NGUMPUL BARENG ANAK DAN CUCU: ADA RASA BAHAGIA
NGUMPUL BARENG ANAK DAN CUCU: ADA RASA BAHAGIA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Hari raya kali ini terasa sungguh indah. Bukan karena uang yang melimpah akan tetapi karena kita semua dikaruniai kesehatan. Dan yang terpenting adalah ketika semua dalam kebersamaan. Anak saya Eva yang di Jakarta juga pulang ke rumah dengan segenap keluarganya. Demikian juga keluarganya Kiki juga datang ke rumah. Juga Evi dan keluarganya. Tidak terasa cucu sudah delapan orang. Vika, Arfa, Echa, Kifa, Sahif, Atan, Rara dan Tata. Saya bersyukur karena mereka semua sehat.
Pada Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriyah ini semua ngumpul di Rumah Lotus Regency E8 Ketintang Surabaya. Ramai sekali. Bocah-bocah kecil yang lucu, menangis, tertawa dan merengek. Komplitlah. Rumah yang biasanya tenang karena hanya beberapa penghuni akhirnya pecah dengan keramaian karena jumlah orangnya yang cukup banyak. Sehari sebelumnya, kita sekeluarga besar menikmati liburan di Batu Malang.
Pagi tadi, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, Kamis 29/06/2023, kita sekeluarga melakukan shalat Id di Masjid Al Ihsan di Perumahan Lotus Regency Ketintang, Surabaya. Seharian memang istirahat setelah tiga hari berada di Kota Batu untuk menikmati keindahan wisata Kota Batu. Benar-benar senang meskipun capai. Semua bahagia karena kebersamaan. Makan bersama, menyanyi bersama, karaoke lagu-lagu terbaru dan lagu-lagu Bang Haji Rhoma Irama. Anak-anak muda menyukai lagu-lagu pop, sementara saya suka lagu dangdut. Biasalah.
Ba’da shalat Isya’ secara bersama-sama membakar daging kambing. Nyate. Benar-benar rame. Memotong daging kecil-kecil untuk dijadikan sate. Di depan rumah ada yang menyiapkan perapian dari arang, menyiapkan tusukan daging dan membakarnya. Ada juga yang menyiapkan rujak manis. Dengan kipas apa adanya, akhirnya daging-dagingpun matang sempurna. Ada daging kambing dan juga sosis. Anak-anak lebih suka sate sosis ketimbang sate kambing. Maklumlah.
Ada juga yang pesan Go Jek untuk membelikan jagung bakar. Tidak banyak yang dibelinya. Cukup 15 jagung. Dengan Go Jek semua menjadi mudah. Tidak usah ke pasar di Jagir, tetapi cukup menunggu di rumah jagung pun datang. Rame-rame lagi membakar jagung. Lebih cepat membakar sate dibandingkan dengan membakar jagung. Senang hati ini melihat kebersamaan anak-anak dan cucu dalam moment seperti ini. Ada rona kebahagiaan kala melihat mereka rukun, damai dan senang.
Moment kebersamaan memang bisa terjadi kapan dan dimana saja. Bagi saya yang terpenting adalah substansinya, yaitu adanya perasaan senang dan kebahagiaan. Saya bisa melihat rona senang dan bahagia tersebut. Tampak di dalam wajah mereka rasa senang dan bahagia. Tidak hanya makan sate, bakaran jagung, tetapi juga minum es nutrisari dan es coklat, serta makan rujak manis. Sayangnya saya sudah tidak lagi meminum minuman dingin. Tentu ingat usia.
Kebahagiaan tentu bisa disupport oleh keberadaan materi yang cukup. Sekali lagi yang cukup. Tidak harus melimpah. Banyaknya harta yang melimpah tidak menjamin akan kebahagiaan. Bukankah yang diperlukan di dalam hidup itu minim sekali. Satu kamar tidur, makan sehari tiga kali, dan kendaraan yang bisa mengantarkan untuk pergi tempat yang diinginkan dan sehat. Di dalam tradisi Jawa disebut cukup sandang, pangan lan papan. Yang terberat adalah kala sedang menyekolahkan anak. Tetapi harus yakin bahwa anak juga membawa rezekinya sendiri. Ada seorang famili saya, Lik Tun, yang bercerita, “dulu ketika menyekolahkan anak dengan kebutuhan pendidikannya, ya seperti ini dan sekarang ketika sudah selesai semua ya tetap seperti ini. Artinya, bahwa anak tentu membawa rezekinya dari Allah dan itu melewati tangan orang tuanya.
Tetapi yang lebih penting adalah kebahagiaan batin. Ketika melihat anak-anak sudah dewasa, sudah berumah tangga, sudah bekerja dan mencukupi kebutuhan di dalam keluarganya, maka inilah hakikat dari kebahagiaan. Bagi keluarga yang belum seperti ini, semoga Allah memberikan kemudian untuk juga bisa menikmati kebahagiaan. Semoga Allah melapangkan rezekinya dari usaha halal yang dilakukannya.
Saya merasa senang dan bahagia karena ketiga anak saya sudah bisa mendapatkan uang sendiri. Meskipun perempuan saya dorong agar bekerja. Dr. Dhuhrotul Rizkiah bekerja sebagai dokter di UINSA, yang lulus melalui Computer Assisted Test (CAT) sehingga bisa menjadi PNS di Kemenag. Lalu Shiefta Dyah El Yusi, SH, bekerja di sector swasta berjualan melalui perdagangan online dengan menggunakan toko online “Shanas Shop”. Semula menjual produk Kosmetik K2, dan sekarang sudah ribuan produk yang dijualnya di toko online. Kemudian Shiefti Dyah El Yusi, SIP, bekerja di Universitaas Airlangga. Semenjak lulus dari UA lalu mengabdi di sini dan karena prestasinya baik, maka diangkat sebagai pegawai di UA. Semua anak-anak saya adalah pekerja keras. Alhamdulillah.
Yang membuat saya bahagia adalah karena mereka rukun. Bisa bercengkerama, berdiskusi, bisa berbicara dari hati ke hati dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perasaan dan hati. Sungguh kebahagiaan orang tua adalah kala anaknya sudah dewasa dan menjadi anak yang baik, yang shalih atau sholihah.
Dan tidak ada doa terbaik dari orang tua kecuali kala melaksanakan shalat pada sepertiga malam kemudian berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaan anak-anak dan cucu-cucunya. Rabbana taqabbal minna du’aana innaka antas sami’un ‘alim wa tub ‘alaina innaka anta tawwabur Rahim.
Wallahu a’lam bi al shawab.