• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (6)

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (6)

Acara tasyakuran diakhiri dengan makan malam. Ada masakan rawon, bakso dan makanan jajanan lainnya, misalnya ote-ote, pisang goreng, tahu goreng dan sebagainya. Acara pun berakhir kira-kira pukul 10.30  malam WAS.

Malam itu juga kami harus ke Mekkah. Kami bimbang apakah malam ini, langsung atau istirahat sebentar ataukah besuk pagi. Jika besuk pagi,  maka umrahnya pasti siang hari dan sangat panas. Maka pilihannya tinggal langsung setelah acara selesai atau istirahat sejenak di Wisma Haji Madinah. Akhirnya diputuskan kita akan pergi ke Mekkah malam ini dan beristirahat sejenak.

Pukul 02.00 malam WAS, saya dengan tim berangkat ke Mekkah. Perjalanan malam hari jauh lebih nikmat. Selain kendaraannya yang jarang juga bertepatan malam bulan purnama. Langit yang terang temaram dan udara gurun pasir yang kering tentu mengiringi perjalanan kami. Kendaran melaju dalam kecepatan tinggi, rata-rata 140 Km perjam. Makanya jarak Madinah Mekkah ditempuh hanya dalam waktu empat jam. Inginnya bisa berjamaah di Masjidil Haram Mekkah, akan tetapi ternyata waktunya tidak cukup, sehingga kami dengan tim shalat subuh di masjid lain.

Saya harus mengapresiasi Pak Kaharuddin, Orang Madura, yang menjadi sopir kami di dalam perjalanan panjang ini. Dia sangat stabil mengemudikan mobilnya. Sungguh fisiknya sangat kuat dan juga kelihatan ikhlas. Sering saya ajak bicara waktu mengemudi dan saya tanyakan apakah perlu istirahat. Ternyata dia menjawab “tidak usah Pak.”

Waktu berada di Mekkah ternyata sangat terbatas. Pukul 02.00 siang WAS saya dan tim harus kembali ke Jeddah untuk melakukan rapat koordinasi dengan seluruh tim yang terlibat di dalam penyelenggaraan haji. Tim TPHI, Tim Kesehatan dan juga Tim Daker.

Hadir pula pada acara ini, Ketua PPIH Dr. Ahmad Dumyati, dan Sekretaris  PPIH, Burhan Hanif serta  segenap timnya, Kadaker Madinah, Dr. Nasrullah Jasam, dan segenap timnya, kabiro Umum, Pak Syafrizal  dan Kabiro Ortala, Pak Nur Arifin, Pak Afrizal dan Lukman serta Farid dan juga para pejabat Kementerian Agama yang sedang tugas di Arab Saudi, Pak Khorizi, Pak Ali Rahmat dan timnya serta Pak Mawardi dan segenap tim kesehatan haji.

Acara rapat diselenggarakan di kantor Daerah Kerja (Daker) Jeddah dan dimulai jam 4.30 sore WAS. Ada hal-hal menarik yang dapat dicermati dari pembicaraan dengan Tim Panitia Penyelenggaraan Haji Indonesia (TPHI). Acara ini dipimpin oleh Ketua TPHI Arab Saudi, Dr. Dumyati dan sekretarisnya.

Ada lima hal yang dapat disarikan dari pertemuan ini, yaitu: pertama, berdasarkan pemantauan tim haji bahwa penyelenggaraan ibadah haji tahun sekarang lebih baik. Tidak ada keluhan terkait dengan catering dan pemondokan. Hanya persoalan transportasi saja yang masih menjadi kendala. Tetapi jumlah bus yang rusak hanya 10 dari ratusan bus yang disewa untuk pengangkutan jamaah haji, maka sebenarnya jumlahnya kecil. Ke depan memang harus dianggarkan mengenai upgrade bus yang ternyata memang tidak bisa dihindari. Melalui kejelasan regulasi mengenai sewa bus dan sebagainya, maka diharapkan pelaksana di lapangan tidak akan merasa berada di dalam bayang-bayang kekeliruan. Mereka berharap agar jumlah petugas dapat ditambahkan sehingga akan bisa lebih efektif di dalam pemantauan jamaah haji.

Kedua, mengenai korban Mina. Jumlah korban Mina kita memang cukup banyak yaitu 125 orang. Menurut mereka bahwa kedisiplinan jamaah kita memang harus diperketat. Jangan melakukan lempar jumrah dengan mencari waktu afdhal atau lainnya. Tentukan dengan ketegasan bahwa jam lempar jumrah untuk orang Indonesia harus sesuai dengan jadwal yang sudah diatur oleh Kementerian Haji Arab Saudi. Ke depan harus ada ketegasan untuk mereka yang akan melakukan lempar jumrah di luar ketentuan harus menandatangani surat perjanjian mutlak, bahwa mereka melanggar kesepakatan.

Negara harus memiliki power di dalam mengatur terhadap jamaah haji yang melakukan tindakan di luar ketentuan yang berlaku. Kalau ada problem yang seperti ini (musibah Mina) maka yang  dipersalahkan adalah pemerintah sebagai penyelanggara haji. Padahal kesalahan itu terletak pada kedisplinan jamaah haji sendiri. Ini merupakan bahan renungan bagi kita semua agar penyelenggara haji tidak hanya memberi kenyamanan melaksanakan haji tetapi juga perlindungan  bagi jamaah haji.

Ketiga, untuk penentuan jamaah yang meninggal, maka yang digunakan adalah prosedur tetap (protap) yang barlaku. Ada dua cara untuk menentukan seseorang meninggal, yaitu dengan menggunakan observasi primer dan data sekunder  bahkan juga bisa menggunakan data tersier. Namun demikian, prosedur yang digunakan adalah identifikasi langsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam membuat Certificate of Death (COD). Tidak boleh gegabah di dalam menentukam seseorang meninggal atau tidak. Makanya, mungkin diperlukan diplomasi tingkat tinggi untuk membuka akses bagi penyelesaian masalah korban ini sehingga akan lebih cepat penyelesaiannya.

Keempat, Hal-hal lain yang juga dibicarakan adalah mengenai jamaah sakit lalu harus dievakuasi dengan helicopter atau dipulangkan dengan armada lain, maka harus ada ketegasan sebab tim akan merasakan bahwa yang dilakukan tersebut benar. Ada jamaah yang sakit di Rumah Sakit di Thaif, yang tempatnya jauh sekali dan menurut tim dokter di Rumah Sakit itu, jamaah haji harus dievakuasi dengan Helicopter dan juga ada petugas yang akan dipulangkan akan tetapi harus pindah pesawat karena pesawat Garuda tidak memiliki fasilitas jamaah sakit yang harus dipulangkan dengan terlentang.

Kelima, Selain ini juga dibicarakan mengenai pengadaan barang dan jasa di luar negeri dan juga Barang Miliki Haji (BMH) yang hingga hari ini belum bisa diselesaikan. Kita berharap agar semua hal tersebut dapat dituntaskan dalam waktu yang relative singkat sehingga akan terdapat kejelasan berapa sesungguhnya BMH tersebut dan kapan bisa dijadikan sebagai Barang Milik Negara (BMN). Kiranya diperlukan Peraturan Presiden Khusus (Perpres Khusus) untuk pengadaan barang dan jasa di luar negeri, khususnya haji, karena memang ada hal-hal yang tidak tercover di dalam Perpres No. 54 dan 70. Masih ada peluang perbaikan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (5)

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (5)

Selain melepas jamaah haji Indonesia kloter terakhir, maka saya juga menghadiri acara tasyakuran yang dilakukan oleh Tim Kesehatan Haji Indonesia di Pusat Kesehatan Haji Indonesia di Madinah. Rasanya bertepatan saja acara ini diselenggarakan kala saya berada di Madinah. Datang hampir seluruh anggota Tim Kesehatan haji Indonesia di lantai atas gedung PKHI. Acara ini memang digelar di ruang terbuka lantai atas PKHI dimaksud.

Hadir pula pada acara ini, Ketua PPIH Dr. Ahmad Dumyati, dan Sekretaris  PPIH, Burhan Hanif serta  segenap timnya, Kadaker Madinah, Dr. Nasrullah Jasam, dan segenap timnya, Kabiro Umum, Pak Syafrizal  dan Kabiro Ortala, Pak Nur Arifin, Pak Afrizal dan Lukman serta Farid dan juga para pejabat Kementerian Agama yang sedang tugas di Arab Saudi, Pak Khorizi, Pak Ali Rahmat dan timnya serta Pak Mawardi dan segenap tim kesehatan haji. Acara ini diselenggarakan kira-kira jam 09,00 malam WSA.

Ada tiga hal yang saya sampaikan di dalam forum tasyakuran ini. Pertama, ucapan terima kasih dan apresiasi atas kerja keras tim kesehatan dan juga PPIH lainnya yang sudah bekerja secara maksimal untuk kesuksesan penyelenggaraan ibadah haji. Berkat kerja keras itu maka penyeenggaraan ibadah haji Indonesia memperoleh apresiasi dan penilaian yang sangat memadai.

Tim kesehatan Haji Indonesia bahkan memperoleh penilaian yang maksial dari Badan Pusat Statisitik (BPS) dengan nilai di atas 90 persen. Jadi upaya yang dilakukan oleh Tim Kesehatan haji Indonesia sudah sangat maksimal. Dengan angka itu maka pelayanan Tim Kesehatan Haji kita sudah sangat memuaskan. Kita semua harus bersyukur atas capaian yang baik ini.

Kedua, penyelenggaraan ibadah haji ini memang selalu ada kendalanya. Tahun lalu, misalnya sudah diupayakan tentang perbaikan pemondokan, ternyata masih ada beberapa jamaah haji kita yang ditempatkan di luar markaziyah. Pemerintah Indonesia (baca Kementerian Agama) melalui Ditjen PHU sudah maksimal berupaya agar catatan yang masih belum maksimal, seperti pemondokan, catering dan transprtasi diupayakan makin baik, ternyata juga masih ada kendala lainnya.

Tahun ini sudah kita jadikan momentum perbaikan pelayanan jamaah haji, akan tetapi ternyata justru terjadi keterlambatan visa, yang jumlahnya cukup banyak 6.530-an pada saat kloter awal berangkat ke Madinah. Demikian pula transportasi yang juga masih terkendala, karena busnya mogok dan sebagainya.

Akan tetapi sesungguhnya problem visa bukan hanya dimiliki oleh Jamaah Haji Indonesia.berdasarkan pertemuan di MABIMS Brunei Darussalam, bahwa Malaysia, Brunei Darussalam an juga Singapura juga mengalami kendala yang sama. Malaysia yang hanya mengirim kira-kira 23.000 jamaah haji, Singapura mengirim 640 haji dan Brunei mengirim 400 jamaah haji juga terkendala visa ini. E-Hajj yang diberlakukan tahun ini memang belum kompatibel dengan IT di negara-negara pengirim jamaah haji.

Oleh katena itu direkmendasikan agar Menteri Agama baik endiri-sendiri atau secara berjamaah dapat mengirimkan rekomendasi agar pelaksanaan E-Hajj dapat lebih disederhanakan. Semua bersepakat untuk melakukan hal yang sama tentang implementasi E-Hajj ini.

Ketiga, saya berharap mudah-mudahan hasil evaaluasi haji kita tahun ini akan lebih baik. Sebagaimana yang saya dengar di dalam Rapat Kerja (Raker) Menteri Agama dengan Komisi VIII DPR RI, maka banyak ungkapan apresiasi dari anggota Komisi VII tentang penyelenggaraan haji Indonesia. Semoga  bukan sebuah basa-basi.

Melihat perkembangan penyelenggaraan haji, maka hanya tinggal satu saja yangmsih problematic, yaitu mengenai transportasi. Kualitas bus yang disewa oleh pemerintah Indonesia memang bukan bus yang berkualitas baik. Hal ini terkait dengan anggaran penyewaan bus yang tidak mencukupi.

Langkah cepat dilakukan oleh petugas Haji Indonesia untuk membenahi problem transportasi ini. Anggaran terkait dengan sewa bus  kemudian bisa dtanggulangi. Makanya dilakukan upgrade bus yang kondisinya memang memerlukan perbaikan. Melalui langkah ini, maka persoala bus bisa diselesaikan.

Menganai catering dan pemondokan saya kir sudah n the track. Sesuai dengan pengamatan Pak Syafrizal (Karo Umum) dalam check on the spot, maka diketahui bahwa seluruh tempat pemondokan sudah sangat baik. Bintang  tiga dan empat. Berdasarkan checking yang dilakukan terhadap pemondokan di Mekkah, maka dapat dinyatakan bahwa  pemondokan sudah tuntas.

Catering sejauh yang saya tahu juga beres. Berdasarkan laporan tim koordinatif catering bahwa jamaah haji merasakan manfaat yang sangat mendasar tentang pemberian catering di Makkah meskipun hanya satu kali saja. Ke depan mereka menginginkan agar ada penambahan jatah makan di Mekkah tersebut.

Yang problematic dan tidak terduga adalah mengenai pengurusan visa. Ada keterlambatan pengurusan visa sampai saat pemberangkatan kloter awal. Namun demikian melalui kerja keras, maka tidak ada kegagalan berngkat haji karena visa. Yang ada hanya ketertundaan.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan empiris seperti ini, maka saya yakin bahwa penilaian mandiri tentang pelayanan haji kita makin baik.

Wallahu a’lam bi al shawab.

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (4)

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (4)

Perjalanan panjang selama kurang lebih empat jam menyusuri jalan tol yang di kiri kanannya adalah gundukan, bukit dan gunung batu tentu kurang mengasyikkan. Sepanjang mata memandang hanyalah bebatuan dan tanah tandus dan gersang seakan tidak  bertepi.

Jika orang pernah hidup di Indonesia, maka melihat tanah bebatuan yang menghampar sedemikian luas, tentu berpikir bagaimana caranya untuk bisa hidup. Jangankan untuk menanam bahan makanan, seperti jagung dan padi, untuk mencari rumput sebagai bahan makanan ternak saja juga tidak didapatkan.

Namun demikian karena keadilan Allah terhadap hambanya, maka Allah memang memberikan tanah yang sangat gersang di Saudi Arabia, akan tetapi Allah memberinya bahan gas dan minyak bumi yang secara ekonomi lebih tinggi dibanding dengan tanaman jagung dan padi.

Saya jadi teringat di dalam perjalanan panjang dengan bus dari Las Vegas ke Washington DC., maka juga didapati hanya tanah gersang dan bebatuan yang menyelimuti sepanjang perjalanan. Tetapi Allah juga memberikan kekayaan di dalam perut bumi berupa bahan tambang atau gas dan minyak bumi.

Ada dua agenda penting yang saya lakukan ketika berada di Madinah. Dua hal ini adalah tugas pokok kedatangan saya ke Arab Saudi. Jika ada kesempatan untuk melakukan hal-hal lain, seperti ibadah umrah dan nyekar ke makam Rasulullah sesungguhnya adalah tugas tambahan tetapi juga penting. Kita selalu berpikir, “sekali dayung dua pulau terlampaui”.

Di antara tugas itu  adalah  untuk melepas Jamaah Haji Kloter terakhir di Madinah. Kloter akhir ini terdiri dari bermacam-macam daerah. Ada  yang dari Ujungpandang dan juga ada dari Mataram NTB. Selain itu juga ada dari beberapa daerah lain. Saya memang sengaja tidak hadir pada saat pelepasan mereka di bandara Madinah,  akan tetapi saya datang pada saat pelepasan di Hotel Al Fairoez Madinah tempat mereka menginap.

Kala saya datang di tempat acara tersebut diselenggarakan, maka pimpinan Muassasah, ada kira-kira belasan orang yang sudah hadir di situ. Selain itu juga PPIH, tim Kesehatan, KJRI dan sejumlah pejabat Kemenag. Saya lalu dipersilahkan untuk berdiri berdampingan dengan pimpinan Muassasah, Yang Orang Arab itu, dan berhadapan dengan para jamaah haji Indonesia yang sudah siap untuk pulang ke tanah air.

Saya sebenarnya masih jetlag dari perjalanan ke Arab ini. Tidur sudah malam dan bangunnya juga masih malam. Masih pikiran orang Jakarta, sehingga jam 01.10 malam sudah bangun. Artinya,  di Indonesia sudah  menunjukkan pukul 05.10 menit. Memang sudah waktunya bangun.

Melihat wajah jamaah haji yang berbinar-binar karena senang akan segera pulang untuk ketemu dengan keluarga dan handai taulan, maka segala kepenatan dan kecapekan hilang semua. Yang  ada hanya semangat untuk melepas mereka kembali ke tanah air.

Sayapun diberi kesempatan pertama untuk memberi sambutan atas nama Kementerian Agama. Makanya, saya ungkapkan tiga hal penting, yaitu: 1) ucapan terima kasih atas pelayanan yang sangat baik dari Muassasah untuk jamaah haji Indonesia. Melalu kerja sama yang baik antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Arab Saudi, maka penyelenggaraan ibadah haji dapat berjalan dengan baik. Lalu juga ucapan terima kasih dan apresiasi atas pelayanan yang diberikan oleh  PPIH yang terdiri dari Tim Kesehatan, Tim Pembimbing Ibadah Haji, Tim Kementerian Agama dan juga Tenaga Musiman yang telah berjasa di dalam pelayanan ibadah haji.

Kedua, saya juga mengucapkan selamat kepada para jamaah haji Indonesia yang telah melaksanakan ibadah haji pada tahun ini. Meskipun tahun ini terdapat berbagai ujian dari Allah swt terhadap jamaah haji,  yaitu dengan adanya musibah crane dan musibah Mina, namun demikian para jamaah haji Indonesia tetap dapat melaksanakan ibadah haji dengan baik. Kita  yakin bahwa mereka yang telah mendahului kita adalah para syuhada yang tidak ada lain jaminannya kecuali surganya Allah swt. Mudah-mudahan kita semua yang ditinggalkannya, juga keluarga yang ditinggalkannya selalu memperoleh kebaikan dan kesabaran. Kita yakin bahwa semuanya adalah takdir Allah yang memang harus terjadi.

Ketiga, saya mengapresiasi atas semua kebaikan yang tekah dilakukan oleh jamaah haji Indonesia. Sebagai duta bangsa, maka jamaah haji Indonesia dikenal sebagai jamaah haji yang sabar, sopan santun dan berperilaku sangat baik. Sudah semenjak lama jamaah haji Indonesia dikenal sebagai jamaah haji yang tidak egois, berpenampilan baik dan berperilaku baik. Perilaku tersebut memberikan gambaran kepada umat Islam dari seluruh dunia, bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama dengan kerahmatan dan keberkahan. Saya berkeyakinan bahwa semua jamaah haji Indonesia akan menjadi haji yang mabrur. Dan sebagaimana diketahui bahwa haji mabrur pasti akan menjadi penghuni surga.

Sebagaimana yang juga dinyatakan oleh Pimpinan Muassasah Haji Arab Saudi untuk Indonesia, Beliau menyatakan bahwa memang haji Indonesia dikenal sangat baik dan sopan. Beliau berharap bahwa kerja sama Haji Indonesia dengan Muassasah dan Pemerintah Arab Saudi yang sudah berjalan lama dan bermanfaat ini akan terus terjaga selamanya. Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada para penyelengara ibadah haji Indonesia yang sudah bekerja secara maksimal untuk keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji.

Selamat kepada jamaah haji Indonesia, selamat pulang ke tanah air, selamat bertemu keluarga dan kolega. Allahumaj’al hajjana hajjan mabrura wa sa’yana sa’yan masykura wadzanbana dzanban maghfura, wa tijaratana tijaratan lan tabur.

Wallahu a’lam bi al shawab.

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (3)

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (3)

Karena masih terbawa oleh situasi di Indonesia, maka saya sudah bangun di tengah malam dan seperti biasanya saya tidak bisa tidur lagi. Meskipun mata dipejamkan tetap saja tidak bisa memasuki gerbang tidur. Inilah sebenarnya yang menyebabkan saya selalu mengalami kesulitan ketika harus berada di luar negeri. Pengalaman seperti ini yang saya rasakan kala berada di negeri orang.

Jadinya saya melakukan salat subuh lebih awal. Ya kira-kira pukul 4.10 menit. Saya juga lupa bertanya jam berapa salat Subuh di Jeddah. Ketika jam 4.30 menit saya keluar kamar dan ternyata Pak Nur Arifin juga sudah bangun, kemudian berturut-turut Pak Syafrizal dan Pak Farid juga datang di kamar saya. Ternyata Pak Syafrizal juga sudah salat Subuh.

Berdasarkan informasi Pak Farid, bahwa salat subuh pada jam 05 WAS. Makanya kemudian saya dan kawan-kawan salat subuh dengan diimami oleh Pak Farid. Setelah dirasa cukup berdoa dan wiridan, maka kami duduk di kursi di dalam kamar dan mendiskusikan banyak hal terkait dengan BMH di Arab Saudi yang belum selesai urusan administrasinya, sampai juga penataan struktur yang belum jelas. Ada yang strukturnya berdasarkan atas PMA dan ternyata tidak diakui oleh Kementerian Luar Negeri dan juga struktur yang tidak kompatibel untuk mengurus uang trilyunan, sementara tanggung jawan dan otoritasnya tidak sepadan.

Diskusi baru selesai kala diberitahu bahwa sarapan sudah siap dan kita akan segera pergi ke Madinah. Kami semua mandi dan siap-siap untuk berangkat. Pukul 08.00 Waktu Arab Saudi,  kami berangkat dengan dua kendaraan. Satu kendaraan dikemudikan oleh Pak Kaharuddin, Orang Madura, yang menjadi tenaga musiman (Temus) dengan penumpang saya, Pak Syafrizal dan Pak Farid, sementara mobil satunya ditumpangi oleh Pak Nur Arifin, Pak Afrizal dan Pak Lukman.

Seperti biasanya, jika Pak Menteri dan Pak Jamil ke Madinah, maka kami berhenti di Super market, Al Washeef,   dan berhenti sejenak untuk minum teh  di warung sebelahnya. Saya cari namanya tidak ketahuan juga. Lumayan teh hangat untuk menghangatkan tubuh yang kurang tidur. Kira-kira setengah jam kami berbincang dengan kawan-kawan sampai akhirnya bertemu dengan sopir Bis SAPTCO, yang ternyata orang Jakarta. Dia dari Pasar Minggu. Kalau tidak salah. Kami berbincang sebentar, dan dia bertanya kepada saya: “kenapa kemarin menggunakan bus yang kurang bagus”. Saya tentu tidak menjawabnya.

Perjalanan ke Madinah ditempuh kurang lebih empat jam, dengan kecepatan 120 Km perjam. Lumayan cepat laju kendaraannya. Sepanjang jalan saya tidak bisa memejamkan mata, sebab ada keinginan kuat di benak saya untuk merekam perjalanan ini. Maklum sudah sangat lama saya tidak merasakan perjalanan di Arab Saudi. Terakhir tahun 2003 kala saya menjadi TPIHI dari Jawa Timur.

Jalan tol itu masih seperti yang lalu. Mulus dan tidak ada gangguan apapun. Tidak ada macet dan lancar semuanya. Banyak kendaraan yang akan dan datang dari Madinah. Semuanya dengan kecepatan tinggi, sebagaimana perjalanan di jalan bebas hambatan.

Sepanjang perjalanan hanya terdapat gunung batu dan tanah tandus. Seperti tidak ada kehidupan di hamparan tanah yang luas tersebut. Hanya ada pohon-pohon perdu, saya tidak tahu apa namanya, dan pohon-pohon kurma atau pohon lain yang mulai meranggas. Di dalam perjalanan panjang itu hanya ada beberapa wilayah yang menjadi wilayah peternakan. Kambing, kuda dan unta. Jumlahnya juga tidak banyak. Mungkin yang terlihat mata hanya sedikit. Ada juga rumah-rumah yang berada di gurun batu itu, konon katanya rumah itu adalah rumah pemilik peternakan. Di beberapa tempat juga terdapat perkampungan dengan rumah-rumah tembok yang berwarna putih. Jumlahnya pun tidak banyak. Hanya beberapa keluarga.

Saya menjadi terbayang bagaimana Nabi Muhammad saw dulu melakukan perjalanan ketika hijrah. Perjalanan di malam hari yang gelap dengan wilayah berbukit-bukit dan bergunung-gunung seperti itu. Andaikana manusia biasa, rasanya tidak mungkin melakukan perjalanan seperti itu.

Saya berpikir, bahwa Nabi Muhammad saw pastilah memperoleh panduan wahyu Allah atau bahkan mendapat bimbingan dari Malaikat Jibril yang diutus oleh Allah untuk membimbing Nabi Muhammad saw di dalam perjalanan ke Madinah tersebut. Allahuma shalli wa sallim ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi wa ashhabihi ajmain.

Perjuangan untuk menegakkan agama Allah memang luar biasa berat. Itulah  sebabnya Beliau mendapat julukan sebagai ulul azmi. Nabi dan Rasul yang luar biasa di dalam menyebarkan kebenaran agama Allah. Beliau berjuang untuk agama Allah di tanah yang tandus dan perlawanan yang luar biasa dari para penduduk di tanah Arab.

Sungguh sepanjang mata memandang hanya ada hamparan bebatuan yang tersajikan. Tanah Arab ini memang ditakdirkan oleh Allah sebagai wilayah yang tandus tanpa tetumbuhan yang memadai. Tetapi karena keadilan Allah, maka di tanah yang tandus dan gersang ini, maka di dalamnya terdapat hamparan gas dan minyak bumi yang kemudian menjadi penghasilan negara yang luar biasa. Dengan gas dan minyak bumi itulah penduduk Arab Saudi menikmati keadilan Allah tersebut.

Saya sampai di Medinah tepat waktu salat Dzuhur. Kala saya memasuki Wisma Haji di Medinah, maka sedang dilaksanakan salat jamaah. Maka kami bergegas wudlu untuk melakukan salat dzuhur dan sekaligus diqasar dengan salat Asyar. Farid yang menjadi Imam, sementara saya dan Syafrizal menjadi makmumnya.

Selesai salat kami diajak untuk makan siang dengan menu Mie Ayam. Lumayan untuk mengganjal perut. Tentu enak juga di tengah perut yang memang sudah waktunya untuk diisi. Kami makan dengan seluruh tim dari Jakarta dan ditemani oleh Pak Nasrullah Jasam, Kadaker Medinah dan Pak Ivan, Pak Ahmad Ghufron serta  Ibu  Rini, tim TPIH yang sedang bersiap-siap akan kembali ke tanah air. “Rasanya sudah kepingin di rumah Pak. Sudah 73 hari di sini.”  Ibu Rini  bercerita.

Sambil makan, kami diskusikan tentang Barang Milik Haji (BMH) yang belum bisa menjadi Barang Milik Negara (BMN). Menurut Ivan, bahwa semuanya sudah tertata administrasi BMH-nya. Juga sudah ada nilai barang-barang itu. Jadi sebenarnya sudah  bisa dialihkan ke BMN.

Jadi pekerjaan kita setelah pulang ke Indonesia adalah menyelesaikan urusan BMH ini. Dan Pak Syafrizal berjanji akhir tahun bisa diselesaikan. Semoga begitu.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (2)

AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (2)

Mata dan pikiran ini ternyata belum bisa diajak kompromi. Jam 01.10 menit mata dan pikiran sudah tidak bisa lagi diajak istirahat. Maklum di Indonesia tentu sudah jam 05.10 pagi.

Saya sampai di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah pukul  6.40 sore hari waktu Arab Saudi. Saya dengan pak Syafrizal dan Farid Wajdi memasuki tempat kedatangan dan diperiksa paspornya oleh petugas Bandara. Sebagaimana lazimnya, maka kami harus melakukan  sidik jari dan difoto oleh petugas Bandara.

Ternyata Pak Rahman sudah menunggu di dekat jalan keluar menuju tempat bagasi. Di situ juga sudah menunggu Pak Nur Arifin (Kepala Biro Ortala), Pak Afrizal dan Lukman Hakim. Sementara juga menjemput saya Pak Arsyad Hidayat dan Pak Dimyati, yang menjadi juru bicara Kementerian Agama, terutama pada saat terjadi musibah Mina, musim haji tahun ini. Mereka dengan timnya menjemput saya di Bandara Internasional King Abdul Aziz.

Pak Nur Arifin dan kawan-kawan sudah berangkat lebih dulu ke Arab Saudi, pada tanggal 19 Oktober 2015 yang lalu untuk tugas melakukan persamaan persepsi tentang perubahan-perubahan struktur organisasi Kementerian Agama, terutama di Kantor Urusan Haji (KUH) dan juga peluang untuk membuat Atase Agama  di Arab Saudi untuk dibicarakan kemudian dengan Kementerian Luar Negeri. Tahun ini aka nada prubahan mendasar tentang Struktur Organisasi Kemenag, terutama akan dimunculkannya Direktorat Pelayanan Umrah.

Selain itu juga saya minta untuk melakukan review regulasi tentang Organisasi Perwakilan RI di Luar Negeri terutama berkaitan dengan layanan teknis Kementerian teknis di Luar Negeri, seperti layanan pernikahan, haji dan umarah. Selain itu juga untuk mereview tentang PMA yang berkaitan dengan Kantor Misi Haji Indonesia di Arab Saudi.

Sementara itu, Pak Syafrizal juga saya minta untuk melakukan inventarisasi barang milik Haji di KUH di Arab Saudi. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa tahun depan, sudah akan hadir Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sesuai dengan amanat Undang-Undang PKH. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan kekayaan apa saja yang dimiliki oleh KUH Arab Saudi, sehingga ke depan akan dipastikan keberadaan data tentang barang-barang inventaris yang dimiliki KUH.

Selain itu juga saya minta untuk mendiskusikan tentang pengadaan barang dan jasa Kemenag di luar negeri. Sebagaimana diketahui bahwa di dalam pelaksanaan haji tentu ada banyak pengadaan barang dan jasa yang harus dilelang. Misalnya tentang catering, pemondokan, transportasi dan sebagainya. Kepala Biro Umum, selaku bagian dari pengadaan barang dan jasa tentu berkepentingan untuk memberikan penjelasan tentang regulasi-regulasi yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa.

Saya dan tim lalu menginap di Wisma Haji Indonesia di Jeddah untuk istirahat. Besuk pagi kira-kira jam 07.00 Waktu Arab Saudi saya dan tim harus ke Madinah dalam kerangka melepas jamaah haji kolter terakhir. Tentu kami berbicara panjang lebar dengan tim Haji di Jeddah terkait dengan banyak hal. Tentang meusibah Mina ytentu menjadi topic yang masih hangat untuk dibicarakan. Saya memperoleh gambaran tentang bagaimana musibah Mina itu terjadi. Menurut mereka bahwa penyebab utama terjadinya musibah Mina adalah karena ketidakpatuhan para jamaah haji untuk mengikuti petunjuk agar tidak melakukan tanazul dan mencari waktu afdhal.

Banyaknya jamaah haji Indonesia yang memaksa diri untuk memperoleh waktu afdhallah yang sesungguhnya menjadi penyebabnya. Terlepas bahwa semua adalah kepastian Allah yang tidak bisa dielakkan, akan tetapi tentu ada penyebab sekecil apapun yang menjadi biang masalahnya.

Ke depan, harus ada kekuatan pemerintah untuk  menegaskan mengenai tanggungjawab mutlak dari jamaah atau kepala rombongan yang akan melakukan tanazul dan mencari waktu afdhal, sehingga pemerintah tidak terus dihadapkan pada masalah kurangnya tanggungjawab. Memang harus diakui bahwa masih ada sebagian kecil organisasi-organisasi Islam yang memiliki KBIH dan membolehkan untuk melakukan tanazul dan mencari waktu afdhal tersebut.

Sebagaimana biasanya, maka jika ada tamu lalu diajak makan. Jadi saya dan seluruh tim makan malam kira-kira jam 12.00 malam WIB atau kira-kira jam 09.00 malam waktu Arab Saudi. Di sela-sela makan malam dan sesudahnya, kita masih mendiskusikan banyak hal, misalnya tentang pengadaan barang dan jasa serta pengalaman untuk menjual asset KUHI. Pengalaman yang tentu perlu untuk didiskusikan dari sisi legal formalnya.

Barang-barang inventaris ini memang perlu ditata administrasinya. Dahulu barang-barang ini dibeli dengan menggunakan uang haji sebagaimana asset-aset haji lainnya. Di Indonesia juga terdapat beberapa asset haji yang sekarang sedang diselesaikan pengurusan administrasinya. Ada rumah, kantor, mobil dan sebagainya yang memang perlu ditata administrasinya. Bahkan juga tidak jarang terjadi sengketa dan masuk di pengadilan.

Untuk kepentingan ini, maka saya sudah menerbitkan SK tentang Pengurusan dan Penyelesaian Aset Milik Haji, yang jika sudah diselesaikan tentu akan dimasukkan ke dalam asset Kemenag. Memang harus ada upaya untuk menyelesaikan semua asset haji agar ke depan, persoalan asset tidak lagi menjadi kendala untuk memperoleh penilaian BPK dalam laporan keuangan Kemenag. Perlahan tetapi pasti bahwa urusan asset ini sudah dilakukan dan itulah sebabnya Kemenag telah memperoleh penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama empat tahun berturut.

Pembicaraan pun harus dihentikan sebab jam sudah menunjukkan pukul 01.30 WIB atau jam 9.30 Malam Waktu Arab Saudi. Karena perbedaan jam ini maka tidur pun sedikit terganggu. Ya Allah berikan kekuatan fisik dan spiritual untuk melaksanakan tugas ini.

Wallahu a’lam bi asshawab.