MUSIM DINGIN
MUSIM DINGIN
Andaikan bisa memilih mana yang dilakukan berkunjung ke negeri Belanda di masa musim semi atau musim dingin, maka pilihannya tentu musim semi. Konon katanya, musim semi adalah musim yang paling mengagumkan dari semua musim di negeri Eropa, khususnya Belanda.
Minggu pagi, 2 Desember 2012, kami memang sengaja untuk melihat Belanda di waktu pagi hari dan kemudian jalan-jalan ke beberapa tempat yang dianggap sebagai tempat rekreasi. Sebagaimana musim dingin di Eropa, maka pagi itu suasananya dingin sekali, kira-kira 2 derajat di atas nol. Apalagi juga terjadi hujan yang bercampur dengan salju. Saya tentu senang melihat hujan salju di negeri Belanda ini. Bukan apa-apa, hanya bisa menjadi pengalaman merasakan hujan salju di negeri orang.
Pagi itu kami menelusuri sejarah Konferensi Meja Bundar atau yang dikenal sebagai KMB yang dilakukan sekian puluh tahun yang lalu, ketika terjadi konferensi untuk menentukan nasib Indonesia sebagai negara merdeka. Hotel yang dijadikan sebagai tempat konferensi itu memang sangat indah. Ornamen dan arsitekturnya sangat menakjubkan. Hotel itu memang didesain sebagai hotel mewah yang menjanjikan keasyikan dan kekaguman bagi yang sempat menghuni.
Ketepatan pagi itu ada jamuan makan pagi yang diikuti oleh staf KBRI di Belanda dengan pimpinan ABRI, saya lupa kalau tidak salah dari Pangdam Bukit barisan, yang sedang mengunjungi negeri Belanda. Saya tidak sempat bertanya agendanya apa, tetapi yang jelas memperoleh sambutan yang luar biasa dari staf kedutaan RI di belanda. Saya tentu menangguk untung. Maksud saya hanya untuk melihat dan foto di hotel bersejarah bagi bangsa Indonesia itu, ternyata ada jamuan makan pagi, sehingga kami pun bisa mengikutinya.
Selepas mengikuti acara jamuan pagi, maka kami pergi ke pantai untuk melihat keindahan pantai yang terdapat juga berbagai souvenir dan juga variasi makanan. Rupanya pantai ini menjadi tempat bagi para pelancong untuk mendatanginya. Meskipun tidak indah, akan tetapi karena kekuatan imej yang diciptakan, maka jadilah Ia sebagai tempat jujugan para turis dari luar negeri. Di sinilah orang bisa berfoto dengan tradisi pakaian orang Belanda. Pakaian warna merah dengan sepatu kayu menjadi salah satu sasaran foto para wisatawan. Para wisatawan difoto dengan seakan-akan sedang bermain musik. Alat musik masa lalu tentu saja.
Wilayah ini memang didesain untuk menjadi pusat perbelanjaan barang-barang souvenir. Ada berbagai barang souvenir, misalnya jam burung, kaos, jaket, syal, top, barang-barang dari keramik, gantungan kunci dan sebagainya. Semua dipajang agar bisa menarik para pembeli. Para turis datang dari berbagai negara. Adam dari Asia, misalnya cina, Taiwan, Korea selatan, Turki dan sebagainya. Akan tetapi juga ada turis yang datang dari negara-negara Eropa sendiri, misalnya Spanyol, Perancis dan sebagainya.
Sebagai wilayah pantai, maka yang menarik adalah banyaknya burung yang terdapat di pantai. Burung belibis, begitu saja saya menyebutnya, berjumlah ribuan untuk bermain di pinggiran pantai. Bisa jadi burung ini memang mencari makan atau memang berada di air laut untuk menghangatkan tubuhnya. burung-burung itu terasa menikmati air laut, sehingga berjam-jam berada di situ. Rupanya habitat burung itu justru di laut.
Kami juga mengunjungi tempat rekreasi di dekat kincir angin Belanda yang sangat monumental. Kincir angin yang dibikin abad 17-an itu masih berdiri tegak dan menjadi ikon wisatawan di negeri Belanda. Di empat ini ada aneka barang yang seluruhnya adalah sepatu kayu dengan berbagai ukurannya. Toko itu memang secara khusus menjajakan produk sepatu kayu. Sepatu kayu dengan berbagai ukuran tersedia di sini. Ada yang ukuran gantungan kunci dan ada juga yang sebesar kaki raksasa. Begitu besarnya ukuran sepatu kayu itu. Seringkali raksasa digambarkannya sebagai makhluk yang besar melebihi ukuran tubuh manusia. Di tempat ini, juga orang bisa dibuatkan kalender dengan fotonya sendiri.
Jarak antara Amsterdam dengan Denhagg memang cukup jauh. Kira-kira 70 km. Akan tetapi karena seluruh jalannya adalah jalan tol, maka tidak ada kesulitan untuk mencapai jarak itu. Hanya dengan waktu 45 menit, maka kita akan sampai Denhagg dari amsterdam. Jumlah kendaraan yang lalu lalang di jalan juga tidak banyak. Makanya hampir tidak dijumpai kemacetan selama perjalanan di Belanda ini.
Pengaturan jalan yang bagus, kemudian tata kota yang terencana ternyata menjadi faktornya penting bagi keteraturan di jalanan. Jalan yang luas dan penataan jalan yang rapi, maka membuat siapa saja yang melancong di negeri Belanda akan merasa nyaman.
Kita tentu tidak akan pernah membayangkan bahwa pengaturan kota Jakarta akan seperti di Belanda. Perkembangan kota di indonesia tanpa perencanaan yang matang dan perkembangan masyarakat dengan pemukiman ya juga lebih dulu ada. Makanya, tentu agak sulit membangun kota-kota di Indonesia sebagaimana kota-kota di Eropa.
Kalau di Belanda kita melihat keteraturan, maka di Indonesia terdapat kesemrawutan. Akan tetapi anehnya adalah bahwa kita masih bisa hidup nyaman di tengah kesemrawutan itu. Manusia memang mempunyai daya untuk menyesuaikan diri dengan tantangan a’lam dan itu yang sudah kita buktikan bertahan-tahun.
Wallahu a’lam bi AL shawab.
