INDAHNYA ISLAM DI INDONESIA: SHALAT HARI RAYA 2023
INDAHNYA ISLAM DI INDONESIA: SHALAT HARI RAYA 2023
Prof.Dr.Nur Syam,MSi
Pagi ini, saya dan keluarga menghadiri acara ritual shalat Idul Adha yang diselenggarakan di Masjid Al Ihsan. Ketepatan shalat Idul Adha yang dilakukan pada hari Kamis, 29 Juni 2023 adalah mengikuti penetapan hari raya yang dimaklumatkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, sesuai dengan sistem penetapan Hari Raya Idul Adha yang jatuh hari ini. Ada sebagian masyarakat Indonesia yang menyelenggarakan shalat Hari Raya Idul Adha, hari Rabo 28 Juni 2023. Kemarin.
Penetapan hari raya yang berbeda bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan dalam menentukan tanggal 1 Dzulhijjah 1444 Hijriyah. NU dan pemerintah menetapkan berdasarkan rukyat bahwa bulan Dzulqa’dah ditetapkan dengan istikmal karena memang hilal belum bisa dilihat dengan teknologi canggih sekalipun, sehingga hari Kamis, barulah menjadi tanggal 10 Dzulhijjah 1445 Hijriyah. Sementara itu dengan metode hisab, maka hilal sudah berada di atas ufuq sehingga hilal sudah berwujud dan bulan Dzulhijjah sudah mulai.
Perbedaan dalam metodologi pembiayaan kapan hilal itulah yang menjadi penyebab lahirnya perbedaan di dalam menentukan kapan hari raya. Baik untuk Hari Raya Idul Adha maupun Idul Fitri. Bagi masyarakat Indonesia, perbedaan semacam ini bukan masalah. Masyarakat Indonesia sudah sedemikian dewasa dalam menghadapi perbedaan hari raya. Dan yang hebat tidak saling menyalahkan satu dengan lainnya. Masing-masing memiliki dasar fiqih yang kuat. Masyarakat Indonesia menikmati saja tentang perbedaan hari raya. toleran.
Pagi ini saya mengikuti ritual shalat Hari Raya Idul Adha di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency. Masjid yang tidak besar dan jumlah jamaahnya juga tidak berluber. Maklum masjid ini hanya untuk kepentingan satu gang pada Perumahan Lotus Regency. Jumlah penduduknya juga tidak banyak. Rumahnya hanya sebanyak 30 buah. Tetapi ada kegiatan shalat jum’at dengan jamaah tidak pernah kurang dari 40 orang. Ada tahsinan Alqur’an, mengaji Surat al Waqi’ah ba’da shubuh, membaca Surat Al Kahfi sepekan sekali setiap hari Jum’at pagi ba’da shubuh dan ceramah rutin selasa ba’da shubuh. Saya yang biasanya mengisi acara pengajian dengan aneka tema atau ust. Sahid dan ust. Suyuti Rasyad.
Tema yang dibawakan oleh Khatib Shalat Id, Rohmat Maghfiroh, Al Hafidz, adalah tentang tradisi berqurban, yang sudah terjadi lintas zaman. Dimulai dengan korban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS sampai Nabi Muhammad SAW hingga sekarang. Secara historis, kurban pertama dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS sewaktu diuji oleh Allah untuk menyembelih anaknya. Ujian ini diberikan untuk menandai atas kecintaannya kepada Allah. Nabi Ibrahim itu lebih mencintai Allah atau lainnya, termasuk putranya. Penguatan yang dilakukan oleh putranya, Nabi Ismail AS, maka pengorbanan tersebut dilakukan dan oleh Allah kemudian digantikan dengan seekor domba dari Surga.
Tradisi ini kemudian ditradisikan kembali oleh Rasulullah SWT dan kemudian dikaitkan dengan Hari Raya Haji atau Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban. Tradisi berkurban dilakukan dengan menyembelih hewan, bisa unta, sapi atau kambing. Seekor kurban unta untuk tujuh orang, seekor sapi untuk tujuh orang sementara kambing untuk satu orang. Di dalam sebuah cerita yang pernah saya dengar dalam acara Khaul KH. Wahid Hasyim di Jombang, tentang kearifan Kyai Wahid Hasyim. Suatu ketika ada orang Islam yang baru saja melakukan ajaran Islam, khususnya shalat. Lalu pada waktu Hari Raya Idul Adha, dan dia ingin berkorban. Jumlah keluarganya ada delapan orang dan hanya ingin berkorban dengan seekor sapi. Maka oleh Kyai Wahid Hasyim disarankan untuk ditambah satu kambing. Alasan Kyai wahid sederhana saja. Anak sampeyan itu masih kecil, sehingga tidak bisa naik sendiri ke punggung sapi. Agar bisa naik sapi bersama, maka agar menjadikan kambing sebagai tangganya. Melalui penjelasan seperti itu, maka akhirnya yang bersangkutan berkorban satu ekor sapi dan satu ekor kambing.
Oleh khatib dijelaskan bahwa bagi orang yang berkorban agar bisa hadir pada waktu penyembelihan korbannya. Dengan tetesan darah hewan korban tersebut, maka Allah akan mengampuni dosanya. Alangkah bahagianya jika manusia bisa diampuni dosanya. Tidak banyak orang yang bisa diampuni dosanya, akan tetapi dengan menyembelih hewan korban, maka dosanya akan diampuni oleh Allah SWT.
Pada hari ini di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency dilakukan penyembelihan hewan korban. Memang tidak banyak. Ada seekor sapi, dan 11 kambing. Di antara yang berkorban tersebut adalah: Pak Rusmin, Pak Hardi, Pak Nur, Pak Budi, Pak Rahmat, Pak Amri, dan Bu Ningsih. Yang korban hewan kambing adalah Pak Tomi, Pak Suyuti, Pak Rizki dua ekor kambing, Pak Indra (Klinik Adi Hayati), Pak Reza, Pak Indra (F19), Bu Darminah, Pak Raisuli, dan PT Birawidha dua ekor kambing.
Sebagai umat Islam tentu kita bersyukur bahwa ekspresi keberagamaan masyarakat Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya masjid, semakin banyak orang pergi haji dan juga semakin banyak orang yang menyembelih hewan korban.
Yang diharapkan adalah agar korban hewan tersebut dapat menjadi alat bagi manusia untuk memperoleh ridhanya Allah SWT. Korban kita sudah yang terbaik, sebagaimana korbannya Habil bin Adam AS, yang dapat menjadi alat yang diterimanya kurban tersebut di hadapan Allah SWT.
Wallahu a’lam bi al shawab.