• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

POLITISASI KAMPUS DAN KEPEMIMPINAN

Isu yang menarik untuk dicermati meskipun agak terlambat adalah tentang penganugerahan Doctor Honoris Causa (Dr. HC.) kepada Raja Saudi Arabia oleh Universitas Indonesia. Isu ini menjadi menarik terkait dengan berbagai problem yang membelit hubungan antara Indonesia dengan Arab Saudi yang dikaitkan dengan perlakuan para majikan Arab Saudi kepada para TKW.  Persoalan TKW (more..)

KEKHUSUSAN MEMIMPIN PERGURUAN TINGGI

Memimpin perguruan tinggi itu tentu berbeda dengan memimpin lembaga lain, misalnya lembaga birokrasi yang sudah memiliki aturan umum. Di dalam hal ini, maka memimpin perguruan tinggi mensyaratkan beberapa hal yang spesifik. Kekhususan lembaga pendidikan tinggi tentunya adalah lembaga ini merupakan lembaga akademik yang tidak sama dengan birokrasi yang merupakan lembaga teknis.
Salah satu ciri lembaga pendidikan tinggi adalah adanya kultur akademik yang tidak dimiliki oleh lembaga lainnya. Sebagai lembaga akademik, maka di dalamnya tentu saja sarat dengan tradisi akademik yang menonjol. Di dalam hal ini, maka tentu saja dunia akademik merupakan kelaziman yang tidak bisa ditawar.
Lembaga pendidikan tinggi tentu saja memiliki basis ilmu yang sangat kuat di dalamnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa lembaga pendidikan tinggi mestilah memiliki pusat keunggulan yang menjadi kelazimannya. Ada lima pusat keunggulan yang harus disandang oleh perguruan tinggi, yaitu keunggulan program pasca sarjana, keunggulan riset, keunggulan pengabdian masyarakat, keunggulan perpustakaan dan keunggulan ICT.
Di dalam pertemuan yang diselenggarakan di program pasca sarjana, untuk orientasi studi mahasiswa baru, 10/09/2011, saya nyatakan bahwa program pasca sarjana adalah pusat keunggulan sebuah perguruan tinggi. PPs adalah mercu suarnya sebuah lembaga PT. Jadi kalau PPS-nya hebat maka PT tersebut juga akan memperoleh pengakuan yang memadai. PPs bisa menjadi pusat keunggulan sebab di dalamnya banyak profesor yang menjadi transformer ilmu pengetahuan. Untuk menjadi guru besar, maka seseorang harus mengajar dan meneliti dalam rentang waktu yang sangat panjang. Sekurang-kurangnya 20 tahun untuk bisa memperoleh gelar tertinggi di dunia akademik tersebut.
Kemudian juga keunggulan ICT. Tidak bisa dipungkiri bahwa dewasa ini kita sedang hidup di era global, sehingga keberadaan ICT tentu tidak bisa ditolak. PT yang baik adalah yang memiliki ICT yang baik pula. Makanya mendorong agar website PT terus berkembang adalah kewajiban setiap pimpinan perguruan tinggi. Jika di era sekarang kemudian tidak terdapat pusat keunggulan ICT, maka PT tersebut adalah tertinggal dalam banyak hal.
Untuk kepentingan ini, maka seluruh komponen PT harus terlibat di dalamnya. misalnya, semua karya dosen dan mahasiswa harus bisa di-up load melalui website PT, sehingga repository Website PT tersebut akan sangat kaya. Dan jika kemudian repository tersebut diakses oleh akademisi dan dijadikam sebagai referensi, maka link PT tersebut melalui jaringan internet akan menjadi kaya dan akan berakibat pada rangking Website PT tersebut. IAIN Sunan Ampel adalah lembaga PT pertama di kementerian agama yang memperoleh rangking webometrics sebagai WCU.
Memimpin PT tentu harus memahami bagaimana mengembangkan dunia akademik tersebut. Makanya pemimpin PT juga harus menjadi teladan bagi yang lain untuk urusan akademik tersebut. Yang bersangkutan harus memberi teladan dalam karya ilmiah. Mengapa begitu? Sebab pemimpin adalah pendorong bagi semua komponen pada lembaganya itu untuk memiliki etos akademis yang sangat kuat. Makanya, yang bersangkutan harus terus menghasilkan karya akademis agar bisa menjadi contoh bagi lainnya.
Melalui logika semacam ini maka ingin saya nyatakan bahwa menjadi pemimpin PT haruslah orang yang memiliki kualitas akademis yang memadai. Jika tidak, maka yang bersangkutan akan kurang berwibawa di mata kaum akademisi. Itulah sebabnya menjadi pemimpin PT harus memiliki konsern yang tinggi di bidang akademik, sehingga ketika akan mendorong ke arah pengembangan akademik, maka tidak akan mengalami kecanggungan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

MEMIMPIN LEMBAGA PENDIDIKAN

Di dalam perjalanan ke Surabaya dari Jakarta, saya menggunakan jasa Maskapai Garuda. Dan sebagaimana biasanya, maka saya sempatkan untuk membaca apa saja, bisa koran atau majalah. Ketepatan bahwa ada majalah Garuda edisi 01 September 2011. Saya buka halaman demi halaman sampai akhirnya saya baca tulisan Mario Teguh yang berjudul Ketahanan Kepemimpinan. Ada satu paragraf yang ingin saya garis bawahi, yaitu “keberhasilan tanpa perencanaan adalah kebetulan”.
Ungkapan ini menarik untuk dicermati mengingat bahwa mungkin di antara kita adalah bagian dari seorang pemimpin yang bekerja dan berhasil akan tetapi sesungguhnya bukan berasal dari perencanaan yang sangat baik. Di dunia ini saya kira banyak pemimpin yang berhasil berbasis pada kebetulan tersebut. Sehingga keberhasilannya itu tidak bisa diukur dengan menggunakan manajemen modern, sebab manajemen modern selalu berbasis pada penxgukurana kinerja yang dipandu oleh perencanaan.
Dewasa ini dikenal konsep manajemen berbasis pada perencanaan yang kuat dan dilaksanakan dengan pengukuran kinerja yang akurat. Kegagalan dan keberhasilan dapat dinyatakan atas dasar pencapaian tujuan dan sasaran yang jelas. Melalui manajemen dengan tipe ini, maka akan diketahui secara mendasar faktor-faktor penghambat dan pendukung yang jelas.
Seorang pemimpin tentu saja dipandu oleh visi dan misi yang akan dicapai di dalam kepemimpinannya. Tanpa visi dan misi yang jelas, maka akan dipastikan adanya kesulitan untuk menggambarkannya di dalam program kerja yang aplikabel. Oleh karena itu kejelasan di dalam merumuskan visi dan misi kelembagaan yang dipimpinnya akan memandu baginya untuk merumuskan program yang jelas tersebut.
IAIN Sunan Ampel, misalnya memiliki visi untuk menjadi PT yang unggul dalam program pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat berbasis pada pwngembangan ilmu keislalam multidisipliner. Melalui isi ini, maka harus ada keunggulan yang bisa diandalkan. Makanya, PT ini harus ungguk di dalam kualitas infrastruktur pendidikannya. Unggul di dalam proses pembelajarannya, unggul di dalam penelitian dan pengabdian masyarakatnya.
Keunggulan di dalam infrastruktur kemudian dirumuskan di dalam program pengembangan PT melalui skema dana dari Islamic Development Bank, yang pada tahun 2012 akan running. Melalui program pengembangan fisik dan infrastruktur ini, maka akan terdapat kenggulan yang khusus, yaitu bangunan twin tower yang akan menjadi ciri khas PT ini.
Model pengembangan fisik ini kemudian juga diikuti dengan pengembangan keilmuan yang berbasis Integrated Twin Towers, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan yang mengandaikan bahwa antara ilmu umum dan ilmu agama adalah dua entitas yang bisa saling menyapa dan bahkan terintegrasi. Melalui bagan pengembangan keilmuan dengan corak seperti ini, maka semua proses pendidikan, riset dan pengabdian masyarakat juga akan mengarah ke sana.
Kemudian di dalam pengembangan kelembagaan, maka juga tidak bisa dipungkiri akan pentingnya pengembangan sayap program studi yang memiliki relevansi dengan kebutuhan masyarakat. Makanya harus dilakukan pilihan, yaitu menjadi universitas sebagai bagian penting di dalam pengembangan PT. Oleh karena itu, pilihan untuk mengembangkan fisik kelembagaan dan pengembangan akademik melalui integrated twin towers adalah program yang dirancang dengan sangat mendasar. Jadi, saya kira jika IAIN Sunan Ampel memperoleh perubahan seperti ini, maka hal ini dirancang dengan sangat mendasar dan juga dengan kepedulian atau pemihakan pimpinan yang sangat kuat.
Saya merasa memperoleh kehormatan ketika harus memimpin lembaga pendidikan ini. Banyak program yang eksis yang perencanaannya dimulai ketika saya menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Administrasi umum. Program IAIN SA Web, adalah program yang sudah dipersiapkan semenjak lama. Jadi ketika sekarang memperoleh pengakuan di tingkat internasional, maka hal itu dibangun melalui perencanaan yang sangat baik. Website IAIN SA sudah mengantarkan PT ini untuk masuk ke dalam World Class University.
Jadi saya kira hampir seluruh program dirancang dengan sangat jelas, sehingga jika program ini kelak berhasil, maka hal itu memang dirancang dengan perencanaan yang sangat matang.
Wallahu a’lam bi al shawab.

KEWIRAUSAHAAN PERGURUAN TINGGI

Kesadaran tentang pentingnya pengembangan kewirausahaan di kalangan perguruan tinggi sudah mulai nampak akhir-akhir ini. Banyak perguruan tinggi yang mengadopsi program kewirausahaan di era sekarang. Hal ini tentu saja terkait dengan adanya kesadaran baru tentang bagaimana mengembangkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari orang yang paling sadar tentang pengembangan SDM. Makanya, ketika dewasa ini banyak pimpinan PT yang sadar tentang hal ini tentu merupakan bagian dari kesadaran baru pengelola pendidikan tinggi.
Di dalam kerangka pengembangan program kewirausahaan tersebut, maka peran swasta dan perusahaan negara juga sangat penting. Bank Mandiri, misalnya memiliki program kewirausahaan dengan perguruan tinggi negeri (PTN) se Indonesia dan bahkan sudah menghasilkan buku ajar kewirausahaan bagi mahasiswa. Selain itu juga memberikan voucher bagi mahasiswa yang memiliki proposal yang sangat layak untuk didanai. Meskipun belum bisa menjangkau banyak perguruan tinggi, akan tetapi program seperti ini tentu sangat prospektif.
Kemudian Bank BTN juga memiliki program pengembangan kewirausahaan yang di dalamnya juga terdapat program pelatihan dalam kerangka menumbuhkan etos kewirausahaan di kalangan perguruan tinggi. Perusahaan Rokok Djarum juga memiliki program yang sama. Sudah sekian banyak pelatihan yang digunakan untuk membekali para mahasiswa dalam paket kewirausahaan. Para mahasiswa yang dilatih diharapkan dapat memiliki mental kewirausahaan sebagai bagian dari proses pendewasaan diri.
Program ini dirancang untuk memberikan inspirasi kepada mahasiswa bahwa ada dunia menjanjikan untuk menjemput kehidupan, yaitu dunia wirausaha. Dibandingkan dengan Singapura, maka jumlah wirausahawan di Indonesia tentu masih sedikit. Di Indonesia sekurang-kurangnya harus terdapat lima juta wirausahawan. Sementara ini jumlah wirausahaan di Indonesia belum mencapai satu juta.
Agar kewirausahaan dapat menjadi kultur di kalangan perguruan tinggi, maka diperlukan beberapa kebijakan yang memihak kepada dunia wirausaha. Pertama, menjadikan kewirausahaan sebagai bagian dari integrated curriculum, yaitu dengan menjadikan kewirausahaan sebagai mata kuliah yang terintegrasi dengan mata kuliah lain yang memiliki kedekatan secara substansial.
Kedua, Pimpinan PT harus memiliki kemampuan untuk mengarahkan agar para dosen yang mengampu mata kuliah tersebut memiliki kemampuan ini. Makanya haruslah dibuatkan agen yang bisa menghandle keinginan tersebut. Berdasarkan informasi dari Dr. L. Setyobudi, bahwa di UB sekarang sudah terdapat sebanyak 40 orang dosen yang memiliki kompetensi sebagai penggerak kultur kewirausahaan.
Ketiga, kerjasama dengan lembaga lain atau perusahaan yang memiliki konsern terhadap pengembangan kewirausahaan di kalangan perguruan tinggi. Di dalam hal ini maka PT dapat memanfaatkan CSR perusahaan untuk mendorong tentang pembudayaan kewirausahaan tersebut. Hingga sekarang belum banyak PT yang memanfaatkan program ini. Melalui format kerjasama ini, maka akan terdapat keuntungan timbal balik, yaitu PT dapat mengembangkan kultur kewirausahaan di PT-nya, sementara itu, perusahaan akan dapat memperoleh tenaga fresh yang memiliki pengalaman.
Keempat, kebijakan yang mendukung terhadap usaha pengembangan kewirausahaan tentu sangat diperlukan. Di dalam hal ini maka kebijakan pimpinan yang mendukung terhadap keberadaan program kewirausahaan tentu sangat penting. Hanya dengan kebijakan yang mendukung tehadap pengembangan kultur kewirausahaan saja maka program ini akan berhasil.
Wallahu a’lam bi al shawab.

MENGEMBANGKAN MENTAL KEWIRAUSAHAAN

Di dalam pertemuan untuk membentuk konsorsium yang terdiri dari akademisi dan praktisi untuk pengembangan wilayah di Kabupaten Tuban, maka saya bertemu dengan Ir. Lilik Setyobudi, PhD., direktur Pengembangan Entrepreneurship University of Brawijaya Malang. Beliau ternyata adalah orang yang selama ini berkecimpung di dalam mengembangkan kampus kewirausahaan di universitas dimaksud.
Pertemuan di Kolam Pancing Sugihwaras Tuban ini ternyata menjadi moment yang sangat penting, mengingat bahwa selama ini saya selaku pimpinan perguruan tinggi memang sedang berpikir tentang pengembangan kewirausahaan di IAIN Sunan Ampel. Makanya, saya menjadi sangat bergembira bertemu dengannya, sebab melalui pertemuan tersebut tentu saja saya memperoleh inspirasi tentang pengembangan lembaga pendidikan di mana saya diamanahi menjadi pimpinannya.
Entrepeneurship bukan ilmu dagang atau ilmu bisnis. Akan tetapi kewirausahaan terkait dengan mental atau mindset untuk berusaha dan bekerja keras. Jadi yang sungguh ingin dikembangkan adalah tumbuhnya mental kewirausahaan. Melalui tumbuhnya mental kewirausahaan, maka akan didapatkan kemauan mahasiswa untuk mengembangkan usaha di masa depan. Jadi, mereka tidak hanya akan bergantung kepada pekerjaan yang disediakan oleh pihak penyedia jasa, misalnya pemerintah.
Banyaknya pengangguran terdidik, seperti para sarjana tentu saja menjadi problem tersendiri bagi masyarakat, pemerintah dan yang bersangkutan. Pengangguran terdidik inilah yang kelak akan menjadi masalah yang sangat serius. Sebagaimana pernah saya tulis, bahwa banyaknya pengangguran terdidik di antaranya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara lulusan perguruan tinggi dan banyaknya peluang kerja yang disediakan oleh penyedia tenaga kerja.
Di antara pemicu banyaknya pengangguran terdidik adalah disebabkan oleh banyaknya program studi yang tidak siap untuk memasuki lapangan kerja. Di antara prodi tersebut, khususnya adalah prodi ilmu sosial dengan berbagai variannya. Di negara maju, yang dikembangkan adalah prodi eksakta, sebab prodi inilah yang paling banyak menyumbang tenaga kerja.
Melalui program kewirausahaan di perguruan tinggi, maka beban prodi ilmu sosial akan dapat diarahkan untuk pengembangan kewirausahaan tersebut. Sesungguhnya yang dibidik melalui program kewirausahaan ini adalah untuk membangun kesadaran para mahasiswa bahwa ada wilayah enterprenership yang dapat dimasuki oleh mereka ini. Dengan program ini, maka mahasiswa disentuh dengan cara tertentu agar mereka menjadi peka terhadap kenyataan dunia usaha yang bervariasi.
Dengan demikian, arah progran kewirausahaan bukanlah memberi bekal kepada mahasiswa agar menjadi pedagang, akan tetapi membekali mereka dengan kemampuan mendetekai potensi usaha yang disebabkan mereka telah memiliki mindset kewirausahaan.
Di dalam hal ini, maka yang dibutuhkan adalah pemihakan pimpinan perguruan tinggi agar mendukung terhadap program kewirausahaan dan kemudian dilanjutkan dengan membentuk agen-agen khususnya para dosen agar mereka juga care terhadap program kewirausahaan. Selain itu juga dukungan dana untuk pengembangannya.
Melalui cara seperti ini, maka ke depan akan dapat dihasilkan kultur kewirausahaan yang memadai di kalangan mahasiswa dan dosen. Jadi, tujuan mengembangkan kampus kewirausahaan akan tercapai jika kultur kewirausahaan telah menjadi keniscayaan.
Wallahu a’lam bi al shawab.