• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

JAGA KONSISTENSI MEMBACA DOA UNTUK LELUHUR

JAGA KONSISTENSI MEMBACA DOA UNTUK LELUHUR

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Kepulangan saya ke rumah Tuban untuk mengunjungi Emak dan berziarah kubur ke makam Bapak dan leluhur  berasal  dari keyakinan saya bahwa ada dimensi spiritual yang saya rasakan urgensinya. Tetapi selain itu juga bisa memberikan sekedar ceramah agama kepada Jamaah Mushalla Raudhatul Jannah di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Merakurak Tuban. Saya memang diminta oleh Ketua Yayasan Qarya Jadida untuk memberikan sekedar ceramah agama untuk jamaah mushalla tersebut. Ahad, 09/07/2023.

Saya menekankan bahwa membaca doa untuk leluhur adalah kebaikan. Bagian dari upaya keturunan untuk membahagiakan leluhurnya. Terus terang saja, bahwa kepulangan saya untuk berziarah kepada makam Bapak dan leluhur ini bukan biasa saja tetapi karena mimpi yang membuat saya harus melakukan ziarah kubur. Saya tidak akan menceritakan bagaimana proses dan kejadiannya di dalam mimpi, biar itu menjadi bagian dari privasi saya dalam pengalaman beragama, namun demikian sungguh saya mempercayainya.

Sebagai keturunan para leluhur: bapak, embah, buyut, canggah, udek-udek, gantung siwur merupakan  orang yang secara ruhaniyah membutuhkan doa dan bacaan kalimat thayibah dari anak cucunya. Konon bacaan doa dan kalimat thayibah tersebut dapat menerangi alam kuburnya. Dan dengan penerangan di alam kubur itulah akan terdapat kebahagiaan dari leluhur kita. Jadi cara kita untuk menyayangi leluhur kita adalah dengan secara konsisten mendoakannya. Jangan melupakannya.

Jika masih hidup mungkin kita akan memenuhi keinginannya, yaitu dengan mencukupi kebutuhan fisik dan kejiwaannya sehingga orang tua kita atau kakek nenek kita tersebut merasakan kebahagiaan. Kita bisa merawat atau memberikan kasih sayang yang secara optimal yang bisa kita lakukan. Dan kebahagiaan itu bisa kita rasakan di dalam raut muka dan sikapnya. Dan hal ini merupakan kewajiban anak untuk keluarganya.

Secara psikhologis, kita tidak boleh menghentikan mengasihi leluhur kita kala leluhur kita sudah mendahului. Dan salah satu di antara cara yang benar sesuai dengan ajaran Islam ahlu sunnah wal jamaah adalah dengan mengirimkan doa dan bacaan kalimat thayyibah untuk leluhur tersebut. Harus diupayakan setiap hari. Tidak usah kita menghitung jumlahnya. Prinsipnya adalah semakin banyak semakin baik. Janganlah pelit untuk menghadiahkan fatihah kepada orang tua kita dan para leluhur. Secara personal bahkan menjadi “kewajiban” kita.

Saya merasa senang terhadap Jamaah Mushalla Raudhatul Jannah karena konsistensinya dalam menjaga amalan shalihan yang berupa bacaan fatihah sekurang-kurangnya tiga kali dalam shalat maghrib dan shubuh. Bacaan fatihah ini kita tujuan kepada junjungan Kita Nabi Muhammad SAW, istrinya, putra-putranya dan dzurriyahnya serta sahabatnya, lalu juga kepada leluhur kita, bapak, ibu, embah dan seterusnya ke atas, dan yang terakhir kita tujukan kepada kepentingan kita agar kepentingan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Terus menerus membacanya dengan ikhlas adalah kebaikan. Sekali lagi konsisten.

Allah sudah memberikan tuntunan sebagaimana  tafsir para ulama bahwa ada bacaan-bacaan doa yang bisa menjadi “penyenang” kepada leluhur  melalui washilah kepada Nabi Muhammad SAW. Misalnya bacaan: “subhanallahil adzim wa bihamdihi” yang   artinya: “maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puja dan puji bagnya”. Bacaan yang pendek seperti ini ternyata bisa menyenangkan roh leluhur. Di dalam tayangan youtube dijelaskan jika kita membaca dalam bilangan yang banyak, maka Allah akan mengampuni para leluhur. Subhanallah.

Jika kita membaca doa untuk memohon keampunan untuk diri kita dan orang tua, maka Allah akan memberikan pahalanya kepada kita semua. Tidak hanya untuk yang membaca tetapi juga untuk kedua orang tua kita. Bahkan jika doa itu dihadiahkan kepada umat Islam yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka pahalanya akan disampaikan kepada siapa yang kita tuju. Tidak ada yang sia-sia atas apapun yang kita baca dengan asma Allah untuk kita semua. Masyaallah.

Salah satu keindahan Islam bagi umatnya adalah bahwa pahala tidak hanya bisa dinikmati secara individual, akan tetapi bisa dinikmari secara berjamaah. Maksudnya bacaan kalimat thayyibah dan doa  tersebut pahalanya bisa  diberikan kepada orang atau leluhur yang kita tuju, akan tetapi kita juga mendapatkannya. Demikianlah ajaran Islam yang sangat zakelik. Ajaran yang memberikan porsi untuk kemaslahatan bersama. Untuk “kekitaan” dan hanya untuk “keakuan”.

Islam memberikan kepada umatnya rasa “kebersamaan” tidak hanya dalam bentuk yang tangible, misalnya zakat, infaq dan sedekah, akan tetapi juga pahala yang intangible. Meskipun tidak berwujud bendawi, akan tetapi melalui keyakinan kita memercayainya. Dan dengan keyakinan itulah maka manusia akan bisa menuai kebahagiaan di akherat.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..