OPTIMISLAH SURGA DI TANGAN KITA
OPTIMISLAH SURGA DI TANGAN KITA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Ada sebuah pertanyaan yang menggelayut di dalam batin saya, mengapa Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa umat Nabi Muhammad SAW adalah kebanyakan yang akan memasuki surga dan bahkan diistimewakan sebelum umat-umat Nabi lainnya? Pertanyaan ini mungkin bisa disalahpahami oleh umat agama lain, tetapi pertanyaan ini termasuk dalam kekhasan di dalam ajaran agama, yang siapapun yang beragama Islam meyakininya dan umat agama lain harus menghargainya.
Inilah pertanyaan pembuka di dalam pengajian Selasa pagi ba’da shubuh yang diselenggarakan di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, 04/07/2023. Pengajian bagi Komunitas Ngaji Bahagia ini berprinsip ya ngaji ya tertawa dan Ya ngaji ya bahagia. Di antara indicator kebahagiannya adalah jika di dalam moment ngaji tersebut bisa tertawa lepas sebanyak 17 kali. Dan hal ini selalu kita penuhi di dalam ceramah-ceramah yang diselenggarakan. Sebagaimana biasanya bahwa ngaji ini dilakukan secara dialog, dan siapa saja bisa memberikan pertanyaan atau pembahasan sesuai dengan tema yang dibahas. Dan kali ini temanya terkait dengan instrument umat Islam untuk masuk surganya Allah SWT.
Bagi kita Islam itu sungguh merupakan pedoman yang sangat lengkap. Tidak hanya mengatur hubungan dengan Tuhan, manusia dan alam akan tetapi juga memberikan instrument yang lengkap bagaimana melalui pedoman tersebut kita berhubungan dengan sesama manusia. Islam mengatur hubungan dalam muamalah, misalnya hubungan kekerabatan, kekeluargaan, ekonomi, hukum dan relasi dengan negara. Islam juga mengatur hubungan dengan Tuhan melalui ritual yang baku atau wajib dan juga ritual yang dijadikan sebagai sarana untuk hubungan dengan Allah tetapi juga bernuansa kemanusiaan.
Kali ini saya akan menjelaskan betapa banyak instrument untuk memperoleh keselamatan di dunia dan akherat. Ada doa yang sangat lazim dibacakan oleh umat Islam dalam setiap waktu shalat, baik shalat wajib atau sunnah. Misalnya doa “Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzaban nar”. Ada instrument untuk menghapus dosa individual, ada doa untuk keluarga, ada penghapus doa komunal sesama umat Islam dan ada doa untuk keselamatan manusia secara umum atas nama kemanusiaan.
Bukankah setiap shalat kita membaca ucapan selamat kepada para Nabi yang direpresentasikan oleh Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim sebagai kakek moyang agama monotheisme, lalu juga doa keselamatan kepada Para Nabi dan dihadirkan kepada Nabi Muhammad SAW dan juga umat Islam yang shaleh dan shalihah. Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish shalihin. Shalawat kepada Nabiyullah dan juga keselamatan bagi umat Islam. Alangkah indahnya, bahwa bacaan shalat kita itu mengajarkan sikap sosialitas yang sangat tinggi. Umat Islam tidak diajarkan untuk menjaga keselamatan diri sendiri saja akan tetapi juga keselamatan kepada umat Islam lainnya.
Islam memberikan kabar gembira bahwa yang akan masuk surga itu sebanyak 67 persen. Sepertiga di awal dan sepertiga di akhir. Jadi yang masih tanda tanya adalah nasib umat Islam yang sebesar 33 persen. Yang berkategori 33 persen itulah yang intinya juga potensial untuk memperoleh rahmatnya Allah. Di dalam Surat Al Waqi’ah dijelaskan mengenai hal ini. Jadi angka 67 persen itu adalah angka yang ditunjukkan di dalam Alqur’an.
Sebagai bagian dari husnudh dhan kepada Allah, maka siapa yang sudah menyatakan dengan lesan, pikiran dan hati bahwa “tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”, sebagaimana penyaksian atau syahadat yang selalu kita baca di dalam shalat, maka ini merupakan indicator terbesar bahwa seseorang akan masuk surganya Allah. Apalagi dengan Sabda Nabi Muhammad SAW, “barang siapa yang di akhir kalamnya menyatakan la ilaha illallah, dakhalal Jannah”. Ajaran Islam yang semacam ini yang membuat kita optimis bahwa kita yang sudah melakukan shalat, mengamalkan puasa, melaksanakan zakat dan amalan-amalan shalihan lainnya memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat memasuki surga.
Melakukan ritual adalah core instrument untuk masuk surga, akan tetapi juga ada aspek lain yang sangat besar kontribusinya di dalam kehidupan yang bahagia di akherat yaitu “kebaikan” atau “kesalehan” yang dapat dilakukan di dalam kehidupan. Ada seorang sahabat saya yang menyatakan: “ada banyak dosa yang kita lakukan, maka yang harus kita andalkan adalah kebaikan kita untuk kemanusiaan”. Kita harus menyenangkan orang lain. Kita harus membuat orang lain bahagia. Kita harus membuat orang lain merasa nyaman dalam kebersamaan. Dan jika kita bersalah kita harus meminta maaf kepadanya. Hati kita lapang dalam berhubungan untuk urusan kemanusiaan. Secara hipotetik bisa dinyatakan: “semakin baik prilaku kita kepada sesama umat manusia, maka semakin besar peluang kebaikan yang dapat kita terima di sisi Allah”.
Oleh karena itu, jika Alqur’an menyatakan bahwa kebanyakan yang masuk surga adalah umat Islam, tidak lain adalah karena banyaknya instrument yang diberikan Allah melalui Nabi Muhammad untuk umatnya. Kita bisa saling mendoakan. Kita mendoakan kepada leluhur kita, Bapak dan Ibu dan terus ke atas sampai kakek, nenek, buyut, canggah, udek-udek, gantung siwur dan seterusnya, dan kita juga mendoakan keselamatan kepada umat Islam secara keseluruhan.
Alangkah bahagianya menjadi umat Islam yang selalu didoakan oleh umat Islam lainnya, dan semua ini merupakan potensi kebaikan yang kelak akan dapat diterima hasilnya di alam akherat. Allahumma amin Ya Rabbal ‘alamin.
Wallahu a’lam bi al shawab.