• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENCETAK GENERASI AL QUR’AN

Saya merasa hampir tidak percaya bahwa dalam waktu hanya tiga bulan 15 hari dan tiga  bulan 18 hari ada anak Indonesia yang bisa menghafalkan al Qur’an 30 juz. Hal ini bagi saya adalah peristiwa langka, sebab tentunya tidak mudah untuk mengahafalkan al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat. Tetapi itulah kenyataannya, bahwa anak Indonesia ternyata memang hebat jika diajar dan dididik  yang benar.

Program hafalan al Qur’an memang sudah lama terdapat di Indonesia. Ada banyak pesantren yang mengembangkan hafalan al Qur’an. Di Jawa Timur, misalnya Pesantren Tebuireng, di Jawa Tengah misalnya Pesantren Sarang, di Jawa Barat Pesantren Darul Qur’an dan sebagainya.

Sekarang ini, sesuai dengan perubahan zaman, maka semakin banyak pesantren yang mengibarkan bendera sebagai pesantren tahfidz. Bahkan juga sudah berkembang ke Madrasah Tahfidz dan Perguruan Tinggi Islam tahfidz. Perubahan ini tentu terkait dengan kecenderungan akhir-akhir ini dengan semakin banyaknya keinginan orang tua untuk memberi pendidikan yang lebih bermuatan keislaman.

Memang akhir-akhir ini ada semacam Gerakan Indonesia Menghafal Al Qur’an. Fenomena ini yang bisa kita lihat dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam yang memiliki focus untuk hafalan al Qur’an. Jika di masa lalu hafalan al Qur’an itu adalah otoritas pesantren, maka sekarang sudah tidak lagi seperti itu. Ada lembaga pendidikan seperti madrasah dan lembaga pendidikan informal yang secara khusus menyelenggarakan pendidikan seperti ini.

Seakan tidak mau kalah, maka media informasi seperti televisi juga terlibat di dalam proses menggerakkan program Gerakan Indonesia Menghafal Al Qur’an. Stasiun televisi juga memiliki program pengembangan hafalan al Qur’an. Misalnya televisi  yang menyelenggarakan kompetisi anak-anak untuk hafalan al Qur’an. Dan kita juga memberikan apresiasi bahwa ada anak usia tujuh tahun yang sudah menghafal 30 juz. Luar biasa.

Salah satu lembaga pendidikan Islam yang sangat konsern di dalam pembelajaran hafalan Al Qur’an adalah Pesantren Sulaimaniyah Turki di Indonesia. Pesantren Sulaimaniyah yang semula berpusat di daerah Pasar Minggu, dan berdiri Sembilan  tahun yang lalu, ternyata sekarang sudah berkembang menjadi 16 pesantren dan tersebar di seluruh Indonesia.

Menurut Direktur United Islamic Cultural Center of Indonesia (UICCI) yang bekerja sama dengan Kementerian Agama untuk pengiriman santri di Pesantren Sulaimaniyah menyatakan bahwa perkembangan Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia sangat menggembirakan. Dan menurutnya, bahwa para santri yang akan dikirim ke Turki dijamin semuanya. Tidak usah khawatir tentang keadaan kehidupan para santri di Pesantren Sulaimaniyah di Turki.

Pada hari Senin, 19 Agustus 2014 di Aula HM Rasyidi kantor Kementerian Agama RI diselenggarakan acara Wisuda Para hafidz dan hafidzah 30 juz. Ada sebanyak 70 orang, 54 lelaki dan 16 perempuan yang menjadi santri penghafal al Qur’an yang diwisuda kemarin. Hadir di acara ini adalah Wakil Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, pejabat eselon I Kemenag, Direktur UICCI, Hakan Soydemir, Wakil Duta Besar Turki di Indonesia dan sejumlah pejabat daerah, wali santri atau orang tua santri  dan tentu juga sejumlah kyai yang diundang di dalam acara ini.

Di dalam laporan saya, ada beberapa hal yang menarik untuk dicermati. Pertama, adalah adanya kecenderungan yang cukup besar untuk melakukan pendalaman terhadap kitab suci al Qur’an. Dewasa ini makin banyak orang tua yang mengirimkan anaknya untuk belajar dan menghafal al Qur’an. Kedua, berkembangnya metode menghafal al Qur’an yang berbasis pada akselerasi atau percepatan hafalan al Qur’an. Salah satu metode yang ampuh adalah yang dikembangkan oleh Pesantren Sulaimaniyah ini. Melalui metode yang dikembangkannya maka percepatan hafalan al Qur’an sudah terbukti hasilnya. Ketiga, keberpihakan media terhadap hafalan al Qur’an. Kita bisa saksikan bahwa media televisi ternyata juga tertarik untuk menjadikan hafalan al Qur’an sebagai acara edutainment yang menarik. Dengan segmen acara pendidikan, maka hafalan al Qur’an yang semula hanyalah fenomena pesantren, maka kini telah menjadi fenomena media.

Wakil Menteri Agama RI, Prof. Dr. Nasaruddin Umar juga menyatakan bahwa Islam memang mengajarkan agar kita terus membaca. Ayat pertama yang hadir di tengah kehidupan manusia adalah mengenai “membaca”, iqra’. Membaca di dalam konteks ini bukan membaca dalam pengertian umum atau generic. Membaca memiliki makna yang lebih luas cakupannya dan konteksnya.

Menurutnya, bahwa ada empat pemahaman tentang membaca, yaitu; pertama, membaca dalam pengertian pada umumnya, misalnya membaca buku, membaca puisi, membaca prosa, dan seterusnya. Membaca dalam konteks ini hanya untuk menjadi bahan bacaan. Membaca sebagai pengulangan semata.

Kedua, membaca dalam pengertian mendalami atau mengkaji secara mendalam terhadap apa yang dibacanya. Jadi tidak hanya sekedar membaca tanpa memahami, akan tetapi membaca dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Ketiga, menafsirkan bacaannya dan membandingkannya dengan kenyataan atau realitas empiris yang ditemuinya. Jadi tidak hanya mengkaji maknanya saja akan tetapi dengan memahami konteks sekitarnya. Dibandingkannya dengan ayat-ayat kauniyah yang bisa dengan jelas mempertontonkan  tentang tanda-tanda kebesaran Allah swt.

Keempat, memahami, mengkaji dan mengamalkannya. Inilah puncak membaca kalam ilahi. Orang yang membaca tidak berhenti dengan hanya membenarkan dengan ayat-ayat kauniyah akan tetapi juga mengamalkan apa yang dibacanya tersebut. Inilah yang disebut sebagai the living al Qur’an.

Saya sungguh merasakan betapa para penghafal al Qur’an ini adalah orang yang terpilih. Mereka menghafal al Qur’an dan menjadikan al Qur’an sebagai dasar atau fondasi kehidupannya.

Kita semua tentu bangga kalau melihat bahwa yang menjadi Imam di Masjid di Tokyo adalah orang Indonesia. Yang menjadi Imam di  Masjid di Melbourne adalah orang Indonesia. Yang menjadi Imam di Washington DC adalah orang Indonesia. Yang menjadi Imam di London adalah orang Indonesia.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

MEMPERTAHANKAN KEINDONESIAAN (2)

Bagi Pak SBY, bahwa ke depan masyarakat Indonesia bukan lagi hanya mempertahankan kemerdekaan akan tetapi adalah mempertahankan keindonesiaan. Mempertahankan keindonesiaan adalah kewajiban bagi bangsa Indonesia.

Percuma saja Indonesia menjadi negara yang sejahtera dan modern,  akan tetapi ternyata kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjadikan Pancasila sebagai dasar negara, menjadikan UUD 1945 sebagai landasan yuridisnya, menjadikan NKRI sebagai bentuk final negaranya dan multikulturalitas sebagai asas di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu, maka semua ideologi lain yang bukan ideologi Negara Indonesia, maka sudah sepantasnya untuk ditolak. Jika sekarang ada ideologi yang dikembangkan oleh Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), maka ideologi ini tentu secara diametral bertentangan dengan filsafat kehidupan bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jika ada orang Indonesia yang mengikuti ideologi ini, maka sebenarnya mereka bukan lagi sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Namun demikian tentunya diperlukan cara yang arif agar mereka yang tersesat tersebut dapat kembali kepada pangkuan bangsa dan Negara Indonesia.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam etnis, suku, agama dan bahasa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang besar dan mayoritas beragama Islam, maka telah berhasil untuk memajukan demokrasi secara memadai.

Masyarakat Indonesia berhasil untuk memadukan antara Keislaman, keindonesiaan dan demokrasi. Melalui aplikasi atau pengamalan Islam yang rahmatan lil alamin, maka Islam Indonesia berhasil memadukan secara arif tentang bagaimana memadukan dan bukan mempertentangkan antara Islam, demokrasi dan keindonesiaan.

Pencapaian yang sangat baik ini adalah kerja keras seluruh bangsa Indonesia yang patut diapresiasi. Melalui watak dasar masyarakat Indonesia yang toleran dan santun, maka bangsa Indonesia bisa melakukan harmoni di dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama. Itulah modal dasar yang menjadikan Indonesia sekarang bisa menjadi Negara besar, kuat dan demokratis.

Pencapaian yang tidak kalah menarik adalah pencapaian di bidang pendidikan. Kita sadari bahwa pendidikan adalah instrumen terbaik bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Semua negara maju dapat menjadi negara yang kuat dan modern  adalah karena keberhasilan pendidikannya. Pendidikan merupakan instrumen terbaik bagi peningkatan kualitas manusianya.

Melalui berbagai skema, seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Bidikmisi, Beasiswa Presidential dan sebagainya, maka memungkinkan anak miskin bisa menjadi sarjana bahkan doktor. Jika pada saat Indonesia merdeka tahun 1945, kebanyakan penduduknya adalah buta huruf, maka yang akan datang akan banyak penduduknya yang well educated bahkan menjadi kaum intelektual.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan bangsa ini tentu didasari oleh kenyataan bahwa negara membutuhkan para cerdik pandai, membutuhkan para profesional, membutuhkan   pekerja keras yang semuanya itu hanya dapat dilahirkan dari dunia pendidikan.

Ke depan tidak akan dijumpai anak miskin, anak di daerah tertinggal, terbelakang dan terluar yang tidak bisa sekolah. Negara harus hadir di tengah kepentingan pendidikan. Oleh karena dengan skema bantuan pendidikan yang terus menerus dilakukan tentunya akan menghasilkan anak Indonesia yang hebat. Skema bantuan pendidikan ini akan bisa menjamin bahwa anak Indonesia akan menjadi generasi Emas Indonesia yang akan datang.

Manusia Indonesia yang berkarakter atau berakhlakul karimah  juga hanya dapat dicapai melalui pendidikan. Itulah sebabnya kualitas pendidikan harus terus menerus ditingkatkan. Para guru dan dosen sudah lebih baik tingkat kesejahteraannya. Dengan penghasilan yang lebih baik, maka dosen akan lebih aktif mengajar dan lebih bertanggungjawab. Guru dan dosen adalah kunci keberhasilan pendidikan, maka jika para guru dan dosen berkualitas, maka produk pendidikan juga akan menjadi lebih baik.

Dengan demikian, Indonesia yang maju, sejahtera dan demokratis hanya akan dapat dicapai melalui adanya kesadaran untuk mempertahankan keindonesian di antara semua warga negaranya.

Untuk mencapai hal ini, maka kualitas kehidupan masyarakat Indonesia harus makin baik dengan indikasi pendidikannya berkualitas, pendapatnnya makin meningkat dan keamanan serta kehidupan bernegaranya makin baik.

Semua ini bisa dicapai melalui kerjasama, kerja keras dan kerja cerdas dari seluruh komponen bangsa, karena sesungguhnya keberhasilan adalah keberhasilan semua rakyat Indonesia.

Wallahu a’lam bi al shawab

MEMPERTAHANKAN KEINDONESIAAN (1)

Saya sungguh-sungguh mengapresiasi terhadap pidato kenegaraan Presiden SBY di depan pimpinan DPR dan DPD serta seluruh anggota DPR dan DPD dan juga seluruh menteri dan pejabat eselon I dari  kementerian dan lembaga di Gedung MPR,  15 Agustus 2014.

Saya bukan ahli linguistik dan juga bukan ahli retorika yang mumpuni, akan tetapi mendengarkan pidato Pak Presiden SBY, saya mendengarkannya sebagai pidato yang bertenaga, bersemangat dan penuh dengan harapan dan keinginan yang dipadukan dengan intonasi yang tepat. Penekanan dan intonasi tersebut sangat terukur dengan pemaparan yang jelas dan tegas melalui pengungkapan data dan fakta yang akurat.

Pengalaman,  kekuatan pikiran dan batin  kiranya telah membawa Pak SBY untuk bisa memberikan pidato dengan sangat baik. Pidato yang layak memperoleh applause panjang dan mungkin adalah tepuk tangan terpanjang yang dilakukan sambil berdiri. Sungguh sebuah pidato yang sangat memukau siapapun yang memahami realitas yang sesungguhnya terjadi.

Dijelaskan oleh beliau posisi Indonesia di dalam percaturan internasional. Indonesia bukan lagi dianggap sebagai negara yang terbelakang. Indonesia sudah memasuki Negara maju dengan income perkapita penduduknya yang makin meningkat bahkan tiga kali lipat, sebagai new emerging economy, Indonesia sudah menjadi bagian dari G20, dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat baik.

Ketika negara-negara lain terpuruk pertumbuhan ekonominya, Indonesia bisa berkembang dengan sangat baik.  Dalam bidang ekonomi, Indonesia bisa berbangga karena pencapaian ekonomi yang didapatkannya sekarang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas rata-rata pertumbuhan Negara Asean, Amerika Serikat dan juga Jepang. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,9 persen.

Selain itu pemberantasan kemiskinan juga mencapai angka yang membanggakan. Pada tahun 2009 angka kemiskinan adalah sebesar 14 persen dan pada tahun 2014 tinggal sebesar 11 persen.  Jadi, pada tahun 2009 terdapat sebanyak 32 juta penduduk miskin dan pada bulan Maret 2014 tinggal sebesar 28 juta penduduk miskin.  Sebuah angka yang tentunya juga menggembirakan. Dengan semakin kecilnya jumlah masyarakat miskin di Indonesia tentu menggambarkan bahwa program-program jejaring sosial seperti PNPM, PKH, BLSM dan pemberdayaan masyarakat ternyata mempengaruhi terhadap pengurangan angka kemiskinan tersebut. Lalu, jumlah kelas menengah baru juga meningkat dengan signifikan. Pertumbuhan kelas menengah yang meningkat drastis tentu juga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan kesadaran baru tentang demokrasi dan pendidikan.

Di tengah arus perkembangan dunia yang makin kompleks, ternyata Indonesia bisa bertahan dengan tegak di bidang ekonomi dan politik. Dengan peningkatan ekonomi Indonesia tersebut, maka sekarang hutang ke IMF sudah bisa dilunasi. Di masa lalu, kita menundukkan kepala menghadapi IMF, yang disebabkan oleh suntikan dana hutang dan juga saran-saran pengembangan pembangunan di Indonesia, akan tetapi sekarang kita telah berdiri sejajar dengan IMF dan bahkan memberikan saran tentang perbaikan pengembangan ekonomi dunia berdasarkan pengalaman Indonesia.

Di bidang politik, maka yang penting adalah pencapaian di bidang demokrasi. Kita telah menjadi demokratis ketiga di dunia. Dalam waktu yang relative singkat semenjak era reformasi dimulai tahun 1999, ternyata kita telah menjadi Negara demokratis. Hal ini merupakan pencapaian spektakuler dalam bidang politik. Penyelenggaraan Pemilu dari tahun ke tahun makin baik. Dan kita tentu bersyukur bahwa melalui pemilu tahun 2014 yang lalu, ternyata bangsa Indonesia semakin dewasa. Pemilu berjalan dengan aman dan damai dan menghasilkan anggota legislatif dan calon presiden terpilih untuk periode 2014-2019.

Demokrasi yang dibangun  di atas kesadaran untuk membangun budaya politik yang unggul kiranya mendapatkan perhatian yang mendasar dari Pak SBY. Namun demikian bukan berarti bahwa pencapaian tersebut membuat kita semua puas. Bahwa pelaksanaan demokrasi memang mengalami kemajuan yang luar biasa. Akan tetapi tentunya harus terus menerus dilakukan perbaikan, misalnya di dalam proses pelaksanaannya. Memang masih ada celah yang perlu dibenahi, misalnya adalah politik uang yang masih disinyalir di tengah pelaksanaan pemilu. Semuanya masih membutuhkan pembenahan secara memadai.

Pencapaian di bidang pembangunan ekonomi, pembangunan bidang politik dan juga pembangunan social yang telah diselenggarakan di dalam kurun wktu 10 tahun terakhir tentunya telah memberikan harapan bahwa pembangunan yang didukung oleh keamanan, kesejahteraan dan kesadaran berbangsa tentu akan menjadi tangga bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia.

Jadi masih terdapat banyak titik harapan bahwa Indonesia akan bisa menjadi negara yang maju, modern, sejahtera dan kuat berkat keberhasilan pembangunan yang dilakukan secara terencana dan massif dan disertasi dengan transparansi dan akuntabilitas yang memadai.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

PESANTREN DI TENGAH PERUBAHAN (2)

Pesantren Darunnajah adalah contoh pesantren yang survive di tengah perubahan sosial yang terus menghentak tiada henti. Pesantren ini justru dapat mengembangkan kepak sayapnya sedemikian rupa. Dari pesantren kecil di tahun 1960-an, akhirnya berkembang menjadi pesantren yang modern dan tersebar di beberapa wilayah propinsi di Indonesia.

Di dalam acara Pekan Ta’aruf yang dihadiri oleh para kyai, ulama, ustadz dan ustadzah, wali santri dan juga wakil Menteri Hukum dan HAM, Prof. Dr. Deny Indrayana,  yang dua anaknya mondok di pesantren ini, menjadi ajang penampilan kreativitas para santri di hadapan hadirin semuanya.

Saya diminta untuk memberikan pengarahan di dalam acara ini, sekaligus memberikan taushiyah bagi para santri. Suatu hal yang membuat saya merasa tersanjung, sebab bisa memberikan nasehat kepada para santri yang akan menjadi generasi unggul Indonesia di masa depan. Ada tiga hal yang saya sampaikan di acara ini.

Pertama, ucapan selamat kepada pesantren dalam miladnya yang ke 40. Apresiasi memang layak diberikan kepada para kyai, khususnya Kyai Machrusy yang hingga sekarang tetap berjuang untuk mengembangkan pesantren Darunnajah bahkan dengan mengembangkannya hingga di luar Jawa. Tidak ada kata berhenti berpikir. Bahkan pesantrennya di Kuningan dicanangkan menjadi Pesantren Antar Bangsa.

Pemikiran yang sangat maju. Baginya, jika di Malaysia ada Universitas Antar Bangsa, maka di Indonesia bisa dikembangkan Pesantren Antar Bangsa. Pesantren ini tidak kekurangan sumber daya untuk mengembangkan pesantren dengan tipologi ini. Ada banyak alumni pesantren ini melanjutkan pendidikannya di luar negeri, seperti di Jerman, Inggris, Belanda, Jepang dan sebagainya.

Siapa yang menduga bahwa dari bilik pesantren yang dianggap tradisional tersebut muncul pemikiran reformatif tentang pendidikan Islam modern. Dengan memiliki pesantren internasional, maka Islam rahmatan lil alamin ke depan akan menjadi wacana dunia internasional.

Kedua, pesantren sebagai sumber daya pengembangan manusia Islami yang modern. Dulu pesantren diidentikkan sebagai lembaga pendidikan berorientasi kuburan, hanya berorientasi akherat saja. Banyak orang mencibir tentang pesantren yang dianggapnya kolot dan tidak mengikuti perubahan zaman. Tetapi dengan melihat perkembangan pesantren sekarang,  maka pandangan tersebut jelaslah keliru. Pesantren justru menjadi lokomotif bagi pengembangan modernitas. Pesantren bisa mengakomodasi keislaman, kemoderenan dan keindonesiaan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Presiden SBY, bahwa perkembangan demokrasi di Indonesia yang demikian baik adalah sumbangan dari kemampuan masyarakat untuk membangun hubungan yang serasi antara keislaman, keindonesian dan kemoderenan. Perkembangan pemikiran seperti ini tentunya disumbangkan oleh para tokoh Islam, antara lain adalah kyai.

Pesantren dengan doktrinnya “memelihara nilai yang unggul dari masa lalu, dan terus menerus mengembangkan inovasi baru yang makin baik” maka pantaslah kalau pesantren kemudian bisa menjadi lembaga pendidikan yang terus menerus bisa bertahan dengan nilai dan karakternya yang unggul tetapi juga bisa menyerasikan dengan perkembangan baru yang terus terjadi.

Saya sungguh mengapresiasi pesantren yang sekarang sudah mengembangkan teknologi modern dan menjadikan santrinya sangat paham tentang teknologi informasi. Mereka adalah generasi yang sesungguhnya akan menjadi tumpuan masa depan Indonesia. Jika nanti tahun 2045 menjadi tahun Emas Indonesia, maka saya berpendapat bahwa para santrilah yang akan mengisinya.

Hal ini didasari oleh realitas bahwa di pesantrenlah dikembangkan pendidikan karakter yang agung. Tidak ada lembaga pendidikan yang melebihi pesantren di dalam mengembangkan pendidikan karakter. Jika ada orang bertanya:  “dimanakah terdapat pendidikan karakter”? Maka jawaban pastinya adalah di pondok pesantren. Keberhasilan pendidikan karakter inilah yang ke depan akan menjadi jawaban atas keraguan tentang masa depan Indonesia. Santrilah yang akan menjadi garda depan untuk mempertahankan Keindonesiaan.

Ketiga, pesantren adalah lembaga yang bisa menjadi pusat pengembangan Bela Negara. Tidak bisa dipungkiri bahwa semenjak dahulu pesantren adalah wahana bagi pengembangan semangat patriotisme. Dalam sejarah perang kemerdekaan, maka pesantren adalah lembaga pendidikan yang menghasilkan para pejuang untuk membela negara. Makanya, hingga sekarang tidak diragukan lagi bahwa pesantren dengan peran kyainya akan terus menjadi pembela NKRI. Pesantren akan menjadi penjaga Pancasila dan UUD 1945.

Melalui peran-peran yang seperti ini, maka kelak akan banyak dihasilkan SDM unggul yang menguasai ilmu pengetahuan dan juga ahli agama  yang memiliki wawasan kebangsaan dan semangat bela negara yang tangguh. Jika demikian halnya, maka beruntunglah Indonesia yang memiliki ribuan pesantren dengan semangat keislaman rahmatan lil alaminnya.

Kepada para santri, saya berpesan agar kelak menjadi agen-agen pengembangan Islam yang relevan dengan Keindonesian dan kemodernan. Jadilah satria bangsa yang tangguh ilmu dan agamanya, yang unggul karakternya dan kebangsaannya. Kita semua yakin bahwa kelak merekalah yang akan menjadi pewaris terbaik bangsa ini.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

PESANTREN DI TENGAH PERUBAHAN (1)

Saya merasakan  kekaguman kala menjejakkan kaki ke pesantren-pesantren di Indonesia. Lembaga pendidikan Islam yang sering dikonotasikan sebagai lembaga pendidikan tradisional ini, ternyata sudah berubah dengan perubahan yang luar biasa. Pesantren ternyata sudah menjadi lembaga pendidikan modern dengan berbagai atributnya.

Sabtu, 16 Agustus 2014 saya mendatangi acara “Pekan Ta’aruf, Olah Raga Seni dan Kepramukaan” yang diselenggarakan oleh  Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan. Kelelahan dari acara di Yogyakarta tentang “Sinkronisasi Pendataan Pusat dan Daerah untuk Program Pendidikan Islam” semalam ternyata menjadi tidak terasa begitu menjejakkan kaki di pesantren ini.

Dengan bangunan modern, serta keberadaan toko swalayan di bagian depan pesantren rasanya memang menggambarkan bahwa kepekaan pesantren terhadap kewirausahaan tentulah sangat menonjol. Bahkan tanahnya di luar Jawa yang seluas 650 ha, maka 250 ha di antaranya ditanami sawit. Menurut Kyai Machrus  bahwa pesantren harus mandiri tidak boleh menggantungkan diri kepada orang lain, bahkan kepada pemerintah.

Pesantren Darunnajah adalah prototipe pesantren di wilayah perkotaan yang berkembang dengan pesat. Didirikan 40 tahun lalu, dan kini sudah menjadi pesantren yang beranak-pinak menjadi puluhan  pesantren,  baik di Jawa maupun luar Jawa. Seluruh pesantren mengembangkan ciri khas pendidikan Islam yang sama, sesuai dengan ciri khas pendidikan pesantren.

Di Pesantren Darunnajah Ulujami ini, terdapat sebanyak 2500 santri dari berbagai wilayah di Indonesia, bahkan juga terdapat santri dari Thailand, Suriname, Timor Leste, dan Malaysia. Meskipun mereka berasal dari luar negeri, akan tetapi mereka membaur dengan para santri dari dalam negeri.

Acara Ta’aruf dan Pekan Olahraga, Seni dan Kepramukaan ini merupakan acara khas Pesantren Darunnajah. Jika di lembaga pendidikan lain acara ini dijadikan sebagai arena perpeloncoan yang tidak jarang menghasilkan kekerasan, namun di sini justru menjadi ajang bagi kreativitas seni dan olah raga serta kepramukaan. Di dalam marsnya, dinyatakan: “men sana ini corpore sano,  jiwa yang sehat terdapat di dalam fisik  kuat, belajar menjadi lebih giat, siap untuk mengabdi kepada umat”. Yang menarik juga bahwa seluruh kepanitiaan dilakukan oleh santri.

Pesantren ini didirikan oleh tiga orang kyai, dan sekarang yang masih hidup adalah Kyai Machrus Amin, yang dibantu oleh Kyai Sofwan Manaf sebagai Ketua Dewan pimpinan Pesantren, sedangkan Kyai Syaifuddin Arif sebagai ketua yayasan. Dengan pembagian seperti ini, maka masing-masing memfokuskan diri pada tugas masing-masing.

Kyai Machrus adalah sosok kyai yang memiliki kharisma yang sangat kuat. Dengan kemampuannya yang sangat memadai tentang dunia pesantren dan juga wawasan kebangsaan, maka beliau mengembangkan kepramukaan di pesantren dan sekaligus menjadi ajang untuk pengembangan wawasan bela negara. Melalui  pengembangan wawasan Bela Negara di pesantren ini, maka Kyai Machrus memperoleh penghargaan dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan sebagai tokoh penggerak Pramuka dan bela Negara.

Menurut penuturan Kyai Machrus, bahwa ketika beliau berusia belasan tahun, maka beliau sudah diajak berjuang oleh ayahnya. Pengalaman itulah yang membekas di dalam kehidupannya, sehingga beliau mencetuskan gagasan untuk melakukan gerakan Bela Negara melalui kepramukaan. Bahkan riwayat hidupnya, juga dibukukan oleh Kwartir Nasional, sebagai Tokoh Gerakan Pramuka.

Acara yang diselenggarakan ini juga diikuti oleh para santri dari seluruh perwakilan. Masing-masing perwakilan sebanyak 20 orang. Dari Bengkulu, Riau, Lampung, Banten, Jawa Barat dan DKI semua terlibat di dalam acara ini. Mereka mewakili daerah pesantrennya masing-masing di dalam kegiatan Lomba Seni, Olahraga dan Kepramukaan. Bagi para pemenang diberi penghargaan tidak membayar SPP ada yang setahun, enam bulan dan tiga bulan. Sedangkan para guru teladan juga memperoleh penghargaan sebesar masing-masing Rp750.000,-.

Saya tentu merasa terhormat karena dikalungi sorban oleh Kyai Machrus dan juga diangkat menjadi Guru Kehormatan. Bagi saya penghormatan ini tentu memiliki makna penting bukan hanya sebagai pemberian simbolik akan tetapi adalah memiliki tanggungjawab untuk terlibat secara tidak langsung maupun langsung bagi pengembangan pesantren ini.

Ada satu hal yang menurut saya luar biasa adalah ketahanan para santri untuk mengikuti acara ini. Mereka berdiri semenjak jam 09.00 WIB sampai siang hari jam 11.00 kala saya pulang. Padahal acara masih terus berlangsung dengan berbagai atraksi yang merupakan kreasi para santri. Ada pementasan senam kebugaran jasmani yang diikuti oleh santriwati. Kata Kyai, bahwa senam ini adalah kreasi para santri sendiri. Selain itu juga ada tarian Selamat Datang Jakarta, pencak silat yang diperagakan oleh para santri dan sebagainya.

Acara ini dihadiri oleh para orangtua santri, seluruh guru, pimpinan pesantren dan seluruh santri yang mukim di sini. Sungguh bagi kita, pesantren merupakan tempat yang sangat relevan untuk menumbuhkan tunas bangsa di masa yang akan datang agar menjadi generasi Indonesia yang lebih baik.

Wallahu a’lam bi al shawab.