PESANTREN DI TENGAH PERUBAHAN (2)
Pesantren Darunnajah adalah contoh pesantren yang survive di tengah perubahan sosial yang terus menghentak tiada henti. Pesantren ini justru dapat mengembangkan kepak sayapnya sedemikian rupa. Dari pesantren kecil di tahun 1960-an, akhirnya berkembang menjadi pesantren yang modern dan tersebar di beberapa wilayah propinsi di Indonesia.
Di dalam acara Pekan Ta’aruf yang dihadiri oleh para kyai, ulama, ustadz dan ustadzah, wali santri dan juga wakil Menteri Hukum dan HAM, Prof. Dr. Deny Indrayana, yang dua anaknya mondok di pesantren ini, menjadi ajang penampilan kreativitas para santri di hadapan hadirin semuanya.
Saya diminta untuk memberikan pengarahan di dalam acara ini, sekaligus memberikan taushiyah bagi para santri. Suatu hal yang membuat saya merasa tersanjung, sebab bisa memberikan nasehat kepada para santri yang akan menjadi generasi unggul Indonesia di masa depan. Ada tiga hal yang saya sampaikan di acara ini.
Pertama, ucapan selamat kepada pesantren dalam miladnya yang ke 40. Apresiasi memang layak diberikan kepada para kyai, khususnya Kyai Machrusy yang hingga sekarang tetap berjuang untuk mengembangkan pesantren Darunnajah bahkan dengan mengembangkannya hingga di luar Jawa. Tidak ada kata berhenti berpikir. Bahkan pesantrennya di Kuningan dicanangkan menjadi Pesantren Antar Bangsa.
Pemikiran yang sangat maju. Baginya, jika di Malaysia ada Universitas Antar Bangsa, maka di Indonesia bisa dikembangkan Pesantren Antar Bangsa. Pesantren ini tidak kekurangan sumber daya untuk mengembangkan pesantren dengan tipologi ini. Ada banyak alumni pesantren ini melanjutkan pendidikannya di luar negeri, seperti di Jerman, Inggris, Belanda, Jepang dan sebagainya.
Siapa yang menduga bahwa dari bilik pesantren yang dianggap tradisional tersebut muncul pemikiran reformatif tentang pendidikan Islam modern. Dengan memiliki pesantren internasional, maka Islam rahmatan lil alamin ke depan akan menjadi wacana dunia internasional.
Kedua, pesantren sebagai sumber daya pengembangan manusia Islami yang modern. Dulu pesantren diidentikkan sebagai lembaga pendidikan berorientasi kuburan, hanya berorientasi akherat saja. Banyak orang mencibir tentang pesantren yang dianggapnya kolot dan tidak mengikuti perubahan zaman. Tetapi dengan melihat perkembangan pesantren sekarang, maka pandangan tersebut jelaslah keliru. Pesantren justru menjadi lokomotif bagi pengembangan modernitas. Pesantren bisa mengakomodasi keislaman, kemoderenan dan keindonesiaan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Presiden SBY, bahwa perkembangan demokrasi di Indonesia yang demikian baik adalah sumbangan dari kemampuan masyarakat untuk membangun hubungan yang serasi antara keislaman, keindonesian dan kemoderenan. Perkembangan pemikiran seperti ini tentunya disumbangkan oleh para tokoh Islam, antara lain adalah kyai.
Pesantren dengan doktrinnya “memelihara nilai yang unggul dari masa lalu, dan terus menerus mengembangkan inovasi baru yang makin baik” maka pantaslah kalau pesantren kemudian bisa menjadi lembaga pendidikan yang terus menerus bisa bertahan dengan nilai dan karakternya yang unggul tetapi juga bisa menyerasikan dengan perkembangan baru yang terus terjadi.
Saya sungguh mengapresiasi pesantren yang sekarang sudah mengembangkan teknologi modern dan menjadikan santrinya sangat paham tentang teknologi informasi. Mereka adalah generasi yang sesungguhnya akan menjadi tumpuan masa depan Indonesia. Jika nanti tahun 2045 menjadi tahun Emas Indonesia, maka saya berpendapat bahwa para santrilah yang akan mengisinya.
Hal ini didasari oleh realitas bahwa di pesantrenlah dikembangkan pendidikan karakter yang agung. Tidak ada lembaga pendidikan yang melebihi pesantren di dalam mengembangkan pendidikan karakter. Jika ada orang bertanya: “dimanakah terdapat pendidikan karakter”? Maka jawaban pastinya adalah di pondok pesantren. Keberhasilan pendidikan karakter inilah yang ke depan akan menjadi jawaban atas keraguan tentang masa depan Indonesia. Santrilah yang akan menjadi garda depan untuk mempertahankan Keindonesiaan.
Ketiga, pesantren adalah lembaga yang bisa menjadi pusat pengembangan Bela Negara. Tidak bisa dipungkiri bahwa semenjak dahulu pesantren adalah wahana bagi pengembangan semangat patriotisme. Dalam sejarah perang kemerdekaan, maka pesantren adalah lembaga pendidikan yang menghasilkan para pejuang untuk membela negara. Makanya, hingga sekarang tidak diragukan lagi bahwa pesantren dengan peran kyainya akan terus menjadi pembela NKRI. Pesantren akan menjadi penjaga Pancasila dan UUD 1945.
Melalui peran-peran yang seperti ini, maka kelak akan banyak dihasilkan SDM unggul yang menguasai ilmu pengetahuan dan juga ahli agama yang memiliki wawasan kebangsaan dan semangat bela negara yang tangguh. Jika demikian halnya, maka beruntunglah Indonesia yang memiliki ribuan pesantren dengan semangat keislaman rahmatan lil alaminnya.
Kepada para santri, saya berpesan agar kelak menjadi agen-agen pengembangan Islam yang relevan dengan Keindonesian dan kemodernan. Jadilah satria bangsa yang tangguh ilmu dan agamanya, yang unggul karakternya dan kebangsaannya. Kita semua yakin bahwa kelak merekalah yang akan menjadi pewaris terbaik bangsa ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.