• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SEGENGGAM KEKUASAAN LEBIH PENTING DIBANDING SEKARUNG EMAS

SEGENGGAM KEKUASAAN LEBIH PENTING DIBANDING SEKARUNG EMAS

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Anekdot ini disampaikan oleh Kyai Syarifuddin Wafa, seorang narasumber pada acara halaqah Politik Sunan Bonang  dalam  acara Tour de Wali yang diselenggarakan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Gedung Grand Javanila, Tuban, 07/09/2023. Acara ini dihadiri oleh Menteri Ketenagakerjaan Dr. Ida Fauzia, DPR Pusat Ratna Juwita Sari, dan sejumlah pimpinan PKB baik pusat, wilayah dan cabang Tuban. Hadir juga para Kyai, di antaranya  Kyai Cholilurrahman, Kyai Mohammad Fauzan, dan sejumlah kyai dan pengurus NU Cabang Tuban.

Anekdot ini, menurut Kyai Wafa adalah ungkapan yang disampaikan oleh Kyai Cholil, guru saya, di dalam banyak kesempatan. Kyai Cholil menyatakan bahwa memiliki kekuasaan itu lebih penting di dalam percaturan kemasyarakatan, pemerintahan dan kenegaraan. Selain ungkapan ini, juga disampaikan bahwa pemimpin itu harus memiliki moral yang bagus, memiliki kedekatan dengan masyarakat dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya.

Saya dan Kyai Wafa didapuk sebagai narasumber di dalam acara ini. Tentu posisi saya adalah sebagai akademisi yang memberikan gambaran secara realistis tentang bagaimana politik Kanjeng Eyang Sunan Bonang di dalam kancah social politik pada masanya. Saya sampaikan tiga hal yang mendasar terkait dengan acara Sarasehan Tour de Wali.

Pertama, kita harus selalu bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Bisa sehat dan bisa hadir pada acara penting ini merupakan bagian dari rahmat Allah SWT kepada kita semua. Kita bisa menjadi umat Islam tentu juga merupakan kenikmatan Allah yang tiada taranya. Betapa banyak di dunia ini, orang yang tidak bisa menjadi muslim meskipun kebenaran ajaran Islam itu telah sampai kepadanya. Ada yang menjadikan Islam hanya sebagai ilmu pengetahuan sehingga tidak tergerak hatinya untuk menjadi muslim atau tidak mendapatkan hidayah dengan ilmu keislamannya, dan ada yang belajar Islam lalu menjadi muslim dan ada yang menjadi muslim seperti kita. Menjadi Islam dulu dan baru belajar tentang Islam.

Kedua, sebagai akademisi, saya  mengapresiasi atas upaya yang dilakukan oleh Cak Imin. Betapa lamanya Cak Imin berupaya untuk menjadi tokoh  di negeri ini. Baliho pencalonannya sebagai Presiden Republik Indonesia sudah sangat lama dipampangkan. Terkadang bahkan menggunakan baliho dengan latar Panglima Santri. Semenjak tahun 2013 balihonya banyak menghiasi jalan-jalan utama di Republik ini. Di kota, di desa dan seluruh pelosok Nusantara terdapat namanya di dalam Baliho yang didirikannya.

Ketiga, PKB berusaha merenda  masa lalu, yaitu melalui Tour de Wali. Upaya yang dilakukan sebagai konsekuensi sebagai warga nahdhiyin yang memang menyukai ziarah wali. Terutama para walisanga di Jawa.  Secara historis, Islam hadir di Jawa di kala Kerajaan Majapahit berada di ujung kehilangan pamornya sebagai kerajaan besar. Majapahit sedang mengalami masa powerless. Negara tanpa kekuasaan. Yang dimiliki hanyalah kekuasaan simbolik dan bukan kekuasaan realistic. Nama kerajaan dan rajanya masih ada, tetapi otoritas kekuasannya sudah sangat menurun. Di saat seperti ini, maka muncullah Islam sebagai agama baru yang menawarkan ajaran keselamatan, kedamaian dan kerukunan, maka lambat tetapi pasti penduduk Jawa yang beragama Hindu Buddha lalu beralih ke agama Islam.

Jika ditelusur secara historis, maka Islam datang di Jawa sebelum  tahun 1082 (wafatnya Fathimah binti Maimun)  atau bersamaan dengan kekuasaan Kahuripan dengan rajanya Airlangga. Para saudagar Islam dan ahli tasawuf kemudian secara silih berganti masuk ke Nusantara, dan pada awal abad 14 para wali tersebut membangun organisasi kewalian, yang disebut sebagai walisanga. Walisanga merupakan kumpulan para Wali penyebar Islam di Nusantara, khususnya di Jawa. Pada tahun 1478 M Kerajaan Majapahit runtuh dan kemudian digantikan dengan Kerajaan Demak dengan rajanya Raden Fatah. Titik kulminasi penyebaran Islam terjadi pada era umat Islam telah memiliki kerajaan dengan kekuasaannya yang besar. Jadi ada tiga tahap di dalam proses penyebaran Islam, yaitu dakwah melalui individual, ke dakwah kelembagaan dan kemudian dakwah melalui kerajaan atau kekuasaan.

Jadi,  proses  penyebaran Islam melalui kekuatan individual ke kerajaan tersebut membutuhkan waktu selama  empat abad. Tentu merupakan waktu yang lama, sebab yang dihadapi adalah para pemeluk agama yang sudah mengakar kuat dan memiliki tokoh-tokoh agama yang sangat mapan. Sunan Bonang misalnya pertama kali berdakwah di Kediri harus  berhadapan dengan para tokoh agama, misalnya melawan Buto Locaya dan Nyai Plencing, penganut ajaran Bhairawa dan pertarungan dimenangkan oleh Sunan Bonang. Kemudian Sunan Bonang berdakwah di Tuban dan dakwahnya  menyebar sampai ke Pulau Bawean, bahkan ke Bali dan Nusa Tenggara. Sunan Bonang hidup pada pertengahan  abad ke 15 (lahir 1465).

Berdasarkan penelitian tentang para waliyullah di Tanah Tuban, maka didapati realitas bahwa pada abad ke  16, Tuban sudah menjadi daerah muslim terbukti dari banyaknya waliyullah yang makamnya terdapat pada hampir semua desa di Tuban. Ada sebanyak 193 waliyullah yang berdakwah di daerah Tuban dan mereka memiliki keterkaitan genealogis. Dari penelitian tentang “Tuban Bumi Wali The Spirit of Harmony: Melacak Jejak dakwah Waliyullah” (2022) bahwa Tuban merupakan daerah awal Islam di wilayah Jawa bagian Timur. Kira-kira usia Islam di Tuban itu nyaris sama dengan Islam di Gresik.

Melihat pola dakwah para Walisanga tersebut memberikan kesimpulan bahwa dakwah harus memasuki kekuasaan. Jika dakwah Islam tidak memasuki kekuasaan, maka proses dakwah akan mengalami kelambatan. Oleh karena itu, jika dakwah hanya selalu berada di luar kekuasaan, maka Islam tidak akan menjadi ruh bagi penyusunan kebijakan dan  tidak akan bisa menjadi instrument bagi pembangunan kesejahteraan umat.

Itulah sebabnya menjadikan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan politik Islam menjadi penting. Bukan Islam politik yang menginginkan terbangunnya khilafah, akan tetapi menjadikan Islam sebagai etika dalam membangun umat. Islam menjadi ruh bagi terciptanya masyarakat yang sejahtera di dalam koridor NKRI dengan dasar negara Pancasila, dan kebinekaan sebagai bagian kehidupan masyarakat Indonesia.

Jadi yang diperlukan adalah bagaimana memenangkan umat Islam dalam percaturan politik agar umat Islam dapat menjadi pemain dan bukan hanya menjadi penonton. Dan ini semua tergantung kepada kesadaran kita untuk berjuang berdasarkan atas pilihan rasional bahkan pilihan suprarasional. Jadikan keduanya sebagai piranti untuk menjadi pemain di negeri sendiri.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

KAPITALISME DAN PEREKONOMIAN DUNIA: ALQUR’AN SUDAH MEMBERI ISYARAH

KAPITALISME DAN PEREKONOMIAN DUNIA: ALQUR’AN SUDAH MEMBERI ISYARAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Acara tahsinan pada Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) telah sampai pada ayat yang terkait dengan mencela dan mengumpat, dan orang yang terus menerus mencari harta dan menghitung-hitung hartanya. Ayat tersebut adalah pada Surat Al Humazah, suatu surat yang bermakna tanzir atau peringatan kepada hamba Allah SWT. Sebagaimana diketahui bahwa di dalam ayat-ayat Makiyah maka bisa dijumpai dua hal, yaitu tanzir dan tabsyir. Tandzir artinya memberi peringatan dan tabsyir artinya memberikan kabar kegembiraan.

Pada Selasa, 09/09/2023, saya mendapatkan peluang untuk mengkaji ayat tersebut dalam kaitannya dengan realitas social yang berkembang dewasa ini. Ayat tersebut adalah: “wailul likulli humazatil lumazah. Alladzi jama’a malauw  wa’addadah. Yahsabu anna malahu akhladah. Kalla layumbadzanna fil huthamah”, yang artinya: “celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak. Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) hutamah”.

Di dalam ceramah ini, saya sampaikan tiga hal, yaitu: pertama, Ayat ini secara general memberikan pemahaman tentang pencela dan pengumpat karena sikap dan tindakannya tersebut. Pengumpat dan pencela itu adalah orang yang berkecenderungan mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Yaitu orang yang di dalam hidupnya selalu berpikir tentang uang dan harta atau uang dan kekayaan. Padahal diketahui bahwa harta seberapapun  banyaknya ternyata tidak akan mampu menyelamatkan dirinya dari kematian. Orang kaya atau orang miskin sama-sama akan terkena takdir kematian. Berdasarkan Kitab Suci Alqur’an bahwa orang super kaya seperti Qarun, Namrudz, Fir’aun dan orang-orang yang memuja harta dan kekayaan juga akhirnya harus dilibas oleh takdir kematian. Di dunia, orang seperti Rockefeller, Ronald Reagan, lalu di Indonesia seperti Ciputra dan sebagainya juga meninggal. Di dalam kehidupan ini, maka yang tidak dapat dihindari adalah kematian.

Kedua, ayat ini dapat dikaitkan dengan pemikiran dan praksis kapitalisme. Perilaku kapitalis dapat dijelaskan tentang perilaku menumpuk harta atau akumulasi modal untuk tujuan modal. Modal akan menjadi modal dan seterusnya. Ada cecandaan bahwa uang itu mencari kawannya. Artinya jika uang sudah ada pada orang tertentu, maka uang yang lainnya akan datang. Uang akan menjadi beranak pinak. Bagi kaum kapitalis, bahwa uang harus menghasilkan uang lainnya tidak perduli cara apa yang digunakannya. Sesepuh kapitalisme, Adam Smith menyatakan bahwa dengan modal sedikit-dikitnya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Kapitalisme telah sangat lama menguasai dunia. Hampir seluruh negara menerapkan system kapitalisme. Negara-negara Barat merupakan pioneer penerapan kapitalisme di dunia, dan di masa cold War, maka yang bisa mengimbanginya adalah USSR dan beberapa negara komunis lainnya, misalnya China, Korea Utara, Nikaragua, dan beberapa negara di Amerika Latin. Indonesia merupakan salah satu negara yang selama pemerintahan Orde Baru hingga sekarang menerapkan system kapitalisme. Hal ini dipengaruhi oleh para ekonom di masa lalu yang dikaitkan dengan Mafia Berkeley atau para ekonom lulusan dari Berkeley University di Amerika Serikat. Mereka menggunakan konsep pertumbuhan ekonomi yang hasilnya akan menetes ke bawah atau disebut sebagai economic growth base on trickle down effect. Konsep ini berasumsi bahwa dengan menumbuhkan makin banyak kapitalis maka efeknya akan terjadi berkurangnya kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan miskin. Namun demikian, secara realistis bahwa watak kapitalisme adalah akumulasi modal sehingga keinginan untuk meneteskan hasilnya ke bawah tidak pernah terlaksana. Dan parahnya kesenjangan ekonomi semakin besar dan menganga. Bahkan sampai era Jokowi ternyata kesenjangan ekonomi juga tidak turun secara signifikan.

Menurut Joseph E. Stiglitz bahwa kapitalisme telah menyebabkan penguasaan 1 persen orang kaya atas 99 persen kelompok lainnya. Di seluruh dunia, negara dikuasai oleh kelompok 1 persen. Tidak ada negara yang menggunakan system ekonomi kapitalisme yang tidak terkena hukum 1 persen menguasai 99 persen lainnya. Indonesia sebagai negara berkembang yang menerapkan system kapitalisme juga terkena dampak tersebut. Hanya 15 orang kaya di Indonesia ternyata kekayaannya separoh lebih APBN tahun 2020.  Misalnya pemilik Perusahaan Rokok Jarum, dua bersaudara, ternyata hartanya lebih dari 500 trilyun. Indonesia sudah berusaha untuk memastikan bahwa para pengusaha tersebut mau memberikan donasinya melalui regulasi CSR, namun demikian ternyata tidak efektif.

Ketiga, sesungguhnya Tuhan sudah memberikan peringatan agar orang tidak melakukan tindakan mencela atau mengumpat.  Keduanya adalah perilaku negative. Bisa berbeda dengan ghibah yang bisa saja memiliki makna positif dan negative. Ada ghibah yang boleh dan ada ghibah yang tidak boleh. Ghibah negative atau tindakan mengumpat yang bertujuan untuk membunuh karakter atau character assassination tentu merupakan tindakan yang dilarang di dalam Islam. Tetapi melakukan kritik atas kebijakan pemerintah yang dirasakan sebagai kebijakan yang tidak tepat merupakan tindakan ghibah yang memiliki nilai positif.

Di dalam acara seminar juga sering didapatkan tindakan untuk mengritik atas kebijakan pemerintah atau organisasi dan komunitas tertentu yang tindakannya tersebut dapat merugikan atas orang atau komunitas dan masyarakat. Jika dilakukan seperti ini, maka melakukan tindakan ghibah bisa dibenarkan.

Seperti ceramah kita hari ini yang mencoba menguliti tindakan kaum kapitalis yang cenderung serakah tentu bukanlah ghibah dalam makna negative, akan tetapi memberikan gambaran tentang tindakan yang bisa merugikan atas orang lain. Dan orang Islam semestinya tidak melakukannya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

MENCINTAI NABI MUHAMMAD HARUS LEBIH DARI LAINNYA

MENCINTAI NABI MUHAMMAD HARUS LEBIH DARI LAINNYA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Waktu saya menunggu kedatangan pesawat LIONS di Palangkaraya, sebenarnya sempat juga was-was. Kabut tentu saja penyebabnya. Saya seharusnya berangkat ke Surabaya pada pukul 11.40 WIB, akan tetapi pesawat tidak kunjung datang sampai ada pemberitahuan bahwa pesawat akan landing pada pukul 15.00 WIB. Saya tentu bergembira sebab sebelumnya sudah ada pesawat yang landing, Citylink dari Jakarta. Ternyata benar bahwa pesawat LIONS dari Surabaya juga landing tepat waktu sebagaimana yang disampaikan oleh petugas bandara.

Saya sempat khawatir sebab malam harinya ada janji mau mengisi ngaji Muludan di Majid Al Ihsan perumahan Lotus Regency. Jika saya tidak bisa pulang karena factor cuaca tentu panitia menjadi kalang kabut untuk mencari penggantinya. Akhirnya pesawat pun berangkat dan saya sampai rumah pada pukul 18.00 WIB. Plong rasanya. Kekhawatiran saya terbayar tidak terjadi dan saya bisa memberikan ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW pada Kamis ba’da Isya’. Kamis, 05/09/2023.

Sebagaimana tahun lalu, maka acara Mauludan ini juga dimeriahkan Rebana dan shalawatan yang dimainkan oleh Mahasiswa UIN Sunan Ampel, organisasi mahasiswa Nganjuk. Mereka melantunkan shalawat yang diiringi dengan tetabuhan ketimpung. Tembang shalawat ini dimainkan untuk menunggu para jamaah yang akan mengikuti acara Muludan. Sesungguhnya di dalam acara shalawatan itu yang ditunggu adalah  mahalul qiyam. Sebuah tradisi yang selalu dilakukan di kala membaca shalawat di dalam acara Muludan. Tradisi ini sudah dilakukan berdasarkan ijtihad para ulama di masa lalu yang diteruskan oleh umat Islam hingga kini. Di antara yang ditunggu adalah doa: “rabbighfirli dzunubi ya Allah, bilbarkati Muhammad ya Allah.  Yang artinya kurang lebih: “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku ya Allah, dengan berkahnya   Muhammad Ya Allah”.

Ada tiga hal yang saya sampaikan di dalam acara ini, yaitu: pertama, adakah kita perlu memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW? Jawabannya tentu saja penting. Memeringati kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah Sebagian dari tanda-tanda mencintai Junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Memperingati kelahiran Nabi Muhammad merupakan ekspresi rasa cinta kepadanya. Lalu, jika kita mencintainya, maka yang diharapkan adalah menjadi bagian dari hambanya. Makanya, ada instrument yang diberitahukan kepada umat Islam adalah dengan menyambung tali silaturrahim dengan Nabi Muhammad SAW melalui bacaan shalawat kepadanya. Allah dan malaikat saja melantunkan shalawat kepada Nabi Muhammad apalagi kita sebagai umatnya.

Bahkan setiap Hari Jum’at pada khatib selalu mengingatkan kita agar membaca shalawat sebagaimana firman Allah: innallaha wa malaikatahu yushalluna alan Nabiy, Ya ayyuhal ladzina amanu shallu alaihi wa sallimu taslima. Yang artinya: “sesungguhnya Allah dan para malaikat membacanakan shalawat kepada Nabi Muhammad, dan wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah dan keselamatan atasnya”.

Kedua, umat Islam harus meneladani para Nabiyullah. Di dalam Islam dijelaskan agar menusia menjadikan para rasul sebagai teladan. Di dalam firmannya dinyatakan: “laqad kana lakum fi rasulillahi uswatun hasanah”. Yang artinya: sesungguhnya pada diri utusan Allah adalah teladan yang baik”. Makanya, setiap Nabi adalah teladan. Saya ingin memberikan beberapa contoh, misalnya: Nabi Adam AS adalah teladan orang yang melakukan taubatan nasuha atau taubat yang sungguh-sungguh. Taubat Nabi Adam diterima Allah dan akhirnya dipertemukan sepasang suami istri tersebut di Jabal Rahmah, yang hingga sekarang masih dijadikan sebagai ziarah para jamaah haji. Di tempat ini pula Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertamanya dari Allah SWT. Nabi menerima wahyu di Gua Hira’ di Jabal Rahmah.

Lalu da Nabi Ibrahim AS, yang dikaruniai keberanian untuk melawan kedzaliman. Nabi Ibrahim adalah teladan dalam keberanian melawan kekuasaan tiranis yang membelenggu masyarakat. Nabi Ibrahim dikenal sebagai peletak dasar agama monotheisme atau agama yang mentauhidkan Allah SWT. Agama Hanif kemudian menurunkan agama-agama Semitis, Yahudi, Nasrani dan Islam.

Nabi Musa dikenal teladannya dalam membela kaum mustadz’afin. Bangs Israel yang mendiami wilayah Mesir ternyata diusir dari tempat tinggalnya. Di sinilah Nabi Musa melakukan Tindakan untuk membelanya dengan catatan harus meyeberangi lautan. Di sini Allah memerintahkan agar tongkat itu dipukulan ke lautan dan akhirnya terbenting jalan menuju wilayah tanah leluhur.

Kemudian Nabi Muhammad merupakan manusia yang sempurna, insan kamil. Manusia yang sangat sempurna. Nabi Muhammad SAW adalah teladan yang sempurna. Di dalam ceramah ini saya sampaikan tiga hal, yaitu: pertama, Nabi Muhammad adalah teladan dalam keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Nabi itu tidak hanya mengarahkan pada kehidupan ukhrawi saja tetapi juga kehidupan duniawi diperhatikan. Nabi sangat perduli dengan kehidupan duniawi tetapi juga menjalankan sepenuhnya kehidupan ukhrawi. Nabi pernah menegur sahabatnya yang membiarkan keluarganya dan hanya berkonsentrasi pada kehidupan akherat.

Kedua, Nabi itu tidak pernah mencela dan menghina orang lain. Nabi itu berdakwah dengan kesopanan yang sangat tinggi. Nabi Muhammad tidak hanya menganjurkan agar berkata dan bersikap sopan tetapi juga mengamalkannya. Nabi itu menjalankan dakwah dengan qaulan kariman, qaulan sadidan, qaulan layyinan, qaulan balighan, qaulan maysuran  dan sebagainya. Berkata dengan memuliakan orang, berkata yang jelas, berkata yang lemah lembut, berkata yang tegas dan berkata yang memudahkan orang lain. Itulah akhlak Nabi Muhammad di dalam menyampaikan ajaran Islam. Nabi tidak pernah mengkafirkan, membidh’ahkan, dan menjelek-jelekkan orang. Tidak seperti para da’i sekarang yang cenderung membuat hati orang lain terluka.

Ketiga, Nabi itu menganjurkan untuk melakukan kehidupan yang penuh dengan kerukunan dan keharmonisan. Nabi memang pernah berperang tetapi hal tersebut dilakukan karena terjadi pengingkaran perjanjian atau umat Islam diserang. Bahkan di dalam berperangpun, Nabi menganjurkan jangan membunuh orang yan tidak berdaya, orang tua, anak-anak dan juga merusak perkebunan dan binatang ternak.

Hal ini menggambarkan betapa Nabi Muhammad SAW adalah teladan sempurna. Teladan yang utama di dalam kehidupan. oleh karena itu jika memperingati hari kelahirannya tentu yang diharapkan adalah agar kita dapat mencontoh kehidupannya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

BEKERJA JUGA IBADAH

BEKERJA JUGA IBADAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Setelah saya memberikan ceramah, maka acara dilanjutkan dengan pembahasan secara interaktif. Bisa dalam bentuk tanya jawab dan bisa juga pembahasan. Pada ceramah agama ini, maka pembahasan disampaikan oleh Ustadz Sahid tentang bagaimana memaknai doa sebagai ekspressi ibadah.

Pengajian di Masjid Al Ihsan, pada hari Selasa, 26/09/2023, terasa lengkap  karena  dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat. Jangan tanya jumlahnya. Memang tidak banyak. Tapi yang jelas ada Pak Rusmin, pejabat di PTA Surabaya, Pak Abdullah, Pejabat di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Pak Budi pengusaha, Pak Hardi pengusaha, Pak Suryanto mantan pejabat di PT TNT (PT Newmont Nusa Tenggara-NTB), Pak Sahid Motivator andal dari Masjid Nasional Surabaya, dan biasanya juga Pak Mulyanta, mantan Direktur di PT Telkom, dan sejumlah lainnya. Tidak saya sebutkan memang.

Pak Sahid menyatakan bahwa apapun yang kita lakukan jika itu bernilai kebaikan maka bisa dinyatakan sebagai ibadah. Salah satu contohnya adalah bekerja. Orang yang bekerja itu untuk memenuhi kepentingan diri, kepentingan keluarga dan kepentingan masyarakat. Untuk kepentingan diri, misalnya kita ini membutuhkan sesuatu di dalam kehidupan, jika kita tidak bekerja lalu dari mana kita akan memenuhi kebutuhan tersebut. Butuh air minum saja tidak bisa dipenuhi jika kita tidak memiliki uang. Dan uang hanya didapat dari bekerja.

Kemudian juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Anak kita butuh sekolah, istri kita butuh uang untuk belanja, anak kita butuh membeli baju, alat-alat sekolah dan lainnya. Kita semua butuh sandang, papan dan pangan. Dan hal ini hanya bisa dicukupi dengan bekerja. Termasuk juga kebutuhan bermasyarakat. Kita butuh untuk membayar iuran RT, butuh membayar urunan parkir, kita butuh untuk membayar biaya keamanaan lingkungan dan biaya kebersihan kampung. Hal ini juga hanya bisa dipenuhi dengan bekerja.

Ada tiga konsep untuk menjadikan bekerja sebagai ibadah, yaitu: pertama, check in yaitu kita berdoa sewaktu akan berangkat bekerja atau mulai bekerja. Dengan kita berdoa maka apa yang kita lakukan tersebut akan menjadi ibadah kepada Allah SWT. Doa yang kita baca tersebut untuk memberikan nafas ibadah di dalam pekerjaan. Dengan membaca doa, maka pekerjaan kita akan menjadi bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat.

Kedua, check do, selama kita bekerja juga dapat menjadi sarana untuk berdoa kepada Allah. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh agar pekerjaan yang kita lakukan akan membawa kepada keselamatan, keberkahan dan kebaikan. Tidak ada yang lebih utama di dalam tindakan apapun yang melebihi atas tiga perkara dimaksud. Kita tidak hanya bekerja, akan tetapi juga sekaligus berdoa kepada Allah SWT akan hasil pekerjaan yang optimal dan sesuai dengan prinsip di dalam agama.

Ketiga, check out, setelah kita bekerja maka kita juga mengucapkan syukur dengan ucapan alhamdulillah. Kita bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang diberikan kepada kita. Nikmat kesehatan, nikmat memiliki pekerjaan, nikmat bisa menghasilkan uang dan nikmat bisa hidup cukup dan yang penting juga bisa beribadah. Di sinilah akan menghasilkan tawakkal atau pasrah kepada Allah SWT. Alangkah indahnya jika semua yang kita lakukan menghasilkan peribadahan kepada Allah SWT.

Saya kemudian menambahkan beberapa hal untuk memperkuat pesan Pak Sahid. Di antaranya adalah bekerja  akan menghasilkan yang bersifat fisik, misalnya gaji, tunjangan, jabatan dan sebagainya yang  hanya menjadi tujuan instrumental atau tujuan antara. Tetapi yang lebih penting adalah tujuan akhir yaitu tujuan untuk menghasilkan kebahagiaan fi dunya wal akhirah. Tujuan yang paling akhir lagi adalah keridlaan Allah SWT atas apa yang kita lakukan. Oleh karena itu orang bekerja harus mempunyai purpose atau tujuan. Jangan hanya tujuan keduniawian tetapi yang lebih utama adalah tujuan keukhrawian. Tujuan duniawi adalah untuk memenuhi kebutuhan duniawi seperti sandang, pangan dan papan, dan sebagainya, akan tetapi yang lebih utama adalah tujuan ukhrawi untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka, menjadikan pekerjaan sebagai ladang ibadah bukan hanya di dalam ucapan akan tetapi di dalam realitas kehidupan.

Lalu, orang bekerja juga harus memiliki hope atau harapan. Jangan hanya harapan gaji, tunjangan, kenaikan jabatan dan sebagainya, akan tetapi yang lebih penting adalah harapan akan memperoleh kebahagiaan fi dunya wal akhirah. Kita bekerja menghasilkan uang dan dengan uang tersebut diri dan keluarga menjadi senang. Kebutuhan keluarga bisa tercukupi dan jika hal tersebut dijadikan sebagai modal ibadah kepada Allah, maka pekerjaan kita akan bernilai ibadah. Jadi, harapan atas pekerjaan kita adalah untuk mendapatkan keridlaan Allah.

Yang terakhir, bahwa pekerjaan juga dapat digunakan sebagai medium silaturahim atau membangun friendship atau pertemanan. Bekerja tidak hanya bernilai fisik semata akan tetapi juga menjadi ajang bagi kita untuk membangun persaudaraan sesama umat. Jika seperti ini, maka benar apa yang disampaikan Pak Sahid, bahwa bekerja adalah ibadah karena di dalam bekerja ada doa,  ada juga silaturrahim dan akhirnya adalah keridlaan Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.

MAKNA BERDOA

MAKNA BERDOA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Pengajian di Masjid Al Ihsan, seperti biasa hari Selasa, 26/09/2023, terasa istimewa karena yang hadir adalah tokoh-tokoh masyarakat. Jangan tanya jumlahnya. Terbatas. Tapi yang jelas ada Pak Rusmin, pejabat di PTA Surabaya, Pak Abdullah, Pejabat di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Pak Budi pengusaha, Pak Hardi pengusaha, Pak Suryanto mantan pejabat di PT TNT (PT Newmont Nusa Tenggara-NTB), Pak Sahid Motivator andal dari Masjid Nasional Surabaya, dan biasanya juga Pak Mulyanta, mantan Direktur di PT Telkom, dan sejumlah lainnya. Tidak saya sebutkan memang.

Pada hari ini, saya yang memberikan ceramah agama. Beberapa selasa yang lalu, jamaah Masjid Al Ihsan membicarakan masalah politik kebangsaan terutama dalam menghadapi pilpres 2024. Seru juga membahas tema-tema begini. Pasti ada pro kontra tentang pendapat yang terjadi di media social. Tampaknya masyarakat mulai banyak yang membicarakan tentang politik. Termasuk juga relasi antara agama dan masyarakat. Tetapi sebagaimana yang saya jelaskan bahwa yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia adalah politik Islam dan bukan Islam politik. Islam politik itu ingin menjadikan Islam sebagai ideologi negara sedangkan politik Islam itu menjadikan Islam sebagai etika dan pedoman mendasar dalam berpolitik atau bernegara.

Tema yang saya bawakan pagi itu pesan agama beneran. Yaitu tentang Makna Berdoa. Di dalam ceramah ini saya sampaikan tiga hal yang terkait dengan makna berdoa ialah: 1) doa sebagai upaya untuk membangun relasi manusia dengan Tuhan atau silaturrahim dengan Tuhan atau hablum minallah. Doa itu adalah medium bagi manusia untuk berhubungan dengan Allah SWT. Manusia pastilah membutuhkan relasi dengan Tuhannya. Meskipun manusia itu tidak mempercayai keberadaan Tuhan, akan tetapi dia pasti percaya bahwa ada kegaiban di luar dirinya. Emile Durkheim, sosiolog Perancis menyatakan bahwa manusia itu memiliki kapasitas untuk berhubungan dengan Tuhan, melalui tiga aspek yaitu believe, ritual dan ekspressi. Manusia meyakini ada kekuatan gaib di luar dirinya yang dipercaya untuk menjadi subyek sesembahannya, kemudian diciptakan upacara ritual sebagai instrument untuk berhubungan dengan keyakinannya dimaksud dan kemudian diekspresikan dalam kehidupannya. Misalnya cara berpakaian, cara hidup dan cara berhubungan dengan Tuhan, manusia dan alam.

Jadi doa merupakan instrument yang diberikan pedomannya oleh Allah melalui Nabi-Nabinya. Di dalam semua agama terdapat doa-doa yang merupakan cara untuk mengekspresikan keinginannya. Saya kira tidak ada manusia yang sama sekali tidak pernah berdoa di dalam kehidupannya, seatheis macam apapun. Bisa jadi menganggap bahwa hal itu kebetulan atau karena sebab lainnya. Pada suatu saat hati nuraninya akan berkata bahwa dirinya itu tidak menjadi manusia karena factor alam semata. Apalagi umat Islam yang sudah meyakini akan keberadaan Tuhan dan keharusan kita untuk berdoa kepadanya, baik di waktu senang atau susah, di waktu senggang atau terbatas.

Kedua,  mengikuti sunnah Nabi-Nabi. Setiap Nabi ternyata memiliki doa kesayangannya. Setiap Nabi memiliki doa khusus yang dibacanya pada saat tertentu atau saat lainnya. Di dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Doa yang paling sering dibaca Rasulullah adalajh doa  sapu jagad, Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzaban nar”. Artinya sudah dipahami oleh para pembaca. Doa ini sudah dilakukan oleh sangat banyak dari masyarakat muslim. Bahkan di dalam setiap doa yang dibacakan oleh imam shalat atau dilakukan sendiri-sendiri, maka doa inilah yang dijadikan sebagai doa unggulan.

Nabi-nabi Allah itu merupakan orang yang ma’shum yang terjaga dari perbuatan tidak terpuji. Namun demikian, para Nabi itu ternyata memiliki doa-doa yang khusus. Misalnya doa Nabi Ibrahim di kala akan dibakar oleh Raja Namrudz, maka doa khusus ini dibaca. Doa yang penting itu adalah  hasbunallahu wa ni’mal wakil. Pada saat akan ada musibah besar, maka doa itulah yang dibaca oleh Nabi Ibrahim. Dan doa tersebut diterima oleh Allah, sehingga api yang sifat aslinya itu membakar, lalu menjadi tidak membakar. Nabi Ibrahim selamat karena do’anya kepada Allah. Lalu yang terakhir adalah doa Nabi Yunus. Pada waktu ditelan oleh ikan di lautan bebas, maka doanya adalah doa penyesalan: La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadl dhalimin. Artinya juga sudah dipahami. Bahwa Nabi Yunus mensucikan Allah dan mengaku dirinya berada di dalam kedhaliman. Doa inipun diterima Allah dan Nabi Yunus selamat sampai di pantai. Jadi, artinya bahwa Nabi-Nabi saja masih berdoa, apalagi kita sebagai manusia biasa  tentu harus berdoa.

Ketiga, doa adalah ekspresi keberagamaan. Manusia memiliki keinginan dan kemauan tentang apa yang menjadi tujuan hidupnya. Jika orang atheis tentu hanya berusaha saja, tetapi bagi orang yang beragama, apapun agamanya, maka akan melakukan doa kepada Tuhan. Doa untuk diri, keluarga dan bahkan masyarakatnya. Makanya, ada trilogy yang harus dilakukan yaitu berusaha, berdoa dan bertawakkal kepada Allah. Islam mengajarkan tentang trilogy tersebut. Orang harus berusaha dan kemudian berdoa dan hasilnya bertawakkal kepada Allah. Jika orang atheis itu semuanya serba alam, maka orang beragama itu serba Tuhan. Di dalam Islam ada takdir yang menjadi hak prerogative Allah, tetapi manusia harus berusaha untuk menggapai takdir Tuhan tersebut. Jadi jangan sampai belum melakukan apa-apa sudah menyatakan kepastian Tuhan. Manusia harus menjemput takdir dengan usaha.

Wallahu a’lam bi al shawab.