AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (5)
AKHIRNYA KE ARAB SAUDI (5)
Selain melepas jamaah haji Indonesia kloter terakhir, maka saya juga menghadiri acara tasyakuran yang dilakukan oleh Tim Kesehatan Haji Indonesia di Pusat Kesehatan Haji Indonesia di Madinah. Rasanya bertepatan saja acara ini diselenggarakan kala saya berada di Madinah. Datang hampir seluruh anggota Tim Kesehatan haji Indonesia di lantai atas gedung PKHI. Acara ini memang digelar di ruang terbuka lantai atas PKHI dimaksud.
Hadir pula pada acara ini, Ketua PPIH Dr. Ahmad Dumyati, dan Sekretaris PPIH, Burhan Hanif serta segenap timnya, Kadaker Madinah, Dr. Nasrullah Jasam, dan segenap timnya, Kabiro Umum, Pak Syafrizal dan Kabiro Ortala, Pak Nur Arifin, Pak Afrizal dan Lukman serta Farid dan juga para pejabat Kementerian Agama yang sedang tugas di Arab Saudi, Pak Khorizi, Pak Ali Rahmat dan timnya serta Pak Mawardi dan segenap tim kesehatan haji. Acara ini diselenggarakan kira-kira jam 09,00 malam WSA.
Ada tiga hal yang saya sampaikan di dalam forum tasyakuran ini. Pertama, ucapan terima kasih dan apresiasi atas kerja keras tim kesehatan dan juga PPIH lainnya yang sudah bekerja secara maksimal untuk kesuksesan penyelenggaraan ibadah haji. Berkat kerja keras itu maka penyeenggaraan ibadah haji Indonesia memperoleh apresiasi dan penilaian yang sangat memadai.
Tim kesehatan Haji Indonesia bahkan memperoleh penilaian yang maksial dari Badan Pusat Statisitik (BPS) dengan nilai di atas 90 persen. Jadi upaya yang dilakukan oleh Tim Kesehatan haji Indonesia sudah sangat maksimal. Dengan angka itu maka pelayanan Tim Kesehatan Haji kita sudah sangat memuaskan. Kita semua harus bersyukur atas capaian yang baik ini.
Kedua, penyelenggaraan ibadah haji ini memang selalu ada kendalanya. Tahun lalu, misalnya sudah diupayakan tentang perbaikan pemondokan, ternyata masih ada beberapa jamaah haji kita yang ditempatkan di luar markaziyah. Pemerintah Indonesia (baca Kementerian Agama) melalui Ditjen PHU sudah maksimal berupaya agar catatan yang masih belum maksimal, seperti pemondokan, catering dan transprtasi diupayakan makin baik, ternyata juga masih ada kendala lainnya.
Tahun ini sudah kita jadikan momentum perbaikan pelayanan jamaah haji, akan tetapi ternyata justru terjadi keterlambatan visa, yang jumlahnya cukup banyak 6.530-an pada saat kloter awal berangkat ke Madinah. Demikian pula transportasi yang juga masih terkendala, karena busnya mogok dan sebagainya.
Akan tetapi sesungguhnya problem visa bukan hanya dimiliki oleh Jamaah Haji Indonesia.berdasarkan pertemuan di MABIMS Brunei Darussalam, bahwa Malaysia, Brunei Darussalam an juga Singapura juga mengalami kendala yang sama. Malaysia yang hanya mengirim kira-kira 23.000 jamaah haji, Singapura mengirim 640 haji dan Brunei mengirim 400 jamaah haji juga terkendala visa ini. E-Hajj yang diberlakukan tahun ini memang belum kompatibel dengan IT di negara-negara pengirim jamaah haji.
Oleh katena itu direkmendasikan agar Menteri Agama baik endiri-sendiri atau secara berjamaah dapat mengirimkan rekomendasi agar pelaksanaan E-Hajj dapat lebih disederhanakan. Semua bersepakat untuk melakukan hal yang sama tentang implementasi E-Hajj ini.
Ketiga, saya berharap mudah-mudahan hasil evaaluasi haji kita tahun ini akan lebih baik. Sebagaimana yang saya dengar di dalam Rapat Kerja (Raker) Menteri Agama dengan Komisi VIII DPR RI, maka banyak ungkapan apresiasi dari anggota Komisi VII tentang penyelenggaraan haji Indonesia. Semoga bukan sebuah basa-basi.
Melihat perkembangan penyelenggaraan haji, maka hanya tinggal satu saja yangmsih problematic, yaitu mengenai transportasi. Kualitas bus yang disewa oleh pemerintah Indonesia memang bukan bus yang berkualitas baik. Hal ini terkait dengan anggaran penyewaan bus yang tidak mencukupi.
Langkah cepat dilakukan oleh petugas Haji Indonesia untuk membenahi problem transportasi ini. Anggaran terkait dengan sewa bus kemudian bisa dtanggulangi. Makanya dilakukan upgrade bus yang kondisinya memang memerlukan perbaikan. Melalui langkah ini, maka persoala bus bisa diselesaikan.
Menganai catering dan pemondokan saya kir sudah n the track. Sesuai dengan pengamatan Pak Syafrizal (Karo Umum) dalam check on the spot, maka diketahui bahwa seluruh tempat pemondokan sudah sangat baik. Bintang tiga dan empat. Berdasarkan checking yang dilakukan terhadap pemondokan di Mekkah, maka dapat dinyatakan bahwa pemondokan sudah tuntas.
Catering sejauh yang saya tahu juga beres. Berdasarkan laporan tim koordinatif catering bahwa jamaah haji merasakan manfaat yang sangat mendasar tentang pemberian catering di Makkah meskipun hanya satu kali saja. Ke depan mereka menginginkan agar ada penambahan jatah makan di Mekkah tersebut.
Yang problematic dan tidak terduga adalah mengenai pengurusan visa. Ada keterlambatan pengurusan visa sampai saat pemberangkatan kloter awal. Namun demikian melalui kerja keras, maka tidak ada kegagalan berngkat haji karena visa. Yang ada hanya ketertundaan.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan empiris seperti ini, maka saya yakin bahwa penilaian mandiri tentang pelayanan haji kita makin baik.
Wallahu a’lam bi al shawab.