TWENTEE UNIVERSITY
Pagi jam 6.00 saya beserta rombongan berangkat ke Enscede di ujung perbatasan antara Belanda dan Jerman. Jaraknya kira-kira 300 km, yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat kira-kira 3 jam. Saya bersyukur sebab didampingi oleh staf KBRI yang dengan sigapnya untuk mengantarkan kami ke universitas Twentee di Enscede. Disebabkan oleh jalanan yang luas dan bebas hambatan, maka perjalanan ke Enscede juga sangat lancar. Maklumlah di negeri Belanda tidak kita jumpai kemacetan sebagaimana di negara Indonesia.
Dengan mobil kedutaan yang dikemudikan oleh Pak Hari, maka kami dengan sangat nyaman untuk pergi ke Enscede. Tepat jam 9.00 kami sampai di Enscede. Kami berhenti di pasar di depan Mall V and D di Enscede. Maka kami ke pasar yang berjualan banyak bahan makanan, sayuran dan pakaian yang beraneka ragam. Karena belum makan pagi, maka tentu yang penting adalah mengisi perut dulu. Kami lalu datang ke penjual makanan–kalau di Indonesia disebut warung tenda– yang menyediakan makanan khas Belanda atau makanan khas Eropa lainnya. Pilihan bagi kami hanyalah ikan goreng, udang dan kentang goreng. Ternyata memang perut ini tidak sembarang bisa menerima makanan yang baru.
Kami kemudian ke Universitas Twentee. Dengan dipandu oleh Pak Agung yang menjadi ketua perkumpulan mahasiswa Indonesia di Belanda, maka kami menuju ke Universitas Twentee. Ternyata memang tidak mudah menemukan universitas ini. Bangunan Universitas Twentee memang moderen meskipun juga terdapat bangunan kuno yang bernilai historis. Sebagaimana perguruan tinggi di negeri Eropa, maka perguruan tinggi ini juga menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang ekselen. Hal itu ditandai dengan perpustakaan dan dosennya yang luar biasa. Selain itu juga terdapat kelengkapan seperti Cafe, warnet, dan mini market yang menyediakan berbagai kepentingan mahasiswa.
Jumlah mahasiswa indonesia di Univefsitas Twentee tergolong yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah mahasiswa Indonesia di perguruan tinggi lainnya. Mereka memiliki foru m untuk pertemuan rutin sebagai manifestasi dari ras persaudaraan dan kebangsaan. Forum tersebut diisi dengan berbagai macam kegiatan, termasuk kegiatan keagamaan. Saya pun diberi kesempatan untuk memberikan pencerahan untuk mahasiswa indonesia di negeri Belanda tersebut.
Sebagaimana tujuan semula, bahwa program kunjungan kerja ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan Islam di Indonesia, terutama madrasah. Untuk kerjasama dengan Uni erosi tas Twentee, maka yang akan dilakukan adalah melakukan penelitian aksi untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran berbasis teknologi informasi.
Penguasaan teknologi informasi memang bukanlah sesuatu yang asing bagi proses pembelajaran dewasa ini. Sudah banyak lembaga pendidikan yang menyelenggarakannya, terutama lembaga pendidikan di kota-kota besar. Disebabkan oleh banyaknya lembaga pendidikan islam yang berada di wilayah pedesaan, maka pantaslah jika lembaga pendidikan Islam memperoleh sentuhan program penguatan pembelajaran berbasis ICT.
Saya sampaikan di dalam forum itu bahwa Kementerian agama memiliki 67.000 madrasah yang tersebar di seluruh Indonesia. Madrasah ini memiliki variasi kualitas yang berbeda. Ada yang sangat maju dan ada yang sangat rendah kualitasnya. Disebabkan oleh kualitas madrasah yang seperti ini, maka program pemberdayaan madrasah harus terus dilakukan. Di antara yang sudah dilakukan adalah dengan mengembangkan akreditasi bagi madrasah. Madrasah yang sudah terakreditasi tentunya adalah madrasah yang sudah berkualitas. Bagi saya bahwa ukuran sebuah madrasah itu berkualitas atau tidak adalah dari terakreditasi atau tidaknya madrasah tersebut.
Akreditasi adalah ukuran sebuah lembaga dianggap berkualitas dalam standard ukuran nasional. Akreditasi adalah rekor isi nasional tentang kualitas sebuah lembaga pendidikan. Jadi jika banyak lembaga pendidikan yang terakreditasi, maka tentu banyak lembaga pendidikan tersebut yang berkualitas. Saya patut berbangga sebab akhir-akhir ini semakin banyak madrasah yang terakreditasi, kira-kira 68 persen yang sudah terakreditasi. Untuk kepentingan ini, maka kementerian agama telah memiliki program untuk pendampingan akreditasi madrasah. Saya berharap bahwa tahun 2013 semua madrasah di kementrian agama sudah terakreditasi.
Saya sesungguhnya mensuport terhadap program pengembangan pembelajaran berbasis ICT. Hal ini tentunya terkait dengan keinginan untuk kenaikan ranking kualitas lembaga
Pendidikan Islam setahap lebih maju. Dengan program pembelajaran berbasis ICT, maka berarti bahwa madrasah telah memasuki dunia global yang memang harus dijalani. Dan dengan keterjangkauan madrasah melalui program ini juga akan berarti madrasah telah berada di dalam proses menuju kemajuan. Melalui program ini sekurang-kurangnya ada sebanyak 330 madrasah yang akan dicover. Madrasah ini tersebar di seluruh Indonesia. Memang jumlah yang belum memadai dibandingkan dengan jumlah masalah di seluruh Indonesia.
Di dalam kerangka menghadapi perkembangan dunia global, maka dunia pendidikan juga dituntut untuk mengembangkan program pembelajaran yang relevan dengan kepentingan tersebut. Para guru harus menguasai teknologi informasi. Di zaman ini tidak boleh lagi ada guru yang tidak menguasai teknologi informasi. Guru tidak boleh lagi gagap teknologi.
Untuk kepentingan ini, maka para guru harus dilatih secara intensif agar menguasai teknologi informasi sehingga akan dapat mengimplementasikan program pembelajaran berbasis teknologi.
Melalui program pemberdayaan pembelajaran berbasis ICT tentu ke depan diharapkan agar lahir anak-anak Indonesia yang memiliki kemampuan akademik yang baik sehingga kesempatan untuk menyongsong Indonesia emas tahun 2045 akan dapat digapai dengan sempurna.
Wallahu a’lam BI alshawab.
KE KEDUTAAN BESAR RI DI BELANDAh
Sebagai bagian dari kunjungan kerja ke Belanda, maka kami tentu harus meluangkan waktu untuk kunjungan ke kedutaan besar RI di Belanda. Kunjungan ini memang merupakan bagian dari rangkaian Rihlah akademis ke negeri Belanda. kunjungan ke negeri Belanda memang didesain untuk kepentingan akademis yaitu membangun jaringan penelitian dan pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan madrasah.
Sayangnya bahwa duta besar RI di Belanda sedang mengikuti kegiatan SOM di Brussel terkait dengan kerjasama pengembangan ekonomi dengan Uni Eropa yang memang diselenggarakan dalam waktu yang bersamaan dengan kunjungan saya ke negeri Belanda tersebut. Kunjungan selama satu setengah jam itu memang khusus membicarakan rencana membangun jaringan pengembangan pendidikan di Indonesia dengan universitas-universitas di negeri Belanda.
Saya ditemui oleh kepala pusat jaringan kerja sama yang memang membidangi kerjasama antar berbagai institusi. Perbincangan yang sangat menarik tentu terkait dengan posisi negeri Belanda di dalam perkembangan ekonomi Eropa akhir-akhir ini. Sebagaimana diketahui bahwa negara-negara Eropa Yang tergabung di dalam Uni Eropa memang sedang mengalami krisis ekonomi. Dipicu oleh krisis Yunani dan kemudian meluas di seantero negara-negara Eropa termasuk negeri Belanda.
Akibat kritis ini ternyata luar biasa. Dampaknya terhadap perkembangan ekonomi di negara-negara Eropa memang kelihatan mengedepan. Di Belanda misalnya sampai terjadi pemutusan hubungan kerja terhadap banyak sektor ekonomi, perdagangan dan bahkan pendidikan. Sungguh sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya bahwa negara-negara Eropa yang memiliki fundamental ekonomi yang baik ternyata juga berantakan menghadapi krisis ekonomi yang melilitnya.
Negara Belanda termasuk yang merasakan hentakan krisis ekonomi Eropa dengan mendalam. Geliat ekonomi yang sebelumnya sangat kuat, tiba-tiba harus berhenti. Bahkan beberapa perusahaan juga terpaksa harus tutup disebabkan oleh badai krisis ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini. Berita seperti ini tentu membuat keinginan untuk mengembangkan jaringan kerjasama untuk pendanaan beberapa program terasa menjadi hambar. Akan tetapi memang kenyataan itulah yang sedang terjadi.
Mendengar cerita tentang situasi ekonomi di beberapa negara Eropa dan khususnya Belanda, maka rasanya saya akan menemui kendala di dalam mewujudkan keinginan untuk mengembangkan pendidikan terutama dalam kerjasama antar negara atau antar kementerian. Padahal sebenarnya, kedatangan saya ke Belanda adalah untuk tujuan mengembangkan jaringan kerja sama kelembagaan yang berimplikasi pada pengembangan kerjasama dalam usaha untuk penguatan pendidikan di Indonesia.
Saya sesungguhnya berharap bahwa kerjasama antara Pemerintah Belanda dengan Indonesia adalah sebagaimana kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Canada, atau antara Pemerintah Amerika dengan Pemerintah Indonesia atau antara pemerintah australia dengan Pemerintah Indonesia. Dengan Pemerintah Australia kita memiliki program MEDP yang berfokus pada penguatan kualitas madrasah, dengan Pemerintah Amerika untuk program penguatan pendidikan dan dengan Pemerintah Canada ada program pemberdayaan pendidikan tinggi pada aspek pengembangan masyarakat.
Dengan Pemerintah Belanda kita belum memiliki ciri khas program kerjasama yang terkait dengan penguatan kelembagaan pendidikan Islam.
Makanya tawaran untuk membangun jaringan dengan perguruan tinggi tentu sangat menjanjikan. Kita sesungguhnya membutuhkan kerja sama yang bertujuan untuk penguatan institusi pendidikan Islam melalui penguatan kelembagaan, proses pembelajaran dan juga penguatan SDM.
Selain itu, saya juga sempat mengunjungi Sekolah Indonesia di Belanda. Lembaga pendidikan ini memang disediakan secara khusus oleh Pemerintah Indonesia di dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan pembelajaran bagi anak-anak Indonesia yang orang tuanya bekerja di KBRI.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala sekolah ini, maka yang dibutuhkan adalah upgrading bagi para guru terkait dengan penguatan proses pembelajaran dan juga peningkatan pengetahuan yang relevan dengan tuntutan perubahan. Ibu kepala sekolah ini berkeinginan agar para guru di lembaga pendidikan ini dilibatkan di dalam berbagai kegiatan Workshop atau pelatihan untuk peningkatan kualitas guru.
Saya sampaikan bahwa tahun 2013 akan dilakukan perubahan kurikulum. Oleh karena itu, pelatihan guru untuk kepentingan penguasaan kurikulum baru sangat diperlukan. Melalui pendekatan tematik integratif yang dikembangkan di dalam kurikulum ini, maka guru mutlak memerlukan pelatihan atau workshop untuk mengimplementasikan kurikulum baru ini.
Maka sudah sepantasnya jika para guru bahkan juga guru kita yang mengajar di sekolah-sekolah Indonesia di luar negeri memperoleh academic recharging di dalam kerangka untuk mengupdate pengetahuannya terutama terkait dengan pendekatan baru yang harus dilakukannya.
Jadi sungguh memang diperlukan pengembangan SDM dan juga penguatan kelembagaan pendidikan lainnya untuk meraih keunggulan di masa yang akan datang.
Wallahu a’lam BI alshawab.
MUSIM DINGIN
Andaikan bisa memilih mana yang dilakukan berkunjung ke negeri Belanda di masa musim semi atau musim dingin, maka pilihannya tentu musim semi. Konon katanya, musim semi adalah musim yang paling mengagumkan dari semua musim di negeri Eropa, khususnya Belanda.
Minggu pagi, 2 Desember 2012, kami memang sengaja untuk melihat Belanda di waktu pagi hari dan kemudian jalan-jalan ke beberapa tempat yang dianggap sebagai tempat rekreasi. Sebagaimana musim dingin di Eropa, maka pagi itu suasananya dingin sekali, kira-kira 2 derajat di atas nol. Apalagi juga terjadi hujan yang bercampur dengan salju. Saya tentu senang melihat hujan salju di negeri Belanda ini. Bukan apa-apa, hanya bisa menjadi pengalaman merasakan hujan salju di negeri orang.
Pagi itu kami menelusuri sejarah Konferensi Meja Bundar atau yang dikenal sebagai KMB yang dilakukan sekian puluh tahun yang lalu, ketika terjadi konferensi untuk menentukan nasib Indonesia sebagai negara merdeka. Hotel yang dijadikan sebagai tempat konferensi itu memang sangat indah. Ornamen dan arsitekturnya sangat menakjubkan. Hotel itu memang didesain sebagai hotel mewah yang menjanjikan keasyikan dan kekaguman bagi yang sempat menghuni.
Ketepatan pagi itu ada jamuan makan pagi yang diikuti oleh staf KBRI di Belanda dengan pimpinan ABRI, saya lupa kalau tidak salah dari Pangdam Bukit barisan, yang sedang mengunjungi negeri Belanda. Saya tidak sempat bertanya agendanya apa, tetapi yang jelas memperoleh sambutan yang luar biasa dari staf kedutaan RI di belanda. Saya tentu menangguk untung. Maksud saya hanya untuk melihat dan foto di hotel bersejarah bagi bangsa Indonesia itu, ternyata ada jamuan makan pagi, sehingga kami pun bisa mengikutinya.
Selepas mengikuti acara jamuan pagi, maka kami pergi ke pantai untuk melihat keindahan pantai yang terdapat juga berbagai souvenir dan juga variasi makanan. Rupanya pantai ini menjadi tempat bagi para pelancong untuk mendatanginya. Meskipun tidak indah, akan tetapi karena kekuatan imej yang diciptakan, maka jadilah Ia sebagai tempat jujugan para turis dari luar negeri. Di sinilah orang bisa berfoto dengan tradisi pakaian orang Belanda. Pakaian warna merah dengan sepatu kayu menjadi salah satu sasaran foto para wisatawan. Para wisatawan difoto dengan seakan-akan sedang bermain musik. Alat musik masa lalu tentu saja.
Wilayah ini memang didesain untuk menjadi pusat perbelanjaan barang-barang souvenir. Ada berbagai barang souvenir, misalnya jam burung, kaos, jaket, syal, top, barang-barang dari keramik, gantungan kunci dan sebagainya. Semua dipajang agar bisa menarik para pembeli. Para turis datang dari berbagai negara. Adam dari Asia, misalnya cina, Taiwan, Korea selatan, Turki dan sebagainya. Akan tetapi juga ada turis yang datang dari negara-negara Eropa sendiri, misalnya Spanyol, Perancis dan sebagainya.
Sebagai wilayah pantai, maka yang menarik adalah banyaknya burung yang terdapat di pantai. Burung belibis, begitu saja saya menyebutnya, berjumlah ribuan untuk bermain di pinggiran pantai. Bisa jadi burung ini memang mencari makan atau memang berada di air laut untuk menghangatkan tubuhnya. burung-burung itu terasa menikmati air laut, sehingga berjam-jam berada di situ. Rupanya habitat burung itu justru di laut.
Kami juga mengunjungi tempat rekreasi di dekat kincir angin Belanda yang sangat monumental. Kincir angin yang dibikin abad 17-an itu masih berdiri tegak dan menjadi ikon wisatawan di negeri Belanda. Di empat ini ada aneka barang yang seluruhnya adalah sepatu kayu dengan berbagai ukurannya. Toko itu memang secara khusus menjajakan produk sepatu kayu. Sepatu kayu dengan berbagai ukuran tersedia di sini. Ada yang ukuran gantungan kunci dan ada juga yang sebesar kaki raksasa. Begitu besarnya ukuran sepatu kayu itu. Seringkali raksasa digambarkannya sebagai makhluk yang besar melebihi ukuran tubuh manusia. Di tempat ini, juga orang bisa dibuatkan kalender dengan fotonya sendiri.
Jarak antara Amsterdam dengan Denhagg memang cukup jauh. Kira-kira 70 km. Akan tetapi karena seluruh jalannya adalah jalan tol, maka tidak ada kesulitan untuk mencapai jarak itu. Hanya dengan waktu 45 menit, maka kita akan sampai Denhagg dari amsterdam. Jumlah kendaraan yang lalu lalang di jalan juga tidak banyak. Makanya hampir tidak dijumpai kemacetan selama perjalanan di Belanda ini.
Pengaturan jalan yang bagus, kemudian tata kota yang terencana ternyata menjadi faktornya penting bagi keteraturan di jalanan. Jalan yang luas dan penataan jalan yang rapi, maka membuat siapa saja yang melancong di negeri Belanda akan merasa nyaman.
Kita tentu tidak akan pernah membayangkan bahwa pengaturan kota Jakarta akan seperti di Belanda. Perkembangan kota di indonesia tanpa perencanaan yang matang dan perkembangan masyarakat dengan pemukiman ya juga lebih dulu ada. Makanya, tentu agak sulit membangun kota-kota di Indonesia sebagaimana kota-kota di Eropa.
Kalau di Belanda kita melihat keteraturan, maka di Indonesia terdapat kesemrawutan. Akan tetapi anehnya adalah bahwa kita masih bisa hidup nyaman di tengah kesemrawutan itu. Manusia memang mempunyai daya untuk menyesuaikan diri dengan tantangan a’lam dan itu yang sudah kita buktikan bertahan-tahun.
Wallahu a’lam bi AL shawab.
BELANDA SEBAGAI NEGERI SEPEDA
Salah satu yang menari bagi saya adalah banyak ya pengendara yang menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi di negeri Belanda. Tidak salah jika saya menyebut Belanda sebagai negeri sepeda. Sebagai negeri moderen tentu saja sarana transportasi sudah sedemikian maju. Ada taksi, kereta listrik dan juga bus yang lalu lalang di negeri ini.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan negara Indonesia yang saya menyebutnya sebagai negara sepeda motor. Hampir setiap ruas jalan di negeri ini, kecuali jalan tol pastilah penuh terisi sepeda motor. Jika saat para pekerja akan masuk kantor di pagi hari dan saat pulang di sore hari, maka akan dapat dipastikan semua ruas jalan terisi penuh dengan sepeda motor.
Konsep sepeda motor memang berbeda antara di negeri Belanda dengan di negara Indonesia. Di negeri ini apapun sepeda yang bermesin penggerak dan berapapun cc-nya maka disebut sebagai sepeda motor. Akan tetapi di negeri Belanda, sepeda motor hanya khusus untuk sepeda motor dengan cc besar, di atas 100 cc atau kalau di Indonesia disebut sebagai motor gede atau moge. Disebabkan oleh pertimbangan konseptual seperti itu, maka sepeda motor yang hanya memiliki cc 100 atau kurang dari 100 disebut sebagai sepeda saja. Akibatnya maka jalur yang dapat ditempuh juga jalan khusus bagi pengendara sepeda. Sedangkan moge bisa melintasi jalur yang dipakai oleh mobil atau transportasi lainnya.
Hampir seluruh jalan di belanda, kecuali jalan tol luar kota, memiliki jalan rute khusus bagi pengendara sepeda. Baik di Denhaag maupun di Amsterdam dan juga kota lainnya memiliki rute khusus ini. Makanya bersepeda di negeri ini juga nyaman. Meskipun musim dingin sedang menggigit, akan tetapi juga kita dapati lelaki dan perempuan asyik menggenjot sepeda.
Bersepeda memang telah menjadi tradisi di sini. Bahkan perdana menteri Belanda juga bersepeda. Pernah ada kejadian perdana menteri Belanda datang ke kedutaan Indonesia dengan bersepeda. Tanpa pengawalan dan langsung menyandarkan sepedanya di di Depan kantor. Maka oleh satpam diusir. Untunglah ada yang tahu bahwa yang datang itu adalah perdana menteri Belanda, sehingga dia diperkenankan masuk dan memperoleh penghormatan yang wajar.
Bersepeda memang telah menjadi tradisi di negeri ini. Oleh karena itu, bersepeda tidak mengenal strata sosial. Siapapun bisa bersepeda tanpa harus merasa malu melakukannya. Bisa mahasiswa, dosen, buru besar, pekerja hingga perdana menteri bisa bersepeda. Karena ada jalur khusus bersepeda, maka orang juga tidak takut akan tersenggol mobil ketika melaju dengan kencang memakai sepeda. Kalau mereka mau berhenti untuk suatu urusan, maka ya berhenti saja. Ditaruh sepeda itu di situ. Makanya hampir setiap kantor atau toko pastilah terdapat sekumpulan sepeda yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Ada yang memang disediakan parkir oleh Pemerintah dan ada juga yang hanya ditinggalkan begitu saja. Ada yang dikunci dan ada yang tidak. Jika sepeda itu dalam waktu lama tidak diambil oleh pemiliknya, maka dinas ketertiban akan mengambilnya dan kemudian di lelang. Makanya juga banyak toko yang menjual sepeda bekas yang konon katanya adalah berasal dari barang lelangan tersebut.
Di antara sepeda yang bermerek adalah sepeda dengan merk Gazelle. Saya telah mengenal merk ini semenjak saya usia sekolah dasar. Bahkan saya juga menggunakan sepeda dengan merk ini sampai saya memasuki jenjang pendidikan menengah. Bapak saya memang menggemari sepeda dengan merk ini. Makanya sepeda yang dibanggakannya juga bermerek Gazelle. Sepeda laki-laki dengan tinggi maksimal ini memang seharusnya cocok untuk ukuran orang Eropa, akan tetapi masih juga bisa dipakai oleh orang Indonesia bahkan ketika saya berusia belasan tahun sudah menggunakannya. Sepeda Gazelle ini pula yang membuat saya terjatuh dua kali semasa saya berada di SMEPN Tuban.
Tentu ada banyak merek dan inovasi tentang model sepeda. Di negeri Belanda yang dianggap sebagai pusatnya sepeda, maka dapat dijumpai berbagai variasi model dan merk sepeda. Semuanya tentu menggambarkan bahwa ada inovasi dan kreasi tentang sepeda di sini.
Satu hal yang barangkali bisa diasumsikan adalah sampai kapan tradisi bersepeda ini akan terus berlangsung. Menilik infrastruktur yang disiapkan khusus oleh Pemerintah Belanda, maka saya berkeyakinan bahwa bersepeda akan tetap menjadi tradisi yang akan terus dipertahankan di negeri ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.
KE BELANDA
Setelah berada di lapangan terbang London, kurang lebih 5 jam, akhirnya kami naik pesawat ke Belanda. Kira-kira jam lima waktu setempat kami meninggalkan bandara London yang indah itu. Bandara ini memang didesain sebagai pusat bisnis dan juga transportasi. Sebagaimana bandara moderen di negara maju, maka bandara ini juga menjadi pusat bisnis yang riuh rendah. Segala merk produk terkenal bisa dikenali di tempat ini. Produk merk tas dan parfum terkenal, seperti Dior, Chanel, Armani dan sebagainya juga dapat ditemui dengan mudah. Bandara yang terkenal sibuk di dunia ini memang benar-benar didesain untuk kenyamanan bagi kaum konsumtif untuk memanjakan dirinya dengan belanjaan aneka ragam.
Saya juga menikmati pusat belanja di bandara ini. Bukan untuk beli, akan tetapi untuk mengetahui seberapa banyak dan variasi apa saja di dalamnya. Ternyata memang lengkap. Mulai dari makanan, minuman sampai pakaian dan tas dengan berbagai mereknya. Sungguh bagi orang yang memiliki banyak uang akan dapat belanja apa saja di tempat ini.
Pesawat air bus yang membawa saya ke Belanda itu ternyata diawaki oleh para pensiunan. Ada dua orang awak pesawat yang melayani dengan sangat cekatan. Menyediakan makan kecil dan minuman bagi para penumpang. Dua orang lelaki usia diatas parah baya itu ternyat dengan telaten dan cepat dapat menyajikan berbagai kepentingan para penumpang. tidak seperti di Indonesia yang kebanyakan petugas pesawatnya adalah perempuan, maka di pesawat ini adalah para lelaki dengan usia yang sudah tidak muda lagi.
Di dalam perjalanan udara kira-kira 1,5 jam maka sampailah saya di bandara internasional sckippol di Amsterdam. Bandara terluas yang pernah saya lihat. Begitu luasnya bandara ini, maka saya membayangkan bahwa bandara internasional seharusnya memang berada di dalam lahan yang cukup. Bandara udara Juanda saya kira jauh dari ketercukupan lahan untuk bandara internasional.
Sebagaimana konsep bandara internasional, maka bandara ini juga merupakan paduan antara sarana transportasi dengan pusat perbelanjaan. Sayangnya bahwa saya hanya numpang lewat di bandara ini, sehingga saya tidak sempat melihat kekayaan produk yang dijual di bandara ini. Tetapi saya yakin bahwa soal pajangan produknya tentu tidak kalah dengan bandara internasional London atau lainnya.
Perjalanan dari pintu keluar dengan taksi cukup jauh. Tetapi karena kami dijemput oleh staf KBRI, maka semuanya menjadi mudah. Pemeriksaan terhadap penumpang luar negeri atau orang asing juga tidak rumit. Saya pernah mengalami hal-hal sulit ketika berkunjung ke Amerika Serikat sekian tahun yang lalu. Di Chicago pemeriksaan luar biasa ketat. Saking ketatnya, sampai saya berpikir bahwa negara sebesar Amerika Serikat ternyata menerapkan standard yang rumit bagi warga negara asing yang akan masuk ke negerinya.
Karena dijemput, maka perjalanan ke hotel juga tidak mengalami gangguan apapun. Hujan rintik-rintik di musim dingin memang menjadikan hawa semakin dingin. Untungnya sudah disiapkan berbagai kepentingan untuk mengusir hawa dingin yang memang akan menerpa tubuh ini. Jarak antara Amsterdam ke Denhagg tentu tidak jauh. Kira-kira 60 km. Akan tetapi karena jalan tol, hampir seluruh jalanan di Belanda adalah jalan tol, maka perjalanan terasa sangat nyaman. Luas jalan dengan jumlah kendaraan yang melintang sangat seimbang, sehingga tidak ada kemacetan yang terjadi. Nyamanlah berkendaraan di sini.
Di sepanjang jalan banyak tetumbuhan yang hidup. Akan tetapi karena musim dingin maka kelihatan seperti tumbuhan yang meranggas. Seperti pohon kering akan tetapi hidup. Saya jadi teringat pohon jati ketika musim kemarau di Indonesia, di mana dedaunannya jatuh dan tinggal batang dan rantingnya saja. Di negeri bermusim dingin, maka tetumbuhan juga sama seperti itu. Ketika musim dingin, pohon tidak mengambil Sari makanan dai tanah sehingga daunnya rontok dan meranggas. Seperti pohon mati tetapi hidup. Saya jadi teringat bahwa pohon pun mengenal puasa. Puasa sampai kemudian muncul masa musim semi, di mana pohon yang meranggas seakan mati tersebut hidup kembali untuk mempersiapkannya masa keindahan, yaitu masa di mana bunga berkembang dengan warna warnanya. Belanda dikenal dengan bunga tulip yang warna warni dengan keindahannya.
Belanda adalah negeri yang indah. Bangunan tuanya terpelihara dengan sangat baik. Bangunan tua menjadi cagar budaya. Keindahan bangunan kuno itu masih tampak dengan nyata. Negeri Belanda yang pernah kaya karena sistem penjajahan dan penguasaan perdagangan di masa lalu masih kelihatan dari keunikan dan kecantikan bangunannya. Gedung-gedung indah masih tampak berdiri dengan kokoh. Di Denhagg dan Amsterdam, misalnya dengan mudah diketahui bangunan kuo nan kokoh yang berdiri dengan tegaknya. Bangunan dengan seni pahat dan ukiran yang cantik terdapat di mana. Tidak seperti sekarang yang di dalam banyak hal menerapkan konsep arsitektur minimalis, maka bangunan di Belanda adalah berarsitektur sangat tinggi dan juga cita rasa budaya yang adiluhung.
Siapapun yang datang ke Belanda akan mengagumi bangunan bersejarah dan bangunan gedung-gedung tuanya. Rasanya kita berada di negeri dengan cita rasa budaya yang tinggi terutama dari aspek arsitekturnya.
Negeri bekas penjajah memang pernah memperoleh kesempatan emas untuk memperoleh kesejahteraan ekonomi dalam relasi perdagangan internasional. Pada abad ke 17 hingga abad ke 20, negeri ini memperoleh keuntungan ekonomi dari perdagangan internasional yang dikuasainya. Negeri Belanda menangguk keuntungan dari perdagangan rempah-rempah yang didapatnya dari negeri jajahannya. Maka masyarakatnya juga memeroleh keuntungan secara ekonomi melalui penguasaan monopoli terhadap barang-barang atau komoditi perdagangan internasional tersebut.
Keindahan arsitektur belanda, saya asumsikan tentu berasal dari melimpahnya kekayaan negeri itu, sehingga dapat diinvestasikan ke dalam berbagai infrastruktur yang sekarang dapat dinikmati dengan baik. Dapat dilihat dengan mudah mana bangunan yang semi minimalis sebagai bangunan baru dan mana bangunan dengan arsitektur tinggi yang merupakan bangunan kuno.
Saya tentu bersyukur bisa berkunjung ke negeri tulip yang indah itu. Selain ada manfaat akademis yang akan saya peroleh tentu juga ada manfaat rekreasional yang bermanfaat bagi pengembangan mimpi tentang dunia berbeda di belahan lain.
Wallahu a’lam bi AL shawab.