• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MAKNA BERDOA

MAKNA BERDOA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Pengajian di Masjid Al Ihsan, seperti biasa hari Selasa, 26/09/2023, terasa istimewa karena yang hadir adalah tokoh-tokoh masyarakat. Jangan tanya jumlahnya. Terbatas. Tapi yang jelas ada Pak Rusmin, pejabat di PTA Surabaya, Pak Abdullah, Pejabat di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Pak Budi pengusaha, Pak Hardi pengusaha, Pak Suryanto mantan pejabat di PT TNT (PT Newmont Nusa Tenggara-NTB), Pak Sahid Motivator andal dari Masjid Nasional Surabaya, dan biasanya juga Pak Mulyanta, mantan Direktur di PT Telkom, dan sejumlah lainnya. Tidak saya sebutkan memang.

Pada hari ini, saya yang memberikan ceramah agama. Beberapa selasa yang lalu, jamaah Masjid Al Ihsan membicarakan masalah politik kebangsaan terutama dalam menghadapi pilpres 2024. Seru juga membahas tema-tema begini. Pasti ada pro kontra tentang pendapat yang terjadi di media social. Tampaknya masyarakat mulai banyak yang membicarakan tentang politik. Termasuk juga relasi antara agama dan masyarakat. Tetapi sebagaimana yang saya jelaskan bahwa yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia adalah politik Islam dan bukan Islam politik. Islam politik itu ingin menjadikan Islam sebagai ideologi negara sedangkan politik Islam itu menjadikan Islam sebagai etika dan pedoman mendasar dalam berpolitik atau bernegara.

Tema yang saya bawakan pagi itu pesan agama beneran. Yaitu tentang Makna Berdoa. Di dalam ceramah ini saya sampaikan tiga hal yang terkait dengan makna berdoa ialah: 1) doa sebagai upaya untuk membangun relasi manusia dengan Tuhan atau silaturrahim dengan Tuhan atau hablum minallah. Doa itu adalah medium bagi manusia untuk berhubungan dengan Allah SWT. Manusia pastilah membutuhkan relasi dengan Tuhannya. Meskipun manusia itu tidak mempercayai keberadaan Tuhan, akan tetapi dia pasti percaya bahwa ada kegaiban di luar dirinya. Emile Durkheim, sosiolog Perancis menyatakan bahwa manusia itu memiliki kapasitas untuk berhubungan dengan Tuhan, melalui tiga aspek yaitu believe, ritual dan ekspressi. Manusia meyakini ada kekuatan gaib di luar dirinya yang dipercaya untuk menjadi subyek sesembahannya, kemudian diciptakan upacara ritual sebagai instrument untuk berhubungan dengan keyakinannya dimaksud dan kemudian diekspresikan dalam kehidupannya. Misalnya cara berpakaian, cara hidup dan cara berhubungan dengan Tuhan, manusia dan alam.

Jadi doa merupakan instrument yang diberikan pedomannya oleh Allah melalui Nabi-Nabinya. Di dalam semua agama terdapat doa-doa yang merupakan cara untuk mengekspresikan keinginannya. Saya kira tidak ada manusia yang sama sekali tidak pernah berdoa di dalam kehidupannya, seatheis macam apapun. Bisa jadi menganggap bahwa hal itu kebetulan atau karena sebab lainnya. Pada suatu saat hati nuraninya akan berkata bahwa dirinya itu tidak menjadi manusia karena factor alam semata. Apalagi umat Islam yang sudah meyakini akan keberadaan Tuhan dan keharusan kita untuk berdoa kepadanya, baik di waktu senang atau susah, di waktu senggang atau terbatas.

Kedua,  mengikuti sunnah Nabi-Nabi. Setiap Nabi ternyata memiliki doa kesayangannya. Setiap Nabi memiliki doa khusus yang dibacanya pada saat tertentu atau saat lainnya. Di dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Doa yang paling sering dibaca Rasulullah adalajh doa  sapu jagad, Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzaban nar”. Artinya sudah dipahami oleh para pembaca. Doa ini sudah dilakukan oleh sangat banyak dari masyarakat muslim. Bahkan di dalam setiap doa yang dibacakan oleh imam shalat atau dilakukan sendiri-sendiri, maka doa inilah yang dijadikan sebagai doa unggulan.

Nabi-nabi Allah itu merupakan orang yang ma’shum yang terjaga dari perbuatan tidak terpuji. Namun demikian, para Nabi itu ternyata memiliki doa-doa yang khusus. Misalnya doa Nabi Ibrahim di kala akan dibakar oleh Raja Namrudz, maka doa khusus ini dibaca. Doa yang penting itu adalah  hasbunallahu wa ni’mal wakil. Pada saat akan ada musibah besar, maka doa itulah yang dibaca oleh Nabi Ibrahim. Dan doa tersebut diterima oleh Allah, sehingga api yang sifat aslinya itu membakar, lalu menjadi tidak membakar. Nabi Ibrahim selamat karena do’anya kepada Allah. Lalu yang terakhir adalah doa Nabi Yunus. Pada waktu ditelan oleh ikan di lautan bebas, maka doanya adalah doa penyesalan: La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadl dhalimin. Artinya juga sudah dipahami. Bahwa Nabi Yunus mensucikan Allah dan mengaku dirinya berada di dalam kedhaliman. Doa inipun diterima Allah dan Nabi Yunus selamat sampai di pantai. Jadi, artinya bahwa Nabi-Nabi saja masih berdoa, apalagi kita sebagai manusia biasa  tentu harus berdoa.

Ketiga, doa adalah ekspresi keberagamaan. Manusia memiliki keinginan dan kemauan tentang apa yang menjadi tujuan hidupnya. Jika orang atheis tentu hanya berusaha saja, tetapi bagi orang yang beragama, apapun agamanya, maka akan melakukan doa kepada Tuhan. Doa untuk diri, keluarga dan bahkan masyarakatnya. Makanya, ada trilogy yang harus dilakukan yaitu berusaha, berdoa dan bertawakkal kepada Allah. Islam mengajarkan tentang trilogy tersebut. Orang harus berusaha dan kemudian berdoa dan hasilnya bertawakkal kepada Allah. Jika orang atheis itu semuanya serba alam, maka orang beragama itu serba Tuhan. Di dalam Islam ada takdir yang menjadi hak prerogative Allah, tetapi manusia harus berusaha untuk menggapai takdir Tuhan tersebut. Jadi jangan sampai belum melakukan apa-apa sudah menyatakan kepastian Tuhan. Manusia harus menjemput takdir dengan usaha.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..