KEWIRAUSAHAAN PERGURUAN TINGGI
Kesadaran tentang pentingnya pengembangan kewirausahaan di kalangan perguruan tinggi sudah mulai nampak akhir-akhir ini. Banyak perguruan tinggi yang mengadopsi program kewirausahaan di era sekarang. Hal ini tentu saja terkait dengan adanya kesadaran baru tentang bagaimana mengembangkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari orang yang paling sadar tentang pengembangan SDM. Makanya, ketika dewasa ini banyak pimpinan PT yang sadar tentang hal ini tentu merupakan bagian dari kesadaran baru pengelola pendidikan tinggi.
Di dalam kerangka pengembangan program kewirausahaan tersebut, maka peran swasta dan perusahaan negara juga sangat penting. Bank Mandiri, misalnya memiliki program kewirausahaan dengan perguruan tinggi negeri (PTN) se Indonesia dan bahkan sudah menghasilkan buku ajar kewirausahaan bagi mahasiswa. Selain itu juga memberikan voucher bagi mahasiswa yang memiliki proposal yang sangat layak untuk didanai. Meskipun belum bisa menjangkau banyak perguruan tinggi, akan tetapi program seperti ini tentu sangat prospektif.
Kemudian Bank BTN juga memiliki program pengembangan kewirausahaan yang di dalamnya juga terdapat program pelatihan dalam kerangka menumbuhkan etos kewirausahaan di kalangan perguruan tinggi. Perusahaan Rokok Djarum juga memiliki program yang sama. Sudah sekian banyak pelatihan yang digunakan untuk membekali para mahasiswa dalam paket kewirausahaan. Para mahasiswa yang dilatih diharapkan dapat memiliki mental kewirausahaan sebagai bagian dari proses pendewasaan diri.
Program ini dirancang untuk memberikan inspirasi kepada mahasiswa bahwa ada dunia menjanjikan untuk menjemput kehidupan, yaitu dunia wirausaha. Dibandingkan dengan Singapura, maka jumlah wirausahawan di Indonesia tentu masih sedikit. Di Indonesia sekurang-kurangnya harus terdapat lima juta wirausahawan. Sementara ini jumlah wirausahaan di Indonesia belum mencapai satu juta.
Agar kewirausahaan dapat menjadi kultur di kalangan perguruan tinggi, maka diperlukan beberapa kebijakan yang memihak kepada dunia wirausaha. Pertama, menjadikan kewirausahaan sebagai bagian dari integrated curriculum, yaitu dengan menjadikan kewirausahaan sebagai mata kuliah yang terintegrasi dengan mata kuliah lain yang memiliki kedekatan secara substansial.
Kedua, Pimpinan PT harus memiliki kemampuan untuk mengarahkan agar para dosen yang mengampu mata kuliah tersebut memiliki kemampuan ini. Makanya haruslah dibuatkan agen yang bisa menghandle keinginan tersebut. Berdasarkan informasi dari Dr. L. Setyobudi, bahwa di UB sekarang sudah terdapat sebanyak 40 orang dosen yang memiliki kompetensi sebagai penggerak kultur kewirausahaan.
Ketiga, kerjasama dengan lembaga lain atau perusahaan yang memiliki konsern terhadap pengembangan kewirausahaan di kalangan perguruan tinggi. Di dalam hal ini maka PT dapat memanfaatkan CSR perusahaan untuk mendorong tentang pembudayaan kewirausahaan tersebut. Hingga sekarang belum banyak PT yang memanfaatkan program ini. Melalui format kerjasama ini, maka akan terdapat keuntungan timbal balik, yaitu PT dapat mengembangkan kultur kewirausahaan di PT-nya, sementara itu, perusahaan akan dapat memperoleh tenaga fresh yang memiliki pengalaman.
Keempat, kebijakan yang mendukung terhadap usaha pengembangan kewirausahaan tentu sangat diperlukan. Di dalam hal ini maka kebijakan pimpinan yang mendukung terhadap keberadaan program kewirausahaan tentu sangat penting. Hanya dengan kebijakan yang mendukung tehadap pengembangan kultur kewirausahaan saja maka program ini akan berhasil.
Wallahu a’lam bi al shawab.