IN MEMORIUM PAK KH. HASYIM MUZADI
IN MEMORIUM PAK KH. HASYIM MUZADI
Saya memperoleh berita yang mengagetkan dari Pak Ferimeldy (Kapus KUB Kementerian Agama) melalui WA yang mengabarkan tentang wafatnya KH. Hasyim Muzadi. Secara lengkap WA Pak Ferimeldy sebagai berikut: “Pak Sekjen, izin menyampaikan berita lelayu. Barusan Pak Fatah telpon mengabarkan kalau Pak Hasyim Muzadi baru saja meninggal dunia. Dmk Pak. Feri”. Saya lalu forward berita ini ke Pak Menteri dengan catatan bahwa saya belum konfirmasi ke Pak Fatah. Saya sebenarnya yakin, sebab kemarin Pak Fatah ada di Malang dan menanyakan apakah ada rencana saya ke Malang. Saya jawab kalau saya ada acara ke Mataram terkait dengan Evaluasi Kinerja Tahun 2016 dan Perancangan Program Kerukunan Beragama Tahun 2017.
Sebagaimana biasanya, maka Pak Menteri menyatakan harus konfirmasi dulu, sebab banyak berita hoax juga di sekitar sakitnya Pak Hasyim. Saya lalu kontak Pak Feri dan Pak Fatah dan memang berita itu benar adanya. Saya sampaikan informasi ini ke Pak Menteri dan Beliau berpesan agar para pejabat Kemenag menyiapkan segala sesuatu untuk upacara pemakamannya. Saya koordinasi dengan Pak Syafrizal (Kabiro Umum) agar melakukan koordinasi dengan Protokol Sekretariat Negara dan kemudian juga dengan Sekretariat Wantimpres. Akhirnya Pak Syafrizal menyatakan telah melakukan komunikasi dengan Sekretariat Wantimpres dan dinyatakan bahwa segala hal yang terkait dengan pemberangkatan jenazah dan keluarganya ditanggung oleh Sekretariat Wantimpres dan akan diberangkatkan dengan pesawat Garuda. Tetapi kemudian Pak Syafrizal mengabarkan bahwa Pak Presiden sudah memerintahkan agar Sekmil menyiapkan seluruh keberangkatan jenazah dari Malang ke Jakarta dengan Pesawat Hercules dan terus ke Pesantren Al Hikam di Depok.
Inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Hanya Tuhan saja yang tahu kapan seseorang akan dipanggilnya untuk kembali ke hadiratnya dan manusia tidak mengetahui saat –saat seperti itu. Tetapi yang menarik adalah kehadiran Pak Presiden, Pak Joko Widodo, ke Malang untuk menjenguk Pak Hasyim. Saya sebelumnya memperoleh kabar bahwa Pak Hasyim memang minta pulang untuk dirawat di rumah saja, di Pesantren Al Hikam Malang. Dan kala Pak Presiden datang menjenguknya, maka disampaikan agar seluruh perawatan yang seharusnya dilakukan di rumah sakit hendaknya dipindahkan ke rumah Beliau. Tetapi takdir menentukan lain. Pukul 06.15, Kamis, 16/03/2017 Beliau dipanggilnya dan harus segera menghadap kehadiratnya. Pak Hasyim lahir di Tuban, Jawa Timur, Hari Selasa, tanggal 8 Agustus 1944. Jadi Beliau meninggal dalam usia 73 tahun.
Pak Hasyim memang organisatoris yang jempolan. Beliau merupakan orang yang menapaki karir keorganisasian dari bawah. Mulai dari Ranting NU di Malang, lalu ke NU Wilayah Jawa Timur dan ke pentas NU nasional. Dari Ketua Ranting NU di Malang lalu menjadi Ketua PWNU Jawa Timur, lalu Ketua PBNU. Beliau menjadi Ketua Umum PBNU tahun 1999-2010. Itulah sebabnya beliau memiliki kearifan yang sangat tinggi karena berangkat dari bawah di dalam karir keorganisasiannya. Beliau menjadi Ketua PBNU menggantikan Gus Dur yang telah menorehkan sejarah emas bagi NU yaitu new-intelektualisme NU, maka KH. Hasyim Muzadi merupakan sosok yang menjadikan NU Go Internasional, melalui slogan Islam rahmatan lil alamin.
Hari ini, saya juga diwawancarai oleh SBO TV terkait dengan wafatnya Pak Hasyim dan saya ditanya kesan saya tentang Beliau. Maka saya sampaikan lima hal tentang Pak Hasyim sesuai dengan pengetahuan dan kedekatan saya dengan beliau. Pertama, saya sampaikan bahwa Pak Hasyim adalah contoh keteladanan dalam keterbukaan dan keberanian menyatakan kesalahan. Saya mengenal Beliau tentu sangat lama, ketika Beliau masih menjadi pimpinan NU di Jawa Timur. Ada sebuah peristiwa yang menurut saya sungguh-sungguh memasuki memory saya ialah ketika Beliau memberikan ceramah agama di Universitas Raden Fatah, Sidoarjo, yang didirikan oleh Pak Mushonnief Marsholy (Alm), saya dan beberapa lainnya. Sayangnya bahwa universitas ini tidak bisa bertahan lama dan akhirnya bubar. Di acara itu, Pak Hasyim menceritakan tentang ayat Qur’an yang dibacanya pada waktu ceramah sebelumnya kurang tepat. Ada kesalahan. Maka di forum umum pengajian tersebut beliau menyatakan meminta maaf dan lalu membenarkan bacaan ayat Qur’an yang dimaksud. Saya mengingatnya ketika Beliau menyatakan: “bahwa saya telah meralat bacaan Qur’an saya yang salah, dan saya mohon maaf”. Tindakan seperti ini merupakan teladan yang sangat baik. Orang berani untuk menyatakan kesalahannya di muka umum tanpa keraguan dan tidak merasa bahwa dia yang paling benar. Jarang ada orang yang berani menyatakan kesalahannya di saat yang bersangkutan berada di dalam jabatan tertentu di dalam organisasi atau lainnya.
Kedua, beliau adalah sosok yang menjadi teladan dalam pemikiran keagamaan dan pengamalan agama. Beliau adalah sosok yang sangat concern untuk membela Islam wasathiyah. Dengan jargon Islam rahmatan lil alamin, maka beliau sangat dikenal sebagai ulama yang mumpuni di dalam ilmu keislaman dan juga mumpuni dalam bidang kenegaraan dan kebangsaan. Jika perbincangan tentang Islam rahmatan lil alamin lalu menjadi trending topic baik nasional maupun internasional, maka dapat dipastikan bahwa hal tersebut adalah jasa dari Pak Hasyim.
Ketiga, Beliau adalah seorang Da’i yang sangat memahami psikhologi umat. Jika Beliau menyampaikan ajaran Islam, maka tidak dengan menggunakan kata-kata yang keras dan provokatif, akan tetapi dengan bahasa-bahasa yang lemah lembut, dengan humor-humor yang membuat suasana menjadi segar. Saya selalu ingat joke-joke Beliau di kala ceramah. Ada seorang monseigneur menanyakan mengapa para kyai berpoligami. Maka dengan enteng dijawabnya bahwa para kyai itu berpoligami karena menampung calon istri dari para Monseigneur yang tidak jadi dinikahinya. Jadi tidak dijawab dengan argumentasi yang rumit tetapi cukup dengan gurauan itu.
Keempat, beliau tidak hanya ulama tetapi juga akademisi. Sebagai bukti bahwa beliau akademisi adalah dengan dianugerahinya Doktor Honoris Causa oleh IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pada waktu IAIN Sunan Ampel dipimpin oleh Prof. Dr. HM. Ridlwan Nasir, MA dan saya sebagai Pembantu Rektor Bidang Administrasi dan Keuangan. Tentu saya ikut terlibat di dalam pemberian gelar Doktor Kehormatan ini. Meskipun acara ini merupakan acara yang sacral, akan tetapi Pak Hasyim berhasil menyulapnya menjadi acara yang santai tetapi berkualitas. Di saat membacakan pidato Ilmiyahnya, maka diselingi dengan humor-humor. Hadir juga di saat itu adalah Wakil Presiden RI, Bapak HM. Jusuf Kalla.
Kelima, beliau juga seorang negarawan. Beliau selalu hadir dengan ungkapan-ungkapannya yang bijak dan mencerahkan di saat terjadi masalah dalam kaitannya dengan keagamaan dan kebangsaan. Di saat terjadi kekisruhan wacana di dunia public, maka beliau selalu tampil untuk memberikan taushiyahnya yang menyejukkan. Di kala terjadi gonjang-ganjing politik, maka beliau yang selalu tampil dengan pernyataan-pernyataannya yang memberikan solusi cerdas. Itulah sebabnya, menurut saya Beliau adalah manusia yang komplit, tidak hanya sebagai cendekiawan tetapi juga ulama dan juga organisatoris yang hebat dan bahkan juga sebagai negarawan.
Suatu istilah yang selalu saya gunakan, misalnya “yang beda jangan disamakan dan yang sama jangan dibedakan”, atau pernyataan Beliau: “pendidikan tanpa karakter dan politik tanpa etika”. Beliau memiliki talenta hebat untuk merumuskan kata-kata yang rumit dan sulit dipahami menjadi kalimat yang simple dan mudah dipahami.
Saya kira sumbangan Beliau yang besar bagi bangsa ini adalah di kala beliau mengintrodusir Islam rahmatan lil alamin yang kemudian menjadi bahasa di dunia internasional. Melalui Beliaulah Indonesia menjadi laboratorium kerukunan umat beragama dan lewat tangan Beliau pula NU menjadi organisasi modern dan bersemangat internasional.
Saya kira bangsa Indonesia sungguh merasa kehilangan dengan kewafatan Beliau. Tetapi takdir Tuhan tentu tidak bisa dilawan oleh siapapun. Demikian juga Pak Kyai Hasyim yang hari ini telah kembali ke haribaan Allah Swt. Selamat jalan Pak Kyai, pastilah Panjenengan khusnul Khatimah.
Wallahu a’lam bi al shawab.
