• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENINGKATKAN KINERJA MELALUI SPIRITUAL INTELLIGENT (2)

MENINGKATKAN KINERJA MELALUI SPIRITUAL INTELLIGENT (2)
Sebagai upaya untuk mengoptimalkan potensi spiritualitas di dalam proses kerja, maka yang diharapkan ialah terjadinya perubahan pada diri individu untuk mengembangkan etos kerjanya secara lebih baik. Inteligensi spiritual akan dapat menjadikan dunia kerja lebih baik dan produktif.
Bekerja produktif tentu harus didukung oleh lingkungan kerja yang memungkinkan potensi itu menjadi actual. Di dalam konteks itu, peran kepemimpinan juga sangat penting. Tanpa suasana kepemimpinan yang kondusif, maka sulit akan terjadi lingkungan kerja yang memadai. Artinya, bahwa hubungan antara pimpinan dan staf tentu juga harus didasari oleh relasi yang simbiosis mutualisme.
Setiap pemimpin memang memiliki caranya sendiri. Ada yang memiliki corak kepemimpinan berbasis kewibawaan, ada yang berbasis kesetaraan, ada yang berbasis pada kebersamaan, ada yang berbasis perkawanan dan sebagainya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Semua bisa dilakukan dengan cara dan strategi kepemimpinannya.
Pada waktu saya menjadi Pembantu Rektor di bidang administrasi umum, pada suatu pagi datanglah staf saya yang saya tahu dia pekerja yang baik. Namanya Mahfudz. Dia dulu yang mengetik skripsi saya di program Strata satu. Di pagi itu, dia menyatakan sakit dan harus berobat ke dokter. Dia bermaksud pinjam uang kepada saya. Dia menyatakan biaya pengobatannya kira-kira Rp900.000,-. Dia saya beri uang sebesar Rp1.000.000,-. Dengan uang itu dia berobat ke dokter dan kemudian sembuh. Pada suatu kesempatan dia datang lagi untuk mengembalikan uangnya, dan saya nyatakan bahwa uang yang dulu memang saya berikan untuk berobat dan tidak perlu dikembalikan. Saya nyatakan: “melihat sampeyan sembuh dan bisa bekerja kembali saja saya sudah sangat senang”. Maka dia menyatakan terima kasihnya yang sangat tinggi, bahkan ketika akan keluar ruang saya, dia mau mencium tangan saya. Bisa dibayangkan bahwa uang Rp1.000.000,- bisa membuat orang senang, sembuh dari penyakitnya dan kembali bekerja. Dia menjadi sehat dan kembali bekerja keras. Jadi ada kalanya uluran tangan kita itu memberikan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi orang lain. Perasaan empathy yang menghasilkan tindakan menolong orang lain.
Perasaan empathy itu muncul dari kesadaran yang mendalam bahwa orang baik yang sampai harus menyatakan hutang tentu karena keterpaksaan yang sangat mendasar. Dia akan menyatakan akan berhutang jika tidak disebabkan oleh situasi yang sangat mengharuskannya seperti itu. Bagi saya memberikannya tentu tidak sembarangan. Saya tahu siapa dia dan apa yang dia kerjakan selama ini. basis pengetahuan tentang seseorang akan menjadi referensi utama di dalam tindakan empathy dimaksud.
Keikhlasan saya kira merupakan bagian penting dari spiritual intelligent. Keikhlasan adalah fondasi di dalam melakukan sesuatu. Bekerja seharusnya dijadikan sebagai lahan pengabdian. Jika bekerja dianggap sebagai pengabdian, maka dasar pengabdian adalah keikhlasan. Orang yang sukses di dalam bekerja ditentukan pada seberapa besar dia melakukannya atas dasar rasa pengabdian kepada bangsanya. Dia bekerja untuk memberikan pelayanan kepada masyarakatnya.
Pak Menteri Agama menyatakan bahwa bekerja yang baik bukan disebabkan oleh jabatan, tetapi bekerja yang baik didasarkan atas pengabdian. Jika bekerja diukur dari sisi jabatan maka ketika jabatan itu kurang cocok bagi dirinya, maka dia akan malas bekerja, akan tetapi jika bekerja untuk pengabdian, maka apapun pekerjaannya, tentu dia akan bekerja keras. Oleh karena itu, jadikan kerja sebagai lahan pengabdian.
Satu di antara tindakan yang sulit dilakukan memang ikhlas ini. itulah sebabnya, keikhlasan menjadi fondasi dari semua aktivitas yang kita lakukan. Ikhlas bekerja, ikhlas mengemban amanah, ikhlas harta, ikhlas menerima takdir dan ketentuan Tuhan, dan sebagainya. Ikhlas itu lebih dari sekedar kerelaan. Keikhlasan rasanya tidak hanya berdimensi duniawi, keikhlasan itu berdimensi duniawi dan ukhrawi. Ikhlas memiliki dan ikhlas tidak memiliki. Ikhlas memiliki sangat mudah dilakukan akan tetapi ikhlas tidak memiliki adalah tindakan yang sangat sulit dilakukan. Post power syndrome adalah contoh riil tentang sikap manusia menghadapi keikhlasan.
Keikhlasan terkadang tidak berkorelasi dengan kecerdasan intelektual. Banyak orang pintar sekelas professor yang juga mengalami hal ini. keikhlasan hanya berkorelasi dengan kecerdasan spiritual. Bahkan orang yang memiliki kecerdasan emosional dan sosial juga belum tentu berkorelasi dengan kecerdasan spiritual. Namun demikian, orang yang telah memasuki emotional intelligent dan social intelligent akan jauh lebih mudah memasuki spiritual intelligent.
Jadi, jika ditanyakan apa basis mendasar dari eksistensi spiritual intelligent, maka jawabannya adalah keikhlasan. Jika orang sudah memasuki tahapan ini, maka dia akan bisa memandang dunia ini dengan jernih, tanpa prasangka jelek dan tanpa kepentingan berlebihan pada dirinya. Karena titik akhir dari pandangan, sikap dan perilakunya hanya didasarkan atas ketentuan Tuhan, takdir Allah swt., yang pasti berlaku untuk semuanya.
Wallahu a’lam bi alshawab.

MENINGKATKAN KINERJA MELALUI SPIRITUAL INTELLIGENT (1)

MENINGKATKAN KINERJA MELALUI SPIRITUAL INTELLIGENT (1)
Satu hal yang menurut saya sangat penting di dalam membangun fondasi kinerja tinggi ialah yang saya sebut sebagai kinerja berbasis spiritual intelligent. Yang saya maksudkan dengan spiritual intelligent ialah kekuatan energy berbasis pada nilai spiritual yang berpedoman pada ajaran agama atau nilai ketuhanan.
Ada tiga hal penting terkait dengan definisi ini, yaitu: pertama terkait dengan energy ialah kekuatan untuk memenuhi kebutuhan integrative manusia melalui aktualisasi nilai-nilai ketuhanan di dalam dirinya. Sebagaimana diketahui bahwa setiap manusia memiliki kemampuan berketuhanan yang akan terus hidup meskipun yang bersangkutan berada di tempat yang jauh dari nilai ketuhanan itu. Setiap manusia memiliki energy ketuhanan yang tumbuh seirama dengan pertumbuhan intelektualitas, dan emosionalitasnya. Ada yang bisa menjadi actual dan ada juga yang tidak sama sekali menjadi actual. Semua tentu sangat tergantung pada dinamika kehidupan yang bersangkutan.
Di dalam kenyataan aktualisasi potensi spiritual bahwa ada yang menjadi tokoh spiritual hebat, sementara itu juga ada yang tetap menjadi penjahat. Ada yang menjadi insyaf dari kejahatannya, sementara itu juga ada yang terus berada di dalam kubangan kejahatannya. Di dalam dunia agama disebut ada factor hidayah yang menjadi penyebabnya. Hidayah merupakan pemberian Tuhan kepada manusia, untuk menjalani kehidupannnya, baik dalam hubungannya dengan relasi antar manusia manupun Tuhan itu sendiri.
Di dalam sejarah Islam, misalnya diketahui ada individu sebagaimana Khalifah Umar ibn Khattab yang memperoleh hidayah setelah terjadi pergulatan antara menolak dan menerima ajaran agama Islam melalui Nabi Muhammad saw., sementara itu ada Abu Jahal dan Abu Lahab yang terus di dalam kubangan penolakan terhadap kebenaran ajaran agama Islam. Mereka ini terus memusuhi Nabi Muhammad saw sampai akhir hayatnya. Sedangkan Umar Ibn Khattab justru menjadi pembela Islam yang gagah berani untuk menyebarkan ajaran Islam.
Kedua, basis spiritualitas yang sesungguhnya juga hidup bersama manusia. Semua manusia dikaruniai kepemilikan nilai spiritualitas itu. Hampir tidak dijumpai manusia yang tidak memilikinya. Akan tetapi potensi spiritual tersebut bisa menjadi actual atau tidak tentu tergantung pada banyak hal. Orang-orang Komunis yang menyatakan anti Tuhan atau atheis sekalipun dalam suatu keadaan tertentu akan merasakan kebutuhan akan ketuhanan itu. Di kala hidup dalam keheningan, maka akan datang perasaan yang membedakan dengan perasaan kemanusiaan pada umumnya, yang menyelinap memasuki relung-relung batinnya dan membawanya kepada perasaan khusus, dan hal itu akan membawanya kepada suatu keadaan akan pengakuan adanya kekuatan lain di luar dirinya dan alam duniawinya. Dan itulah alam Lahut yang tidak bisa diingkarinya.
Di kala manusia sedang berada di dalam suasana yang tidak menentu, misalnya akan mengalami kecelakaan, maka yang pertama teringat adalah kekuatan adikodrati yang menguasai seluruh kejadian yang akan terjadi. Di dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh ahli psikhologi agama, maka dapat diketahui bahwa di dalam peperangan pada saat peluru berdesing di atas kepada, maka yang disebutnya ialah Tuhan. Apapun Tuhannya itu. Maka seringkali Tuhan hadir di saat-saat manusia berada di dalam situasi yang mencekam, menakutkan atau ketidaknyamanan.
Nilai spiritualitas merupakan milik khusus manusia di dunia ini. Tidak ada satu makhluk hidup yang diberikan Tuhan dengan kepemilikan nilai spiritualitas tersebut. Binatang hanya memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya saja. Makan, minum, hasrat seksual, berteduh di saat hujan atau panas, dan kebutuhan fisik lainnya. Binatang hanya memiliki logika ya atau tidak. Logika dasar yang memang diberikan Tuhan kepada seluruh makhluknya yang hidup di dunia ini.
Manusia dengan kepemilikan spiritualitas itu, maka menjadikannya sebagai makhluk yang sangat lengkap. Manusia bisa menjadi makhluk yang sangat rasional tetapi berinteligensia sosial dan sekaligus juga menjadi makhluk spiritual yang berinteligensi ketuhanan. Saya bahkan menyebutnya bahwa manusia memiliki spirit ketuhanan di dalam dirinya. Manusia memiliki dua potensi sekaligus, yaitu potensi nasut atau kemanusiaan dan potensi lahut atau ketuhanan.
Dari sisi penciptaan, maka manusia agar bisa hidup di dunia ini, maka harus ditiupkan roh oleh Allah, yang di dalam bahasa agama disebut “fayanfuhu fihir ruh” yang artinya, maka “lalu aku tiupkan ruh di dalam dirinya”. Maka manusia, sekali lagi memiliki potensi ketuhanan itu. Pada binatang lainnya tidak didapatkan substansi ketuhanan di dalam dirinya.
Ketiga, aktualisasi nilai-nilai ketuhanan di dalam berkarya. Manusia dengan kemampuan spiritualnya, tentu akan memiliki potensi untuk mengaktualkan kerja berbasis pada nilai spiritualitasnya. Menusia bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik atau biologisnya semata, akan tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sosial dan integratifnya. Jika manusia hanya bertujuan memenuhi kebutuhan fisiknya maka ukurannya tentu kekenyangan perut, terpenuhinya kebutuhan seksualitas, kebutuhan papan dan pakaiannya, akan tetapi manusia jauh lebih bisa mengejar kebutuhan sosialnya, yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, agar semua manusia senang dan puas atas pelayanannya, namun juga kebutuhan spiritualitas yang terkait dengan kepuasan dalam menyenangkan Tuhannya. Jika Allah meridhoinya, maka dipastikan bahwa hidupnya akan lebih tenang dan bahagia.
Jadi bekerja bagi manusia bukan hanya tuntutan akan pemenuhan kebutuhan fisik belaka, akan tetapi juga pemenuhan kebutuhan kemanusiaan dan kebutuhan spiritualitas sekaligus. Inilah keunikan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki kelebihan di atas makhluk Tuhan lainnya di dunia. Dan dengan bekal tiga intelegensi tersebut, maka manusia berpeluang menjadi insan kamil atau manusia sempurna karena pengabdiannya untuk dirinya, masyarakatnya dan Tuhannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.

PESANTREN DALAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

PESANTREN DALAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
Saya memperoleh kesempatan berharga ketika diminta Pak Menteri Agama, Pak Lukman Hakim Saifuddin, untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, 18/03/2017. Acara launching dan diskusi public terkait dengan bagaimana meningkatkan peran pesantren dalam pembangunan bangsa ini dihadiri oleh banyak kalangan.
Hadir di dalam acara ini adalah seluruh Dewan Penasehat, Pimpinan Harian dan juga para Kyai dan Pemangku Pesantren dari seluruh Indonesia. Di antara yang hadir adalah Kyai Shalahuddin Wahid, Kyai Mahfudz Saubari, Kyai Abdus Shamad, KH. Sholeh Qasim, KH. Azis Masyhuri, Kyai Muzammil Basuni, Prof. Kyai Amal Fathullah (nara sumber), Kyai Mohammad Taufiq, Dr. Bahrul Hayat, Dr. Marzuki Ali, Dr. Muliawan Haddad (nara sumber), Dr. Ananta Kusuma (nara sumber), Prof. Ahmad Zahro, Heppy Trenggono, dan sejumlah kyai lain yang tidak bisa saya sebutkan. Kira-kira ada sebanyak 300 orang santri, kyai dan juga ulama dari berbagai daerah di Indonesia.
Saya merasa senang bisa hadir di Pesantren Tebuireng ini, sebab tentu banyak kolega saya di masa lalu dalam kapasitas sebagai dosen di Institut Keislaman Hasyim Asyari (IKAHA) dan sekarang menjadi Universitas Hasyim Asyari. Tentu cukup lama saya mengajar di Perguruan Tinggi Islam (IKAHA). Semenjak tahun 1987 sampai tahun 1996. Dan rasanya cukup lama saya tidak lagi menginjakkan kaki saya di Pesantren Tebuireng. Semenjak saya menjadi Sekretaris Kopertais Wil. IV dan terus menjadi Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, lalu menjadi Rector dan terus ke Jakarta, membantu Pak Menteri Agama sebagai Dirjen Pendis dan Sekjen Kemenag hanya beberapa kali saja saya sempat hadir di Pesantren Tebuireng.
Di dalam kesempatan presentasi, saya sampaikan dua hal penting, yaitu: pertama, tentang tantangan pesantren. Saya melihat bahwa tantangan pesantren sekarang ialah untuk menghasilkan kader ulama. Harus diakui bahwa para kyai sepuh makin banyak yang meninggalkan kita semua. Hari Kamis yang lalu, Kyai Hasyim Muzadi wafat dan meninggalkan kita semua. Untuk menggantikan Beliau tentu tidak semudah membalik tangan. Makanya, pesantren diharapkan akan dapat menjadi ajang bagi penyemaian bibit-bibit ulama. Di pesantrenlah kita berharap bahwa ke depan akan muncul kyai-kyai sebagai garda depan Islam yang moderat, Islam yang memberikan rahmat bagi semuanya.
Selain itu, kita juga melihat tantangan kekerasan pendidikan di Indonesia. Ada banyak informasi tentang kekerasan yang dilakukan oleh anak didik kita. Pendidikan yang seharusnya menjadi ajang untuk belajar justru dijadikan sebagai tempat kekerasan. Makanya, Kyai Hasyim menyatakan bahwa pendidikan kita tanpa karakter dan politik kita tanpa etika. Di tengah kekerasan pendidikan tersebut, tentu semua berharap dan akan menjadikan pesantren sebagai tempat yang nyaman dan aman untuk belajar. Diharapkan bahwa pendidikan pesantren akan memberikan solusi yang memadai sebagai tempat pendidikan. Para orang tua akan merasakan ketenteraman di kala mengirimkan anak-anaknya di pesantren.
Kemudian tantangan yang tidak kalah penting adalah kewirausahaan pesantren. Untuk hal ini tentu Pak Muliaman Haddad yang akan menyampaikannya, akan tetapi ke depan tentu kita akan mengharapkan bahwa pesantren akan menjadi lembaga pendidikan agama sekaligus juga institusi pendidikan kewirausahaan. Ada pesantrennya Kyai Mahfudz dengan kewirausahaannya, ada pesantren Sidogiri dengan koperasinya dan sebagainya.
Kedua, pesantren harus menjadi lembaga pendidikan dengan kualitas karakter yang ekselen. Di dalam pendidikan karakter bangsa, maka pesantren harus menjadi lembaga pendidikan yang akan mengantarkan anak Indonesia meraih masa depannya dengan gemilang. Harus diingat bahwa tahun 2045 adalah tahun keberhasilan Indonesia dan hal itu sangat tergantung dari kualitas pendidikan sekarang. Kita semua berharap bahwa pesantren akan memiliki peran strategis bagi kemajuan bangsa pada tahun Emas Kemerdekaan Indonesia tersebut. Makanya dibutuhkan penguatan pendidikan berbasis teks-teks Islam. Para santri harus tetap berada di dalam jalur tafaqquh fiddin. Jika dewasa ini ada banyak upaya untuk mendegradasi teks-teks klasik dengan upaya pemalsuan, maka pesantren harus menjadi penyangga keaslian teks-teks klasik tersebut dengan mempelajarinya secara sungguh-sungguh.
Penting juga dicermati ialah regulasi yang mengatur tentang pendidikan madrasah yang mengamanatkan madrasah akademis, madrasah kejuruan dan madrasah pendidikan khusus keagamaan. Melalui regulasi ini maka pesantren dapat mengambil peran strategis untuk mendidik anak-anak Indonesia yang ahli ilmu agama, selain juga ahli ilmu lainnya. Tidak kalah menarik juga pendidikan tinggi seperti Ma’had Ali yang telah memperoleh pengabsahan melalui UU No 12, tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Melalui pengakuan ini, maka Ma’had Ali memiliki kesetaraan dengan pendidikan tinggi lainnya. Melalui wadah-wadah seperti ini, maka akan tampak peran pesantren sebagai penyangga Islam yang wasathiyah, atau Islam Nusantara Berkemajuan.
Pesantren juga diharapkan dapat menjadi penyangga bagi keindonesiaan kita. Semua berharap bahwa pesantren dapat menjadi pusat bagi pengembangan pendidikan berbasis pada Keislaman, Kemoderenan dan Keindonesiaan. Pesantren akan dapat memerankan peran yang sangat strategis untuk membangun Indonesia yang modern dan berkeislaman yang baik. Makanya, pesantren harus menjadi pusat pendidikan Cinta Tanah Air. Para santri harus belajar membela negara atau Santri Bela Negara. Pesantren juga harus menjadi Pusat Pendidikan Karakter Bangsa. Melalui peran-peran strategis seperti ini, maka pesantren bukan pendidikan alternative di Indonesia, akan tetapi menjadi sentral pendidikan di Indonesia.
Sebagai tambahan, bahwa yang bisa mengajarkan pendidikan dengan basis Rational intelligent, Emotional Intelligent, Social Intelligent dan Spiritual Intelligent itu hanya pesantren. Sistem pendidikan lainnya tidak bisa menyentuh empat basis intelligent itu. Makanya, pesantren akan bisa memainkan peran strategis penting di era yang akan datang.
Melalui seminar ini semoga dapat menghasilkan rekomendasi penting bagi kemajuan pesantren yang juga berarti kemajuan bangsa dan negara serta Islam Indonesia sekaranga dan yang akan datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.

PAK JOKOWI: GUNAKAN DANA HAJI YANG MEMBERI MANFAAT

PAK JOKOWI: GUNAKAN DANA HAJI YANG MEMBERI MANFAAT
Saya tentu merasakan kegembiraan pada waktu bertemu Presiden RI, Bapak Joko Widodo. Senin, 13/03/2017 Kami menyampaikan laporan hasil seleksi calon anggota Badan Pelaksana dan Calon Dewan Pengawas BPKH. Panitia Seleksi (Pansel) yang terdiri dari Dr. Mulia E. Haddad, Dr. Yunus Hussein, Prof. Nur Syam, Prof. Dien Syamsuddin, Prof. Nasaruddin Umar, Dr. Zainul Baharnoor, Dr. Halim Alamsyah, serta tim secretariat, Ahmadi dan Yanuar bertemu dengan Presiden yang ditemani oleh Menteri Agama, Pak Lukman Hakim Saifuddin, dan Mensesneg, Pak Pratikno.
Saya sebenarnya sudah pernah berada di dalam satu acara dengan Pak Jokowi –saat itu Beliau menjadi Gubernur DKI Jakarta—pada acara peringatan Hari Guru yang dilakukan di Monumen Nasional. Saya lupa kapan saat pertemuan itu. Tetapi yang jelas saya masih memajang foto saya bersama Pak Jokowi di rumah. Saat itu beliau tidak memberikan sambutan dan hanya datang dan kemudian pergi untuk mengikuti acara lainnya. Saya masih menyimpan foto-foto saya dengan petinggi negara, misalnya dengan Pak Sudarmono, waktu itu Beliau sebagai Wakil Presiden, demikian pula foto saya dengan Pak SBY. Justru dengan Gus Dur dan Bu Megawati saya tidak memiliki foto khusus.
Sebagaimana biasanya, maka pengamanan untuk memasuki Istana Presiden tentu sangatlah ketat. Mulai dari awal sampai masuk ke ruang dikawal dan diperiksa dengan pengamanan yang memadai. Tidak seorangpun diperkenankan membawa HP atau alat eklektronik lainnya. Semua harus dititipkan di tempat yang sudah disediakan. Ada dua kali pemeriksaan barang-barang yang dibawa, yaitu di pintu masuk pertama dan pintu masuk dekat ruang pertemuan.
Saya tentu sudah sangat sering datang untuk mengikuti acara-acara di Istana Negara, misalnya acara keagamaan atau acara pemerintahan. Bisa dua tiga kali dalam setahun untuk mengikuti acara di sini. Tetapi acara penyerahan hasil seleksi calon anggota Badan Pelaksana dan Dewan Pengawas menjadi istimewa sebab berhadapan langsung dengan Presiden. Orang nomor satu di negeri ini. dan sebagaimana lazimnya maka kami semua juga berfoto dengan Pak Presiden.
Sebagai Ketua Pansel, Pak Mulya E. Siregar lalu menyampaikan laporan kepada Pak Presiden tentang proses rekruitmen dan waktu yang digunakan untuk seleksi. Dimulai pada bulan Nopember 2016 dan baru dapat diselesaikan awal bulan Maret 2017. Disampaikan kepada Pak Presiden tentang nama-nama yang lolos sampai tahap akhir, yaitu sebanyak 14 orang calon anggota Badan Pelaksana dan sebanyak 10 orang untuk calon Dewan Pengawas BPKH. Dari sebanyak 14 orang itu, Pak Presiden memiliki kewenangan untuk memilih sebanyak tujuh orang dan untuk calon anggota Dewan Pengawas akan dipilih oleh DPR melalui fit and proper test.
Acara ini diawali dengan pengantar Pak Menteri Agama, lalu laporan Ketua Pansel dan terakhir arahan Pak Presiden. Di dalam sambutannya, Pak Jokowi menyatakan bahwa “kehadiran BPKH sudah sangat dinantikan. Bahkan beliau semenjak dua tahun lalu sudah memberikan arahan agar segera dibentuk BPKH untuk mengelola keuangan haji. Sudah ada undang-undangnya dan juga peluang untuk mengisi struktur organisasinya.”
Beliau menegaskan: “BPKH tentu sangat strategis untuk mengembangkan keuangan haji. Jangan hanya disimpan di Surat Berharga Sukuk Negara (SBSN), Surat Utang Negara (SUN) dan deposito berjangka. Jika hanya melalui system ini, maka pertumbuhan keuangan haji akan lambat. Manfaatnya kurang optimal. Ke depan, dana haji akan dapat diinvestasikan kepada yang lebih optimal nilai manfaatnya.” Lebih lanjut Beliau menegaskan bahwa “sebaiknya dana haji tersebut diinvestasikan kepada proyek-proyek infrastruktur yang sudah jelas keuntungannya. Jangan untuk proyek yang baru yang belum jelas keuntungannya. Misalnya dapat diinvestasikan pada pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara dan juga infrastruktur lainnya yang sudah jelas pertambahan nilai manfaatnya. Tabung Haji Malaysia sudah menginvestasikan dananya untuk pengembangan infrastruktur. Bahkan sekarang juga merambah ke investasi perkebunan sawit. Hanya saja perkebunan sawit ini sangat fluktuatif nilai manfaatnya.”
Mengakhiri acara ini, pansel menegaskan bahwa Pak Presiden memiliki waktu selama sepuluh hari untuk menyerahkan calon anggota Dewan Pengawas BPKH ke Komisi VIII DPR RI, dan kemudian dari hasil fit and proper test DPR tersebut akan diterbitkan keputusannya secara bersama-sama dengan anggota Badan Pelaksana BPKH oleh Pak Presiden.
Pada sessi press release dengan awak media, saya sampaikan bahwa anggota Badan pelaksana dan Dewan Pengawas BPKH akan melakukan banyak hal pasca terpilih, misalnya merumuskan regulasi yang mengatur tentang business process di dalamnya, mengisi jabatan-jabatan yang dimungkinan di dalam BPKH, dan juga merumuskan program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang BPKH. Oleh karena itu, BPKH ini kira-kira akan efektif bekerja pada bulan Agustus atau September 2017.
Pada akhirnya, Prof. Dien Syamsudin menyatakan bahwa upaya Panitia Seleksi untuk menghasilkan calon anggota Badan pelaksana dan Dewan Pengawas ini sudah dilakukan dengan sangat independen, transparan dan akuntabel. Beliau menyatakan testimoninya, bahwa Panitia Seleksi ini sungguh bekerja berdasarkan regulasi dan etika yang sangat tinggi, sehingga hasilnya tentu diharapkan BPKH akan diisi oleh orang-orang yang berintegritas, professional dan bertanggung jawab.
Wallahu a’lam bi al shawab.

IN MEMORIUM PAK KH. HASYIM MUZADI

IN MEMORIUM PAK KH. HASYIM MUZADI
Saya memperoleh berita yang mengagetkan dari Pak Ferimeldy (Kapus KUB Kementerian Agama) melalui WA yang mengabarkan tentang wafatnya KH. Hasyim Muzadi. Secara lengkap WA Pak Ferimeldy sebagai berikut: “Pak Sekjen, izin menyampaikan berita lelayu. Barusan Pak Fatah telpon mengabarkan kalau Pak Hasyim Muzadi baru saja meninggal dunia. Dmk Pak. Feri”. Saya lalu forward berita ini ke Pak Menteri dengan catatan bahwa saya belum konfirmasi ke Pak Fatah. Saya sebenarnya yakin, sebab kemarin Pak Fatah ada di Malang dan menanyakan apakah ada rencana saya ke Malang. Saya jawab kalau saya ada acara ke Mataram terkait dengan Evaluasi Kinerja Tahun 2016 dan Perancangan Program Kerukunan Beragama Tahun 2017.
Sebagaimana biasanya, maka Pak Menteri menyatakan harus konfirmasi dulu, sebab banyak berita hoax juga di sekitar sakitnya Pak Hasyim. Saya lalu kontak Pak Feri dan Pak Fatah dan memang berita itu benar adanya. Saya sampaikan informasi ini ke Pak Menteri dan Beliau berpesan agar para pejabat Kemenag menyiapkan segala sesuatu untuk upacara pemakamannya. Saya koordinasi dengan Pak Syafrizal (Kabiro Umum) agar melakukan koordinasi dengan Protokol Sekretariat Negara dan kemudian juga dengan Sekretariat Wantimpres. Akhirnya Pak Syafrizal menyatakan telah melakukan komunikasi dengan Sekretariat Wantimpres dan dinyatakan bahwa segala hal yang terkait dengan pemberangkatan jenazah dan keluarganya ditanggung oleh Sekretariat Wantimpres dan akan diberangkatkan dengan pesawat Garuda. Tetapi kemudian Pak Syafrizal mengabarkan bahwa Pak Presiden sudah memerintahkan agar Sekmil menyiapkan seluruh keberangkatan jenazah dari Malang ke Jakarta dengan Pesawat Hercules dan terus ke Pesantren Al Hikam di Depok.
Inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Hanya Tuhan saja yang tahu kapan seseorang akan dipanggilnya untuk kembali ke hadiratnya dan manusia tidak mengetahui saat –saat seperti itu. Tetapi yang menarik adalah kehadiran Pak Presiden, Pak Joko Widodo, ke Malang untuk menjenguk Pak Hasyim. Saya sebelumnya memperoleh kabar bahwa Pak Hasyim memang minta pulang untuk dirawat di rumah saja, di Pesantren Al Hikam Malang. Dan kala Pak Presiden datang menjenguknya, maka disampaikan agar seluruh perawatan yang seharusnya dilakukan di rumah sakit hendaknya dipindahkan ke rumah Beliau. Tetapi takdir menentukan lain. Pukul 06.15, Kamis, 16/03/2017 Beliau dipanggilnya dan harus segera menghadap kehadiratnya. Pak Hasyim lahir di Tuban, Jawa Timur, Hari Selasa, tanggal 8 Agustus 1944. Jadi Beliau meninggal dalam usia 73 tahun.
Pak Hasyim memang organisatoris yang jempolan. Beliau merupakan orang yang menapaki karir keorganisasian dari bawah. Mulai dari Ranting NU di Malang, lalu ke NU Wilayah Jawa Timur dan ke pentas NU nasional. Dari Ketua Ranting NU di Malang lalu menjadi Ketua PWNU Jawa Timur, lalu Ketua PBNU. Beliau menjadi Ketua Umum PBNU tahun 1999-2010. Itulah sebabnya beliau memiliki kearifan yang sangat tinggi karena berangkat dari bawah di dalam karir keorganisasiannya. Beliau menjadi Ketua PBNU menggantikan Gus Dur yang telah menorehkan sejarah emas bagi NU yaitu new-intelektualisme NU, maka KH. Hasyim Muzadi merupakan sosok yang menjadikan NU Go Internasional, melalui slogan Islam rahmatan lil alamin.
Hari ini, saya juga diwawancarai oleh SBO TV terkait dengan wafatnya Pak Hasyim dan saya ditanya kesan saya tentang Beliau. Maka saya sampaikan lima hal tentang Pak Hasyim sesuai dengan pengetahuan dan kedekatan saya dengan beliau. Pertama, saya sampaikan bahwa Pak Hasyim adalah contoh keteladanan dalam keterbukaan dan keberanian menyatakan kesalahan. Saya mengenal Beliau tentu sangat lama, ketika Beliau masih menjadi pimpinan NU di Jawa Timur. Ada sebuah peristiwa yang menurut saya sungguh-sungguh memasuki memory saya ialah ketika Beliau memberikan ceramah agama di Universitas Raden Fatah, Sidoarjo, yang didirikan oleh Pak Mushonnief Marsholy (Alm), saya dan beberapa lainnya. Sayangnya bahwa universitas ini tidak bisa bertahan lama dan akhirnya bubar. Di acara itu, Pak Hasyim menceritakan tentang ayat Qur’an yang dibacanya pada waktu ceramah sebelumnya kurang tepat. Ada kesalahan. Maka di forum umum pengajian tersebut beliau menyatakan meminta maaf dan lalu membenarkan bacaan ayat Qur’an yang dimaksud. Saya mengingatnya ketika Beliau menyatakan: “bahwa saya telah meralat bacaan Qur’an saya yang salah, dan saya mohon maaf”. Tindakan seperti ini merupakan teladan yang sangat baik. Orang berani untuk menyatakan kesalahannya di muka umum tanpa keraguan dan tidak merasa bahwa dia yang paling benar. Jarang ada orang yang berani menyatakan kesalahannya di saat yang bersangkutan berada di dalam jabatan tertentu di dalam organisasi atau lainnya.
Kedua, beliau adalah sosok yang menjadi teladan dalam pemikiran keagamaan dan pengamalan agama. Beliau adalah sosok yang sangat concern untuk membela Islam wasathiyah. Dengan jargon Islam rahmatan lil alamin, maka beliau sangat dikenal sebagai ulama yang mumpuni di dalam ilmu keislaman dan juga mumpuni dalam bidang kenegaraan dan kebangsaan. Jika perbincangan tentang Islam rahmatan lil alamin lalu menjadi trending topic baik nasional maupun internasional, maka dapat dipastikan bahwa hal tersebut adalah jasa dari Pak Hasyim.
Ketiga, Beliau adalah seorang Da’i yang sangat memahami psikhologi umat. Jika Beliau menyampaikan ajaran Islam, maka tidak dengan menggunakan kata-kata yang keras dan provokatif, akan tetapi dengan bahasa-bahasa yang lemah lembut, dengan humor-humor yang membuat suasana menjadi segar. Saya selalu ingat joke-joke Beliau di kala ceramah. Ada seorang monseigneur menanyakan mengapa para kyai berpoligami. Maka dengan enteng dijawabnya bahwa para kyai itu berpoligami karena menampung calon istri dari para Monseigneur yang tidak jadi dinikahinya. Jadi tidak dijawab dengan argumentasi yang rumit tetapi cukup dengan gurauan itu.
Keempat, beliau tidak hanya ulama tetapi juga akademisi. Sebagai bukti bahwa beliau akademisi adalah dengan dianugerahinya Doktor Honoris Causa oleh IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pada waktu IAIN Sunan Ampel dipimpin oleh Prof. Dr. HM. Ridlwan Nasir, MA dan saya sebagai Pembantu Rektor Bidang Administrasi dan Keuangan. Tentu saya ikut terlibat di dalam pemberian gelar Doktor Kehormatan ini. Meskipun acara ini merupakan acara yang sacral, akan tetapi Pak Hasyim berhasil menyulapnya menjadi acara yang santai tetapi berkualitas. Di saat membacakan pidato Ilmiyahnya, maka diselingi dengan humor-humor. Hadir juga di saat itu adalah Wakil Presiden RI, Bapak HM. Jusuf Kalla.
Kelima, beliau juga seorang negarawan. Beliau selalu hadir dengan ungkapan-ungkapannya yang bijak dan mencerahkan di saat terjadi masalah dalam kaitannya dengan keagamaan dan kebangsaan. Di saat terjadi kekisruhan wacana di dunia public, maka beliau selalu tampil untuk memberikan taushiyahnya yang menyejukkan. Di kala terjadi gonjang-ganjing politik, maka beliau yang selalu tampil dengan pernyataan-pernyataannya yang memberikan solusi cerdas. Itulah sebabnya, menurut saya Beliau adalah manusia yang komplit, tidak hanya sebagai cendekiawan tetapi juga ulama dan juga organisatoris yang hebat dan bahkan juga sebagai negarawan.
Suatu istilah yang selalu saya gunakan, misalnya “yang beda jangan disamakan dan yang sama jangan dibedakan”, atau pernyataan Beliau: “pendidikan tanpa karakter dan politik tanpa etika”. Beliau memiliki talenta hebat untuk merumuskan kata-kata yang rumit dan sulit dipahami menjadi kalimat yang simple dan mudah dipahami.
Saya kira sumbangan Beliau yang besar bagi bangsa ini adalah di kala beliau mengintrodusir Islam rahmatan lil alamin yang kemudian menjadi bahasa di dunia internasional. Melalui Beliaulah Indonesia menjadi laboratorium kerukunan umat beragama dan lewat tangan Beliau pula NU menjadi organisasi modern dan bersemangat internasional.
Saya kira bangsa Indonesia sungguh merasa kehilangan dengan kewafatan Beliau. Tetapi takdir Tuhan tentu tidak bisa dilawan oleh siapapun. Demikian juga Pak Kyai Hasyim yang hari ini telah kembali ke haribaan Allah Swt. Selamat jalan Pak Kyai, pastilah Panjenengan khusnul Khatimah.
Wallahu a’lam bi al shawab.