• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PINTU MASUK SURGA BERAGAM (1)

PINTU MASUK SURGA BERAGAM (1)

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Pengajian pada Komunitas Ngaji Bahagia memang memiliki kekhasan, yaitu membahas hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan yang diinginkan oleh jamaahnya. Jadi tidak ada pedoman baku secara sistematis. Lebih bercorak tematik sesuai dengan keperluan yang dianggap penting.

Pada pengajian Selasa pagi ba’da shubuh, 04/07/2023, di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, terdapat pertanyaan yang menarik sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Suryanto, peserta pengajian paling senior. Pak Sur, begitulah biasanya kami semua memanggilnya, menyatakan: “di dalam artikel yang pernah saya baca, bahwa orang bisa masuk surga  karena ketakutannya pada Allah dengan melakukan semua perbuatan yang diamanahkan dan menghindari semua perbuatan yang dilarang. Apakah benar jalan ke  surga tersebut melalui jalur ini?”.

Saya memberikan penjelasan berdasarkan pengetahuan saya yang terbatas tentang ajaran Islam dalam kaitannya dengan surga dan amalan yang sebaiknya dilakukan. Saya menyatakan bahwa ada berbagai macam ragam para ahli di dalam menafsirkan dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan kapasitasnya. Saya mencoba untuk memberikan penjelasan berdasarkan paham keberagamaan yang menurut saya relevan, yaitu ada empat jalan menuju surganya Allah SWT. Artikel ini adalah tulisan pertama terkait dengan tema di atas.

Pertama, lewat jalan khauf atau takut kepada Allah SWT. Yang dimaksud dengan khauf adalah takut untuk melakukan tindakan yang salah dan takut untuk tidak melakukan tindakan yang benar sesuai dengan ajaran Islam.  Khauf memiliki cakupan yang luas tetapi substansinya adalah ketakutan kepada Allah untuk menjauhi larangannya dan menjalankan perintahnya. Allah telah mewajibkan kepada umatnya untuk patuh dan taat atas perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Manusia harus menjadi seorang yang mukmin atau percaya kepada keberadaan Allah dan semua kegaiban yang terkait dengan ajaran Islam. Gaib di dunia tetapi kenyataan di akherat. Misalnya surga,  neraka, mahsyar adalah kegaiban di dunia. Termasuk malaikat, wahyu dan juga makhluk gaib lainnya sesuai dengan berita di dalam Alqur’an. Bisa jadi hal tersebut kegaiban di dunia tetapi menjadi realitas di akherat.

Saya membagi khauf dalam dua hal, yaitu khauf negative dan khauf positif. Khauf disebut negative jika ketakutan itu membuat diri kita terbelenggu di dalam ketakutan dan berakibat menutup diri dalam pergaulan dunia. Kita melarikan diri dari kehidupan duniawi. Kita hanya terfokus mengejar akhirat dengan melupakan tugas dan kewajiban sebagai khalifah Allah fil ardhi. Makanya, kita takut kepada Allah dengan tetap berada di dalam kapasitas sebagai manusia yang memiliki hak dan kewajiban sebagai manusia di dalam keluarga, komunitas dan masyarakat. Nabi Muhammad SAW pernah menegur Sahabat Salman al Farisi, karena Salman hanya mementingkan kehidupan akhirat dan melupakan tanggungjawabnya sebagai bagian dari keluarga. Saya melihat ada banyak dalil di dalam Alqur’an maupun hadits Nabi Muhammad yang mengedepankan ajaran keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Islam mengajarkan agar takut kepada Allah tidak menghalangi kita untuk hidup dalam kehidupan sebagai individu, keluarga dan anggota masyarakat. Maka, kita harus berada di dalam sikap takut yang positif yaitu sikap untuk tidak menutup diri akan tetapi menyeimbangkan antara tugas dan kewajiban duniawi dengan menyelaraskan pada  kepentingan ukhrawi. Di masa lalu, uzlah itu dimaknai dengan menyediri di dalam gubug wirid atau zawiyah yang hanya berkonsentrasi untuk tujuan ukhrawi, tetapi dewasa ini terdapat perubahan bahwa uzlah adalah menyendiri di dalam perilaku kebaikan di tengah kehidupan social.

Kedua, melalui jalan Ridla Allah.  Ridla di dalam Bahasa Indonesia disebut rela atau jika dikaitkan dengan Allah maka berbunyi kerelaan Allah. Kerelaan itu terkait dengan dua entitas yang sama atau beda dan dua-duanya memiliki satu focus tentang sesuatu. Misalnya manusia dan Tuhan, maka kerelaan atau ridla tersebut terkait dengan manusia melakukan suatu Tindakan yang berupa amalan shaleh dan Allah meridlai atau mersetui atas apa yang dilakukan manusia tersebut.

Di dalam konteks ridla, maka dipastikan ada gelombang yang sama meskipun berasal dari dua entitas yang berbeda. Manusia dan Tuhan merupakan dua entitas yang berbeda tetapi bisa bertemu di dalam gelombang spiritual yang sama. Sebagai contoh yang lebih empiris, misalnya keridlaan orang tua akan terjadi jika anaknya dapat menyenangkan hati orang tuanya. Jika dipanggil orang tuanya akan segera datang. Jika disuruh akan segera dikerjakan, dan jika dilarang tidak akan dilakukannya. Peran orang tua sangat besar di dalam kehidupan sebab di dalam sebuat teks dinyatakan bahwa keridlaan orang tua adalah keridlaan Tuhan. Ridlallah fi ridhal walidain.

Ridla Allah adalah segala-galanya. Jika Allah sudah ridla maka Allah akan memberikan segalanya untuk umatnya. Jangankan memohon surganya Allah, memohon yang lebih dari surga pun akan diberikannya. Di dalam teks diyakini bahwa para ahli surga akan dapat melihat eksistensi Allah. Meskipun terdapat perbedaan pendapat dari para ahli ilmu kalam, tetapi diyakini secara substansial bahwa Allah akan menampakkan diri pada ahli surga.

Di antara umat manusia yang dapat bertemu Allah adalah Nabiyullah Muhammad SAW. Di dalam peristiwa Mi’raj hal tersebut terjadi. Mengapa bisa seperti itu, karena Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Allah, yang bahkan diberikan otoritas untuk memberikan syafaat fi yaumil mahsyar. Begitu cintanya Allah kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga otoritas yang sesungguhnya hanya milik Allahpun diberikannya. Contoh lain adalah Nabi Ibrahim yang karena cintanya Allah yang sedemikian besar, maka api pun tidak sanggup membakarnya. Contoh lain adalah Nabi Musa yang bisa membelah laut menjadi jalan lempang yang mengantarkannya pada keselamatan.

Dengan demikian, keridlaan Allah merupakan pintu utama di dalam menggapai kebahagiaan di alam akherat. Siapa yang bisa menyenangkan Allah, maka Allah juga akan mencintainya. Kita telah melakukan sekurang-kurangnya beribadah sesuai dengan kemampuan, semoga hal ini dapat menjadi pintu masuk ke dalam ridlanya Allah SWT. Amin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

OPTIMISLAH SURGA DI TANGAN KITA

OPTIMISLAH SURGA DI TANGAN KITA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ada sebuah pertanyaan yang menggelayut di dalam batin saya, mengapa Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa umat Nabi Muhammad SAW adalah kebanyakan yang akan memasuki surga dan bahkan diistimewakan sebelum umat-umat Nabi lainnya? Pertanyaan ini mungkin bisa disalahpahami oleh umat agama lain, tetapi pertanyaan ini termasuk dalam kekhasan di dalam ajaran agama, yang siapapun yang beragama Islam meyakininya dan umat agama lain harus menghargainya.

Inilah pertanyaan pembuka di dalam pengajian Selasa pagi ba’da shubuh yang diselenggarakan di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, 04/07/2023. Pengajian bagi Komunitas Ngaji Bahagia ini  berprinsip ya ngaji  ya tertawa dan  Ya ngaji ya bahagia. Di antara indicator kebahagiannya adalah jika di dalam moment ngaji tersebut bisa tertawa lepas sebanyak 17 kali. Dan hal ini selalu kita penuhi di dalam ceramah-ceramah yang diselenggarakan. Sebagaimana biasanya bahwa ngaji ini dilakukan secara dialog, dan siapa saja bisa memberikan pertanyaan atau pembahasan sesuai dengan tema yang dibahas. Dan kali ini temanya terkait dengan instrument umat Islam untuk masuk surganya Allah SWT.

Bagi  kita Islam itu sungguh merupakan pedoman yang sangat lengkap. Tidak hanya mengatur hubungan dengan Tuhan, manusia dan alam akan tetapi juga memberikan instrument yang lengkap bagaimana melalui pedoman tersebut kita berhubungan dengan sesama manusia.  Islam mengatur hubungan dalam muamalah, misalnya hubungan kekerabatan, kekeluargaan, ekonomi, hukum dan relasi dengan negara. Islam juga mengatur hubungan dengan Tuhan melalui ritual yang baku atau wajib dan juga ritual yang dijadikan sebagai sarana untuk hubungan dengan Allah tetapi juga bernuansa kemanusiaan.

Kali ini saya akan menjelaskan betapa banyak instrument untuk memperoleh keselamatan di dunia dan akherat. Ada doa yang sangat lazim dibacakan oleh umat Islam dalam setiap waktu shalat, baik shalat wajib atau sunnah. Misalnya doa “Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzaban nar”. Ada instrument untuk menghapus dosa individual, ada doa untuk keluarga, ada penghapus doa komunal sesama umat Islam dan ada doa untuk keselamatan manusia secara umum atas nama kemanusiaan.

Bukankah setiap shalat kita membaca ucapan selamat kepada para Nabi yang direpresentasikan oleh Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim sebagai kakek moyang agama monotheisme, lalu juga doa keselamatan kepada Para Nabi dan dihadirkan kepada Nabi Muhammad SAW dan juga umat Islam yang shaleh dan shalihah. Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish  shalihin. Shalawat kepada Nabiyullah dan juga keselamatan bagi umat Islam. Alangkah indahnya, bahwa bacaan shalat kita itu mengajarkan sikap sosialitas yang sangat tinggi. Umat Islam tidak diajarkan untuk menjaga keselamatan diri sendiri saja akan tetapi juga keselamatan kepada umat Islam lainnya.

Islam memberikan kabar gembira bahwa yang akan masuk surga itu sebanyak 67 persen. Sepertiga di awal dan sepertiga di akhir. Jadi yang masih tanda tanya adalah nasib umat Islam yang sebesar 33 persen. Yang berkategori 33 persen itulah yang intinya juga potensial untuk memperoleh rahmatnya Allah. Di dalam Surat Al Waqi’ah dijelaskan mengenai hal ini. Jadi angka 67 persen itu adalah angka yang ditunjukkan di dalam Alqur’an.

Sebagai bagian dari husnudh dhan kepada Allah, maka siapa yang sudah menyatakan dengan lesan, pikiran dan hati bahwa “tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”, sebagaimana penyaksian atau syahadat yang selalu kita baca di dalam shalat, maka ini merupakan indicator terbesar bahwa seseorang akan masuk surganya Allah. Apalagi dengan Sabda Nabi Muhammad SAW, “barang siapa yang di akhir kalamnya menyatakan la ilaha illallah, dakhalal Jannah”. Ajaran Islam yang semacam ini yang membuat kita optimis bahwa kita yang sudah melakukan shalat, mengamalkan puasa, melaksanakan zakat dan amalan-amalan shalihan lainnya memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat memasuki surga.

Melakukan ritual adalah core instrument untuk masuk surga, akan tetapi juga ada aspek lain yang sangat besar kontribusinya di dalam kehidupan yang bahagia di akherat yaitu “kebaikan” atau “kesalehan” yang dapat dilakukan di dalam kehidupan. Ada seorang sahabat saya yang menyatakan: “ada banyak dosa yang kita lakukan, maka yang harus kita andalkan adalah kebaikan kita untuk kemanusiaan”. Kita harus menyenangkan orang lain. Kita harus membuat orang lain bahagia. Kita harus membuat orang lain merasa nyaman dalam kebersamaan. Dan jika kita bersalah kita harus meminta maaf kepadanya. Hati kita lapang dalam berhubungan untuk urusan kemanusiaan. Secara hipotetik bisa dinyatakan: “semakin baik prilaku kita kepada sesama umat manusia, maka semakin besar peluang kebaikan yang dapat kita terima di sisi Allah”.

Oleh karena itu, jika Alqur’an menyatakan bahwa kebanyakan yang masuk surga adalah umat Islam, tidak lain adalah karena banyaknya instrument yang diberikan Allah melalui Nabi Muhammad untuk umatnya. Kita bisa saling mendoakan. Kita mendoakan kepada leluhur kita, Bapak dan Ibu dan terus ke atas sampai kakek, nenek, buyut, canggah, udek-udek, gantung siwur dan seterusnya, dan kita juga mendoakan keselamatan kepada umat Islam secara keseluruhan.

Alangkah bahagianya menjadi umat Islam yang selalu didoakan oleh umat Islam lainnya, dan semua ini merupakan potensi kebaikan yang kelak akan dapat diterima hasilnya di alam akherat. Allahumma amin Ya Rabbal ‘alamin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

ALLAH MENYURUH  BERWASIAT TENTANG KESABARAN DAN KERAHMATAN

ALLAH MENYURUH  BERWASIAT TENTANG KESABARAN DAN KERAHMATAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Islam tidak hanya berisi tentang tabsyir atau berita kegembiraan, akan tetapi juga tandzir atau peringatan. Berita kegembiraan diberikan kepada orang yang menjalankan ajaran agama yang sesungguhnya berisi etika dan tanggung jawab kepada Tuhan dan juga terhadap sesama manusia dan alam. Saya sebut sebagai etika karena inti atau substansi ajaran Islam adalah memberikan petunjuk kepada manusia di dalam kerangka berhubungan dengan Allah sebagai rabb dan ilah, dan juga relasi kepada sesama manusia dan bahkan dengan alam.

Sementara itu juga ada peringatan kepada orang yang tidak menjalankan ajaran  Allah dan sunnah rasul Muhammad SAW. Mereka itu kaum kafir atau yang mengingkari kebenaran ajaran Islam dan tidak menjalankan syariat agama yang telah terdapat di dalam Kitab Suci dan juga hadits Nabi Muhammad SAW. Mereka itu diancam dengan neraka atau siksaan yang berat karena kesalahannya tersebut.

Di antara yang diajarkan oleh Allah SWT kepada manusia melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah dengan cara berwasiat tentang kesabaran dan berwasiat tentang kerahmatan. Islam mengajarkan agar seseorang bisa memenej perangainya, mengendalikan emosinya dan sikap kerasnya, dengan terus menjaga diri untuk bersabar dan menyebarkan kesabaran tersebut bagi orang lain. Selain itu juga menjaga dirinya agar menjadikan Islam sebagai agama yang memberikan kerahmatan tidak hanya untuk manusia tetapi juga untuk binatang atau tumbuh-tumbuhan atau flora dan fauna. Kita jaga alam ini agar tetap lestari karena kelestarian alam menjadi syarat bagi kebaikan hidup manusia.

Saya terkadang menyesalkan orang yang merusak tumbuh-tumbuhan. Pada waktu saya ke Batu Malang maka terdapat pohon-pohon besar yang umurnya tentu sudah ratusan tahun. Pohon besar-besar di samping jalan merupakan ciri khas Kota Batu sebagai kota hujan, seperti di Puncak Bogor yang juga daerah basah karena curah hujan yang tinggi. Pohon yang besar tersebut kemudian di bagian bawahnya dibakar karena sampah  ditempatkan di situ. Pohon tersebut terbakar di bagian bawah, tetapi masih untung karena tidak semuanya terbakar. Namun juga ada yang mati akibat ulah manusia seperti itu.

Islam sungguh mengajarkan agar manusia menjaga keseimbangan atas alam. Jangan sampai kita merusak keseimbangan tersebut dengan melakukan perusakan alam. Allah menciptakan segala sesuatu itu tidak sia-sia atau selalu memiliki makna. Semua ciptaan Allah itu ada manfaatnya bagi kehidupan, khususnya kehidupan manusia. Islam memperingatkan bahwa kerusakan di laut dan di daratan adalah karena perilaku manusia. Jika manusia tidak merusaknya, maka alam tidak akan rusak. Tangan-tangan jail manusialah yang menyebabkan kerusakan alam tersebut.

Allah memerintahkan kepada kita untuk berwasiat tentang kesabaran. Sabar itu mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilakukan. Bahkan betapa sedikitnya orang yang bisa berbuat sabar. Meskipun saya menulis tentang kesabaran juga belum tentu saya bisa sabar dengan sesungguhnya. Saya dinyatakan oleh sesama kolega sebagai orang yang sabar, tetapi saya merasakan bahwa saya bukanlah orang yang tepat dinyatakan sebagai orang yang sabar. Tetapi yakinlah bahwa ada pelatihan yang bisa menjadi instrument untuk berbuat kesabaran. Sabar dalam menerima ujian atau cobaan Allah. Sabar di kala susah atau sedih atau sabar juga di kala menerima nikmat Allah SWT. Jika kita dalam keadaan susah misalnya sulitnya mengakses rezeki, maka tantangannya adalah bagaimana harus sabar.

Selain itu Allah juga meminta kita untuk berbuat yang penuh dengan kerahmatan. Islam itu agama yang mengusung konsep praktik kerahmatan bagi seluruh alam. Islam itu mengajarkan agar manusia memiliki sifat kasih sayang terhadap sesama manusia dan juga alam semesta. Melalui inteligensi yang sempurna seharusnya manusia menjadi contoh untuk berbuat yang penuh kasih sayang. Jika ada pohon yang besar dan sudah berumur ratusan tahun janganlah kemudian dirusak dan lalu mati. Janganlah kita mencemari sungai, sebab biota sungai akan mati. Jangan kita mencemari laut nanti akan merusak ekosistem kelautan. Manusia benar-benar harus berpikir yang matang dalam melakukan tindakan terhadap apa saja.

Bahkan ada umat Islam yang justru melakukan bom bunuh diri. Tidak hanya mencelakai dirinya sendiri, akan tetapi juga mencederai orang lain atas nama agama tentu bukan tindakan yang benar. Atas nama jihad fi sabilillah juga bukanlah sesuatu yang benar, jika melakukan bom bunuh diri. Melakukan penyerangan terhadap siapa saja di negara yang damai bukanlah jihad di jalan Allah, bukan haraqah ijtihadiyah. Jika berada di negara perang melawan kaum kafir atau musyrik mungkin masih bisa disebut sebagai jihad. Tetapi jika di Indonesia yang negerinya aman dan damai lalu melakukan tindakan bom bunuh diri atas nama Islam tentu merupakan kesalahan tafsir ajarannya.

Tadi pagi di dalam kegiatan tahsinan, 03/07/2023, jamaah Ngaji Bahagia atau Komunitas Ngaji Bahagia menyelesaikan bacaan Surat Al Balad. Ayat yang ditahsin adalah ayat 17-20, yang berbunyi: “tsumma kana minal ladzina amanu wa tawashau bis shabri wa tawa shaubil marhamah, ulaika ashhabul maimanah, wal ladzina kadzdzabu bi ayatina hum ashhabul masy amah, ‘alaihim narum mu’shadah”.  Yang artinya: “kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman, dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada di dalam neraka yang ditutup rapat”.

Melalui ayat ini kita sungguh dipesan oleh Allah agar mengedepankan pikiran, sikap dan tindakan yang penuh dengan kesabaran, dan juga terus mengedepankan pikiran, sikap dam tindakan kasih sayang kepada yang lain. Dan kita pasti bisa jika kita berusaha untuk mencapainya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

NGUMPUL BARENG ANAK DAN CUCU: ADA RASA BAHAGIA

NGUMPUL BARENG ANAK DAN CUCU: ADA RASA BAHAGIA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Hari raya kali ini terasa sungguh indah. Bukan karena uang yang melimpah akan tetapi karena kita semua dikaruniai kesehatan. Dan yang terpenting adalah ketika semua dalam kebersamaan. Anak saya Eva yang di Jakarta juga pulang ke rumah dengan segenap keluarganya. Demikian juga keluarganya Kiki  juga datang ke rumah. Juga Evi dan keluarganya. Tidak terasa cucu sudah delapan orang. Vika, Arfa, Echa, Kifa, Sahif, Atan, Rara dan Tata. Saya bersyukur karena mereka semua sehat.

Pada Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriyah ini semua ngumpul di Rumah Lotus Regency E8 Ketintang Surabaya. Ramai sekali. Bocah-bocah kecil yang lucu, menangis, tertawa dan merengek. Komplitlah. Rumah yang biasanya tenang karena hanya beberapa penghuni akhirnya pecah dengan keramaian karena jumlah orangnya yang cukup banyak. Sehari sebelumnya, kita sekeluarga besar menikmati liburan di Batu Malang.

Pagi tadi, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, Kamis 29/06/2023, kita sekeluarga melakukan shalat Id di Masjid Al Ihsan di Perumahan Lotus Regency Ketintang, Surabaya. Seharian memang istirahat setelah  tiga hari berada di Kota Batu untuk menikmati keindahan wisata Kota Batu. Benar-benar senang meskipun capai. Semua bahagia karena kebersamaan. Makan bersama, menyanyi bersama, karaoke lagu-lagu terbaru dan lagu-lagu Bang Haji Rhoma Irama. Anak-anak muda menyukai lagu-lagu pop, sementara saya suka lagu dangdut. Biasalah.

Ba’da shalat Isya’ secara bersama-sama membakar daging kambing. Nyate. Benar-benar rame. Memotong daging kecil-kecil untuk dijadikan sate.  Di depan rumah ada yang menyiapkan perapian dari arang, menyiapkan tusukan daging dan membakarnya. Ada juga yang menyiapkan rujak manis. Dengan kipas apa adanya, akhirnya daging-dagingpun matang sempurna. Ada daging kambing dan juga sosis. Anak-anak lebih suka sate sosis ketimbang sate kambing. Maklumlah.

Ada juga yang pesan Go Jek untuk membelikan jagung bakar. Tidak banyak yang dibelinya. Cukup 15 jagung. Dengan Go Jek semua menjadi mudah. Tidak usah ke pasar di Jagir, tetapi cukup menunggu di rumah jagung pun datang. Rame-rame lagi membakar jagung. Lebih cepat membakar sate dibandingkan dengan membakar jagung. Senang hati ini melihat kebersamaan anak-anak dan cucu dalam moment seperti ini. Ada rona kebahagiaan kala melihat mereka rukun, damai dan senang.

Moment kebersamaan memang bisa terjadi kapan dan dimana saja. Bagi saya yang terpenting adalah substansinya, yaitu adanya perasaan senang dan kebahagiaan. Saya bisa melihat rona senang dan bahagia tersebut. Tampak di dalam wajah mereka rasa senang dan bahagia. Tidak hanya makan sate, bakaran jagung, tetapi juga minum es nutrisari dan es coklat, serta makan rujak manis.  Sayangnya saya sudah tidak lagi meminum minuman dingin. Tentu ingat usia.

Kebahagiaan tentu bisa disupport oleh keberadaan materi yang cukup. Sekali lagi yang cukup. Tidak harus melimpah. Banyaknya harta yang melimpah tidak menjamin akan kebahagiaan. Bukankah yang diperlukan di dalam hidup itu minim sekali. Satu kamar tidur, makan sehari tiga kali, dan kendaraan yang bisa mengantarkan untuk pergi tempat yang diinginkan dan sehat. Di dalam tradisi Jawa disebut cukup sandang, pangan lan papan. Yang terberat adalah kala sedang menyekolahkan anak. Tetapi harus yakin bahwa anak juga membawa rezekinya sendiri. Ada seorang famili saya, Lik Tun,  yang bercerita, “dulu ketika menyekolahkan anak dengan kebutuhan pendidikannya, ya seperti ini dan sekarang ketika sudah selesai semua ya tetap seperti ini. Artinya, bahwa anak tentu membawa rezekinya dari Allah dan itu melewati tangan orang tuanya.

Tetapi yang lebih penting adalah kebahagiaan batin. Ketika melihat anak-anak sudah dewasa, sudah berumah tangga, sudah bekerja dan mencukupi kebutuhan di dalam keluarganya, maka inilah hakikat dari kebahagiaan. Bagi keluarga yang belum seperti ini, semoga Allah memberikan kemudian untuk juga bisa menikmati kebahagiaan. Semoga Allah melapangkan rezekinya dari usaha halal yang dilakukannya.

Saya merasa senang dan bahagia karena ketiga anak saya sudah bisa mendapatkan uang sendiri. Meskipun perempuan saya dorong agar bekerja. Dr. Dhuhrotul Rizkiah bekerja sebagai dokter di UINSA, yang lulus melalui Computer Assisted Test (CAT) sehingga bisa menjadi PNS di Kemenag. Lalu Shiefta Dyah El Yusi, SH,   bekerja di sector swasta berjualan melalui perdagangan online dengan menggunakan toko online “Shanas Shop”. Semula menjual produk Kosmetik K2, dan  sekarang sudah ribuan produk yang dijualnya di toko online. Kemudian Shiefti Dyah El Yusi, SIP,  bekerja di Universitaas Airlangga. Semenjak lulus dari UA lalu mengabdi di sini dan karena prestasinya baik, maka diangkat sebagai pegawai di UA. Semua anak-anak saya adalah pekerja keras. Alhamdulillah.

Yang membuat saya bahagia adalah karena mereka rukun. Bisa bercengkerama, berdiskusi, bisa berbicara dari hati ke hati dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perasaan dan hati. Sungguh kebahagiaan orang tua adalah kala anaknya sudah dewasa dan menjadi anak yang baik, yang shalih atau sholihah.

Dan tidak ada doa terbaik dari orang tua kecuali kala melaksanakan shalat pada sepertiga malam kemudian berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaan anak-anak  dan cucu-cucunya. Rabbana taqabbal minna du’aana innaka antas sami’un ‘alim wa tub ‘alaina innaka anta tawwabur Rahim.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

 

INDAHNYA ISLAM DI INDONESIA: SHALAT HARI RAYA 2023

INDAHNYA ISLAM DI INDONESIA: SHALAT HARI RAYA 2023

Prof.Dr.Nur Syam,MSi

Pagi ini, saya dan keluarga menghadiri acara ritual shalat Idul Adha yang diselenggarakan di Masjid Al Ihsan. Ketepatan shalat Idul Adha yang dilakukan pada hari Kamis, 29 Juni 2023 adalah mengikuti penetapan hari raya yang dimaklumatkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, sesuai dengan sistem penetapan Hari Raya Idul Adha yang jatuh hari ini. Ada sebagian masyarakat Indonesia yang menyelenggarakan shalat Hari Raya Idul Adha, hari Rabo 28 Juni 2023. Kemarin.

Penetapan hari raya yang berbeda bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan dalam menentukan tanggal 1 Dzulhijjah 1444 Hijriyah. NU dan pemerintah menetapkan berdasarkan rukyat bahwa bulan Dzulqa’dah ditetapkan dengan istikmal karena memang hilal belum bisa dilihat dengan teknologi canggih sekalipun, sehingga hari Kamis, barulah menjadi tanggal 10 Dzulhijjah 1445 Hijriyah. Sementara itu dengan metode hisab, maka hilal sudah berada di atas ufuq sehingga hilal sudah berwujud dan bulan Dzulhijjah sudah mulai.

Perbedaan dalam metodologi pembiayaan kapan hilal itulah yang menjadi penyebab lahirnya perbedaan di dalam menentukan kapan hari raya. Baik untuk Hari Raya Idul Adha maupun Idul Fitri. Bagi masyarakat Indonesia, perbedaan semacam ini bukan masalah. Masyarakat Indonesia sudah sedemikian dewasa dalam menghadapi perbedaan hari raya. Dan yang hebat tidak saling menyalahkan satu dengan lainnya. Masing-masing memiliki dasar fiqih yang kuat. Masyarakat Indonesia menikmati saja tentang perbedaan hari raya. toleran.

Pagi ini saya mengikuti ritual shalat Hari Raya Idul Adha di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency. Masjid yang tidak besar dan jumlah jamaahnya juga tidak berluber. Maklum masjid ini hanya untuk kepentingan satu gang pada Perumahan Lotus Regency. Jumlah penduduknya juga tidak banyak. Rumahnya hanya sebanyak 30 buah. Tetapi ada kegiatan shalat jum’at dengan jamaah tidak pernah kurang dari 40 orang. Ada tahsinan Alqur’an, mengaji Surat al Waqi’ah ba’da shubuh, membaca Surat Al Kahfi sepekan sekali setiap hari Jum’at pagi ba’da shubuh dan ceramah rutin selasa ba’da shubuh. Saya yang biasanya mengisi acara pengajian dengan aneka tema atau ust. Sahid dan ust. Suyuti Rasyad.

Tema yang dibawakan oleh Khatib Shalat Id, Rohmat Maghfiroh, Al Hafidz,  adalah tentang tradisi berqurban, yang sudah terjadi lintas zaman. Dimulai dengan korban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS sampai Nabi Muhammad SAW hingga sekarang. Secara historis, kurban pertama dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS sewaktu diuji oleh Allah untuk menyembelih anaknya. Ujian ini diberikan untuk menandai atas kecintaannya kepada Allah. Nabi Ibrahim itu lebih mencintai Allah atau lainnya, termasuk putranya. Penguatan yang dilakukan oleh putranya, Nabi Ismail AS, maka pengorbanan tersebut dilakukan dan oleh Allah kemudian digantikan dengan seekor domba dari Surga.

Tradisi ini kemudian ditradisikan kembali oleh Rasulullah SWT dan kemudian dikaitkan dengan Hari Raya Haji atau Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban. Tradisi berkurban dilakukan dengan menyembelih hewan, bisa unta, sapi atau kambing. Seekor kurban unta untuk tujuh orang, seekor sapi untuk tujuh orang sementara kambing untuk satu orang. Di dalam sebuah cerita yang pernah saya dengar dalam acara Khaul KH. Wahid Hasyim di Jombang, tentang kearifan Kyai Wahid Hasyim. Suatu ketika ada orang Islam yang baru saja melakukan ajaran Islam, khususnya shalat. Lalu pada waktu Hari Raya Idul Adha, dan dia ingin berkorban. Jumlah keluarganya ada delapan orang dan hanya ingin berkorban dengan seekor  sapi.  Maka oleh Kyai Wahid Hasyim disarankan untuk ditambah satu kambing. Alasan Kyai wahid sederhana saja. Anak sampeyan itu masih kecil, sehingga tidak bisa naik sendiri ke punggung sapi. Agar bisa naik sapi bersama, maka agar menjadikan kambing sebagai tangganya. Melalui penjelasan seperti itu, maka akhirnya yang bersangkutan berkorban satu ekor sapi dan satu ekor kambing.

Oleh khatib dijelaskan bahwa bagi orang yang berkorban agar bisa hadir pada waktu penyembelihan korbannya. Dengan tetesan darah hewan korban tersebut, maka Allah akan mengampuni dosanya. Alangkah bahagianya jika manusia bisa diampuni dosanya. Tidak banyak orang yang bisa diampuni dosanya, akan tetapi dengan menyembelih hewan korban, maka dosanya akan diampuni oleh Allah SWT.

Pada hari ini di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency  dilakukan penyembelihan hewan korban. Memang tidak banyak. Ada seekor sapi, dan 11 kambing. Di antara yang berkorban tersebut adalah: Pak Rusmin, Pak Hardi, Pak Nur, Pak Budi, Pak Rahmat, Pak Amri, dan Bu Ningsih. Yang korban hewan kambing adalah Pak Tomi, Pak Suyuti, Pak Rizki dua  ekor kambing,  Pak Indra (Klinik Adi Hayati), Pak Reza, Pak Indra (F19), Bu Darminah, Pak Raisuli, dan PT Birawidha dua ekor kambing.

Sebagai umat Islam tentu kita bersyukur bahwa ekspresi keberagamaan masyarakat Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya masjid, semakin banyak orang pergi haji dan juga semakin banyak orang yang menyembelih hewan korban.

Yang diharapkan adalah agar korban hewan tersebut dapat menjadi alat bagi manusia untuk memperoleh ridhanya Allah SWT. Korban kita sudah yang terbaik, sebagaimana korbannya Habil bin Adam AS, yang dapat menjadi alat yang diterimanya kurban tersebut di hadapan Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.