ada norma-norma yang menjadi pedoman di dalam melakukan tindakan seksualitas.

Kita sungguh merasakan bahwa tayangan ini akan bisa menjadi semacam guide bagi anak-anak muda yang jika tidak kuat sekali imannya akan bisa terjatuh ke dalam pemikiran hedonis dan teraplikasikan di dalam prilaku permissiveness. Tayangan di Youtube bukan sekedar hiburan atau perolehan viewers atau followers akan tetapi juga harus memiliki relevansi dengan nilai-nilai moral yang mendasar. Ada yang boleh dan ada yang tidak boleh.

Lalu bagaimana kita harus melakukan respon atas kenyataan ini? Kanal Youtube memang sebuah kanal yang sudah mendunia. Artinya bahwa nyaris tidak ada negara yang mampu memblokirnya, kecuali China. Dengan demikian, yang sesungguhnya memiliki kewenangan untuk melakukan upaya meredam hal ini adalah negara atau pemerintah. Melakukan sensor atas tayangan Youtube bukan kewenangan masyarakat. Masyarakat hanya menjadi sasaran atas tayangan  Youtube. Namun demikian, pemerintah juga tidak mampu untuk melakukan blokir atas akun-akun yang menayangkan conten negative, seperti pornografi, pornoaksi, seksualitas, hoaks, hatespeach, radikalisme, terorisme dan lain-lain. Pemerintah kalah bersaing dengan akun-akun di youtube. Ditutup 1000 hari ini, besuk muncul akun baru 1000. Begitulah adanya.

Oleh karena itu ada sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan: “barangsiapa mengetahui ada kemungkaran hendaknya mengubahnya dengan kekuasan, jika tidak bisa maka ubahlah dengan lesan, dan jika tidak bisa maka hendaknya ubahlah dengan doa”. Jadi, untuk mengubah melalui kekuasaan, maka pemerintah yang memiliki kekuasaan. Di sisi lain, masyarakat juga tidak mampu untuk mengubahnya dengan cara lesan, maka yang sangat mungkin adalah melalui doa. Dan inilah yang paling mungkin. Meskipun yang hanya bisa berdoa disebut sebagai lemah imannya.

Youtube itu terlalu kuat bahkan powerfull. Dan pengaruhnya sudah meraksasa atau gigantic. Oleh karena itu, sebagai sasaran konten youtube maka masyarakat harus melek media social atau harus memiliki literasi media social. Harus tahu mana yang dipilih dan mana yang dianggap penting.  Masyarakat harus cerdas untuk memilah dan memilih agar tidak menjadi korban youtube yang dewasa ini sudah terlanjur permisif. Dengan satu kata: “hati-hati dalam menggunakan youtube sebagai kanal media social”.

Wallahu a’lam bi al shawab.

JAGA KONSISTENSI MEMBACA DOA UNTUK LELUHUR

JAGA KONSISTENSI MEMBACA DOA UNTUK LELUHUR

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Kepulangan saya ke rumah Tuban untuk mengunjungi Emak dan berziarah kubur ke makam Bapak dan leluhur  berasal  dari keyakinan saya bahwa ada dimensi spiritual yang saya rasakan urgensinya. Tetapi selain itu juga bisa memberikan sekedar ceramah agama kepada Jamaah Mushalla Raudhatul Jannah di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Merakurak Tuban. Saya memang diminta oleh Ketua Yayasan Qarya Jadida untuk memberikan sekedar ceramah agama untuk jamaah mushalla tersebut. Ahad, 09/07/2023.

Saya menekankan bahwa membaca doa untuk leluhur adalah kebaikan. Bagian dari upaya keturunan untuk membahagiakan leluhurnya. Terus terang saja, bahwa kepulangan saya untuk berziarah kepada makam Bapak dan leluhur ini bukan biasa saja tetapi karena mimpi yang membuat saya harus melakukan ziarah kubur. Saya tidak akan menceritakan bagaimana proses dan kejadiannya di dalam mimpi, biar itu menjadi bagian dari privasi saya dalam pengalaman beragama, namun demikian sungguh saya mempercayainya.

Sebagai keturunan para leluhur: bapak, embah, buyut, canggah, udek-udek, gantung siwur merupakan  orang yang secara ruhaniyah membutuhkan doa dan bacaan kalimat thayibah dari anak cucunya. Konon bacaan doa dan kalimat thayibah tersebut dapat menerangi alam kuburnya. Dan dengan penerangan di alam kubur itulah akan terdapat kebahagiaan dari leluhur kita. Jadi cara kita untuk menyayangi leluhur kita adalah dengan secara konsisten mendoakannya. Jangan melupakannya.

Jika masih hidup mungkin kita akan memenuhi keinginannya, yaitu dengan mencukupi kebutuhan fisik dan kejiwaannya sehingga orang tua kita atau kakek nenek kita tersebut merasakan kebahagiaan. Kita bisa merawat atau memberikan kasih sayang yang secara optimal yang bisa kita lakukan. Dan kebahagiaan itu bisa kita rasakan di dalam raut muka dan sikapnya. Dan hal ini merupakan kewajiban anak untuk keluarganya.

Secara psikhologis, kita tidak boleh menghentikan mengasihi leluhur kita kala leluhur kita sudah mendahului. Dan salah satu di antara cara yang benar sesuai dengan ajaran Islam ahlu sunnah wal jamaah adalah dengan mengirimkan doa dan bacaan kalimat thayyibah untuk leluhur tersebut. Harus diupayakan setiap hari. Tidak usah kita menghitung jumlahnya. Prinsipnya adalah semakin banyak semakin baik. Janganlah pelit untuk menghadiahkan fatihah kepada orang tua kita dan para leluhur. Secara personal bahkan menjadi “kewajiban” kita.

Saya merasa senang terhadap Jamaah Mushalla Raudhatul Jannah karena konsistensinya dalam menjaga amalan shalihan yang berupa bacaan fatihah sekurang-kurangnya tiga kali dalam shalat maghrib dan shubuh. Bacaan fatihah ini kita tujuan kepada junjungan Kita Nabi Muhammad SAW, istrinya, putra-putranya dan dzurriyahnya serta sahabatnya, lalu juga kepada leluhur kita, bapak, ibu, embah dan seterusnya ke atas, dan yang terakhir kita tujukan kepada kepentingan kita agar kepentingan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Terus menerus membacanya dengan ikhlas adalah kebaikan. Sekali lagi konsisten.

Allah sudah memberikan tuntunan sebagaimana  tafsir para ulama bahwa ada bacaan-bacaan doa yang bisa menjadi “penyenang” kepada leluhur  melalui washilah kepada Nabi Muhammad SAW. Misalnya bacaan: “subhanallahil adzim wa bihamdihi” yang   artinya: “maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puja dan puji bagnya”. Bacaan yang pendek seperti ini ternyata bisa menyenangkan roh leluhur. Di dalam tayangan youtube dijelaskan jika kita membaca dalam bilangan yang banyak, maka Allah akan mengampuni para leluhur. Subhanallah.

Jika kita membaca doa untuk memohon keampunan untuk diri kita dan orang tua, maka Allah akan memberikan pahalanya kepada kita semua. Tidak hanya untuk yang membaca tetapi juga untuk kedua orang tua kita. Bahkan jika doa itu dihadiahkan kepada umat Islam yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka pahalanya akan disampaikan kepada siapa yang kita tuju. Tidak ada yang sia-sia atas apapun yang kita baca dengan asma Allah untuk kita semua. Masyaallah.

Salah satu keindahan Islam bagi umatnya adalah bahwa pahala tidak hanya bisa dinikmati secara individual, akan tetapi bisa dinikmari secara berjamaah. Maksudnya bacaan kalimat thayyibah dan doa  tersebut pahalanya bisa  diberikan kepada orang atau leluhur yang kita tuju, akan tetapi kita juga mendapatkannya. Demikianlah ajaran Islam yang sangat zakelik. Ajaran yang memberikan porsi untuk kemaslahatan bersama. Untuk “kekitaan” dan hanya untuk “keakuan”.

Islam memberikan kepada umatnya rasa “kebersamaan” tidak hanya dalam bentuk yang tangible, misalnya zakat, infaq dan sedekah, akan tetapi juga pahala yang intangible. Meskipun tidak berwujud bendawi, akan tetapi melalui keyakinan kita memercayainya. Dan dengan keyakinan itulah maka manusia akan bisa menuai kebahagiaan di akherat.

Wallahu a’lam bi al shawab.

NYEKAR

NYEKAR

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya tidak tahu apa makna mimpi. Di dalam mimpi itu,   saya mencari makam keluarga saya, khususnya Bapak. Di dalam mimpi itu kelihatan bahwa makam atau kuburan itu selesai dibangun dan maesan atau tenger  pada makam tersebut banyak yang terpendam separuh. Saya mencari makam Bapak dan akhirnya ketemu. Makam keluarga saya berada di dalam satu kompleks mulai dari canggah, buyut, kakek dan Bapak serta kerabat dekat atau jauh. Memang makam desa merupakan tempat pemakaman yang terdiri dari berbagai kerabat di dalam suatu desa.

Saya lalu menafsirkannya sendiri, bahwa mungkin saja Bapak mengingatkan saya agar saya nyekar atau ziarah  ke makamnya, sebab pada hari raya Idul Adha kemarin saya tidak pulang karena harus bersama keluarga ke Batu Malang. Biasanya menjelang hari raya harus saya sempatkan untuk pulang dengan tujuan menjenguk Emak dan nyekar ke kuburan Bapak dan leluhur. Tetapi kali ini saya terpaksa tidak bisa datang karena ada udzur yang tidak bisa saya tinggalkan.

Setelah mimpi itu, saya harus merancang untuk ke Tuban, ke desa saya. Saya akhirnya bisa berziarah ke makam Bapak dan leluhur. Sebelum saya berziarah ke makam Bapak dan leluhur,  terlebih dahulu saya menziarahi makam Syekh Boka Baki atau Syekh Al Baqi. Oleh masyarakat local, makam tersebut disebut sebagai leluhur desa. Meskipun bukan makam tertua di desa ini,  akan tetapi berdasarkan kajian sementara maka beliau adalah generasi ke tiga setelah Sunan Ampel. Semula,  makamnya sebagaimana makam orang biasa saja. artinya hanya terdiri dari maesan saja. Tetapi akhirnya makam Syekh Boka Baki direnovasi. Makam ini diyakini sebagai makam tua karena maesannya berbeda dengan maesan lainnya. Batu maesannya besar dan terdapat symbol yang tidak lazim. Selain itu juga ada pesan dari embah saya, Ismail,  modin Dusun Semampir untuk merawat makam tersebut. Berdasarkan metode Barzakhi, memang benar makam tersebut adalah makam auliya.

Makam Syekh Boka Baki adalah  makam tua, meskipun tidak diketahui tahun berapa  Beliau hidup.  Akan  tetapi melihat bahan artefaks pada makamnya dapat diketahui bahwa Beliau adalah keturunan Kanjeng Sunan Ampel dan ke atas sampai ke Kanjeng Syekh  Ibrahim Asmaraqandi dan Kanjeng Syekh  Jumadil Kubro. Kita tidak tahu dari jalur mana, akan tetapi makam Syekh Boka Baki atau Syekh Al Baqi ini memiliki kesamaan dengan artefaks pada makam-makan auliya tersebut, yaitu symbol segitiga terbalik.

Saya pernah melakukan pelacakan atas symbol-simbol ini di makam-makam para waliyullah, mulai dari Kanjeng Eyang Jumadil Kubro, Kanjeng Eyang Ibrahim Asmaraqandi, Kanjeng Eyang Sunan Ampel, Kanjeng Eyang Sunan Bonang dan Kanjeng Eyang Sunan Drajat, ternyata terdapat symbol-simbol yang sama. Segitiga terbalik. Di dalam buku “Melacak Jejak Waliyullah di Tuban Bumi Wali: The Spirit of Harmony” yang diterbitkan oleh Pemkab Tuban, 2021, maka saya gambarkan tentang Kanjeng Eyang Syekh Boka Baki ini. Setiap tahun juga dilakukan acara khoul yang diselenggarakan oleh umat Islam di Dusun Semampir, Sembungrejo.

Bagi saya, Makam Syekh Al Baqi  sungguh istimewa. Saya marasakan ketenangan kala membaca kalimat thayibah sebagaimana yang biasa saya membacanya. Hanya memang harus disingkat agar tidak terlalu panjang. Sesuai dengan keyakinan saya, bahwa bacaan-bacaan yang saya lantunkan tersebut akan sampai kepada Beliau atas seizin Allah. Melalui washilah kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, saya berkeyakinan bahwa bacaan dan doa tersebut akan sampai kepada yang bersangkutan.

Tidak perlu dalil yang rumit, sebab berdasarkan pengalaman yang hadir di dalam diri saya, maka bacaan kalimat thayyibah tersebut akan sampai. Saya tentu tidak bisa menguraikan secara mendalam pengalaman religious dimaksud karena pengalaman religious selalu bercorak individual dan tidak bisa direplikasi bahkan oleh yang memiliki pengalaman itu sendiri.

Setelah menyelesaikan tawasulan dan dzikir serta doa, maka saya bergegas mendatangi kubur ayah dan leluhur saya. Kembali saya bacakan kalimat thayyibah,  doa dan kemudian mengakhirinya dengan taburan bunga yang sudah disiapkan oleh keluarga saya. Saya datangi satu persatu, Bapak, Mbah Ismail, Mbah Sarijah, Mbah Wagiman, Mbah Sadirah, adik Muhammad Fulan, Mbah Muhammad Salim, Mbah Tarmi, Bapak Rais, dan seluruh kerabat dekat saya.

Setelah semuanya selesai, saya kembali ke rumah dengan perasaan lega karena hari itu saya bisa menunuaikan tugas sebagai bakti kepada orang tua, yaitu menziarahi kuburnya. Ya Allah saya selalu berdoa: “rabbighfirli wa liwalidaiyya warhamhuma kama rabbayani shagira”. Amin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

PINTU MASUK SURGA BERAGAM (2)

PINTU MASUK SURGA BERAGAM (2)

Artikel ini melanjutkan tulisan kemarin terkait dengan ceramah ba’da shubuh di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, 04/07/2023. Dalam artikel kemarin sudah saya jelaskan dua jalan menuju surga, yaitu Jalan Khauf dan Jalan Ridla. Takut kepada Allah dan ridla Allah. Jalan inilah yang akan mengantarkan seseorang masuk ke dalam surga Allah  bi salamin aminin. Dua jalan lainnya adalah:

Ketiga,  jalan hubb atau cinta. Yaitu jalan untuk mencapai surga melalui cinta yang  tidak terhingga kepada Allah. Tidak ada di dalam hatinya yang tertaut kecuali Allah. Yang ada hanya Allah saja dan yang lainnya tidak ada. Tidak ada yang lebih dicintainya kecuali Allah. Dunia ini bagi para perindu cinta kepada Allah adalah penjara. Dunia  membuat seseorang akan terperosok ke dalam cinta dunia. Sebuah cinta akan dunia yang tidak abadi yang hanya bersifat sementara. Cinta kepada dunia atau hubbud dunya merupakan penyakit jiwa yang akan membuat seorang individu terperosok di dalam kefanaan dan ketidakabadian.

Islam memberikan gambaran bahwa manusia berkecenderungan untuk mencitai harta dan lawan jenis. Dikiranya bahwa harta itu abadi. Tidak tahunya bahwa harta bukan sesuatu yang abadi menjadi milik kita. Betapa tidak abadinya harta. Hari ini seseorang bisa kaya raya, tetapi besuk bisa bangkrut. Hari ini mendapatkan keuntungan yang besar tetapi besuk merugi yang banyak. Begitulah sifat harta tidak abadi. Di antara orang yang mengira harta abadi adalah Qarun sebagaimana diceritakan di dalam Alqur’an. Akan tetapi ternyata harta tersebut tidak abadi dan bisa hilang karena diambil yang memilikinya.

Selain itu, manusia juga memiliki kecenderungan untuk mencintai lawan jenis. Hubbusy syahawat.  Manusia memiliki nafsu biologis atau nafsu yang terkait berkecenderungan mencintai lawan jenis. Yang lelaki mencintai perempuann dan yang perempuan juga mencintai lelaki, bahkan ada yang mencintai sesama lelaki atau sesama perempuan. Ada kaum Lesbian, Gay, Biseks dan Transgender (LGBT). Dalam sejarah kenabian, dinyatakan di dalam Alqur’an bahwa terdapat kaum yang kemudian ditimpa bencana karena melakukan tindakan seks yang menyimpang. Mereka adalah Kaum Sodom di Gomorah yang kemudian menjadi label bagi penyuka sesama jenis. Mereka tidak tertarik dengan lawan jenis tetapi sesama jenis.

Lalu, manusia juga menjadi pecinta keturunan. Di dalam Alqur’an dijelaskan tentang kecenderungan manusia untuk mencintai dan membanggakan keturunannya. Harta dan keturunan memiliki posisi penting di dalam kehidupan manusia. Keduanya dan ditambah dengan syahwat terhadap lawan jenis merupakan hiasan duniawi yang bisa memalingkan cinta manusia kepada Allah. Nabi Sulaiman diuji dengan harta dan kekuasaan, Nabi Ibrahim diuji dengan keturunan, dan Nabi Nuh juga diuji dengan istri dan keturunannya. Itulah sebabnya para ahli tasawuf tidak mau untuk mencintai selain Allah dengan hidup sendiri, sebagaimana yang dilakukan oleh Rabiah Al Adawiyah. Perempuan cantik tetapi tidak tergoda dengan harta dan lawan jenis dan juga kekuasaan. Seluruh hidupnya hanya diperuntukkan untuk Allah semata.

Keempat, jalan raja’ atau jalan penuh harapan. Yaitu jalan yang ditempuh dengan penuh harapan bahwa Allah akan mengampuni dan meridlai. Jalan ini ditempuh oleh orang-orang yang memiliki keinginan memasuki surga Allah tetapi dengan segala keterbatasan. Mungkin seseorang tidak mampu untuk menggenggam jalan cinta yang sedemikian berat tantangan dan kenyataannya. Juga tidak mampu untuk memasuki surga  melalui jalan ridla karena keterbatasan kapasitas untuk menyenangkan Allah dengan total, atau bahkan juga tidak bisa memasuki jalan khauf karena juga kemampuannya yang tidak total dalam ketakutan kepada Allah. Ada moment menjalankan perintah Allah dengan kaffah tetapi di lain kesempatan juga tidak patuh sepenuhnya kepada Allah.   Namun demikian, orang yang seperti ini selalu  berdoa kepada Allah untuk memperoleh keselamatan. Bahkan keselamatan yang diminta bukan hanya untuk dirinya, akan tetapi untuk keluarganya, komunitas dan masyarakatnya.

Allah telah memberikan piranti yang sangat banyak untuk memasuki surga dengan jalan ini. Ada banyak doa dan harapan. Ada banyak permohonan kepada Allah dan juga kepada Nabi Muhammad SAW agar berada di dalam barisan orang yang selamat fid dini, wad dunya wal akhirah. Ada banyak doa yang dicantumkan di dalam Alqur’an dan juga doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Semua itu adalah instrument untuk memperoleh keselamatan. Bahkan juga ada yang menyatakan khauf dan raja’ merupakan dua jalan  yang saling terkait. Artinya tidak bisa dipisahkan. Ada ketakutan masuk neraka maka seseorang berdoa dengan total kepada Allah untuk memperoleh keselamatan.

Dengan pengamalan beragama yang tidak sebagaimana para ahli tasawuf, misalnya Hasan Basri yang mengembangkan konsep tasawuf ridla, atau Rabiah Al Adawiyah yang mengembangkan konsep tasawuf cinta, atau tasawuf Imam Al Ghazali  yang berlabel tasawuf khauf dan tasawuf raja’  maka yang diharapkan adalah agar kita dapat   memasuki barisan  orang yang mendapatkan rahmat Allah kelak di alam akherat. Kita tetap menjadi barisan kaum ashabul yamin dan bukan ashabul syimal.

Melalui doa yang terus kita lantunkan dan juga permohonan ampunan kepada Allah dan terus mencintai Nabi Muhammad SAW semoga kita tetap berada di dalam jalan yang benar untuk meniti jalur ke surga yang dijanjikan Allah.

Wallahu a’lam bi al shawab.