PESANTREN DALAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
PESANTREN DALAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
Saya memperoleh kesempatan berharga ketika diminta Pak Menteri Agama, Pak Lukman Hakim Saifuddin, untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, 18/03/2017. Acara launching dan diskusi public terkait dengan bagaimana meningkatkan peran pesantren dalam pembangunan bangsa ini dihadiri oleh banyak kalangan.
Hadir di dalam acara ini adalah seluruh Dewan Penasehat, Pimpinan Harian dan juga para Kyai dan Pemangku Pesantren dari seluruh Indonesia. Di antara yang hadir adalah Kyai Shalahuddin Wahid, Kyai Mahfudz Saubari, Kyai Abdus Shamad, KH. Sholeh Qasim, KH. Azis Masyhuri, Kyai Muzammil Basuni, Prof. Kyai Amal Fathullah (nara sumber), Kyai Mohammad Taufiq, Dr. Bahrul Hayat, Dr. Marzuki Ali, Dr. Muliawan Haddad (nara sumber), Dr. Ananta Kusuma (nara sumber), Prof. Ahmad Zahro, Heppy Trenggono, dan sejumlah kyai lain yang tidak bisa saya sebutkan. Kira-kira ada sebanyak 300 orang santri, kyai dan juga ulama dari berbagai daerah di Indonesia.
Saya merasa senang bisa hadir di Pesantren Tebuireng ini, sebab tentu banyak kolega saya di masa lalu dalam kapasitas sebagai dosen di Institut Keislaman Hasyim Asyari (IKAHA) dan sekarang menjadi Universitas Hasyim Asyari. Tentu cukup lama saya mengajar di Perguruan Tinggi Islam (IKAHA). Semenjak tahun 1987 sampai tahun 1996. Dan rasanya cukup lama saya tidak lagi menginjakkan kaki saya di Pesantren Tebuireng. Semenjak saya menjadi Sekretaris Kopertais Wil. IV dan terus menjadi Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, lalu menjadi Rector dan terus ke Jakarta, membantu Pak Menteri Agama sebagai Dirjen Pendis dan Sekjen Kemenag hanya beberapa kali saja saya sempat hadir di Pesantren Tebuireng.
Di dalam kesempatan presentasi, saya sampaikan dua hal penting, yaitu: pertama, tentang tantangan pesantren. Saya melihat bahwa tantangan pesantren sekarang ialah untuk menghasilkan kader ulama. Harus diakui bahwa para kyai sepuh makin banyak yang meninggalkan kita semua. Hari Kamis yang lalu, Kyai Hasyim Muzadi wafat dan meninggalkan kita semua. Untuk menggantikan Beliau tentu tidak semudah membalik tangan. Makanya, pesantren diharapkan akan dapat menjadi ajang bagi penyemaian bibit-bibit ulama. Di pesantrenlah kita berharap bahwa ke depan akan muncul kyai-kyai sebagai garda depan Islam yang moderat, Islam yang memberikan rahmat bagi semuanya.
Selain itu, kita juga melihat tantangan kekerasan pendidikan di Indonesia. Ada banyak informasi tentang kekerasan yang dilakukan oleh anak didik kita. Pendidikan yang seharusnya menjadi ajang untuk belajar justru dijadikan sebagai tempat kekerasan. Makanya, Kyai Hasyim menyatakan bahwa pendidikan kita tanpa karakter dan politik kita tanpa etika. Di tengah kekerasan pendidikan tersebut, tentu semua berharap dan akan menjadikan pesantren sebagai tempat yang nyaman dan aman untuk belajar. Diharapkan bahwa pendidikan pesantren akan memberikan solusi yang memadai sebagai tempat pendidikan. Para orang tua akan merasakan ketenteraman di kala mengirimkan anak-anaknya di pesantren.
Kemudian tantangan yang tidak kalah penting adalah kewirausahaan pesantren. Untuk hal ini tentu Pak Muliaman Haddad yang akan menyampaikannya, akan tetapi ke depan tentu kita akan mengharapkan bahwa pesantren akan menjadi lembaga pendidikan agama sekaligus juga institusi pendidikan kewirausahaan. Ada pesantrennya Kyai Mahfudz dengan kewirausahaannya, ada pesantren Sidogiri dengan koperasinya dan sebagainya.
Kedua, pesantren harus menjadi lembaga pendidikan dengan kualitas karakter yang ekselen. Di dalam pendidikan karakter bangsa, maka pesantren harus menjadi lembaga pendidikan yang akan mengantarkan anak Indonesia meraih masa depannya dengan gemilang. Harus diingat bahwa tahun 2045 adalah tahun keberhasilan Indonesia dan hal itu sangat tergantung dari kualitas pendidikan sekarang. Kita semua berharap bahwa pesantren akan memiliki peran strategis bagi kemajuan bangsa pada tahun Emas Kemerdekaan Indonesia tersebut. Makanya dibutuhkan penguatan pendidikan berbasis teks-teks Islam. Para santri harus tetap berada di dalam jalur tafaqquh fiddin. Jika dewasa ini ada banyak upaya untuk mendegradasi teks-teks klasik dengan upaya pemalsuan, maka pesantren harus menjadi penyangga keaslian teks-teks klasik tersebut dengan mempelajarinya secara sungguh-sungguh.
Penting juga dicermati ialah regulasi yang mengatur tentang pendidikan madrasah yang mengamanatkan madrasah akademis, madrasah kejuruan dan madrasah pendidikan khusus keagamaan. Melalui regulasi ini maka pesantren dapat mengambil peran strategis untuk mendidik anak-anak Indonesia yang ahli ilmu agama, selain juga ahli ilmu lainnya. Tidak kalah menarik juga pendidikan tinggi seperti Ma’had Ali yang telah memperoleh pengabsahan melalui UU No 12, tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Melalui pengakuan ini, maka Ma’had Ali memiliki kesetaraan dengan pendidikan tinggi lainnya. Melalui wadah-wadah seperti ini, maka akan tampak peran pesantren sebagai penyangga Islam yang wasathiyah, atau Islam Nusantara Berkemajuan.
Pesantren juga diharapkan dapat menjadi penyangga bagi keindonesiaan kita. Semua berharap bahwa pesantren dapat menjadi pusat bagi pengembangan pendidikan berbasis pada Keislaman, Kemoderenan dan Keindonesiaan. Pesantren akan dapat memerankan peran yang sangat strategis untuk membangun Indonesia yang modern dan berkeislaman yang baik. Makanya, pesantren harus menjadi pusat pendidikan Cinta Tanah Air. Para santri harus belajar membela negara atau Santri Bela Negara. Pesantren juga harus menjadi Pusat Pendidikan Karakter Bangsa. Melalui peran-peran strategis seperti ini, maka pesantren bukan pendidikan alternative di Indonesia, akan tetapi menjadi sentral pendidikan di Indonesia.
Sebagai tambahan, bahwa yang bisa mengajarkan pendidikan dengan basis Rational intelligent, Emotional Intelligent, Social Intelligent dan Spiritual Intelligent itu hanya pesantren. Sistem pendidikan lainnya tidak bisa menyentuh empat basis intelligent itu. Makanya, pesantren akan bisa memainkan peran strategis penting di era yang akan datang.
Melalui seminar ini semoga dapat menghasilkan rekomendasi penting bagi kemajuan pesantren yang juga berarti kemajuan bangsa dan negara serta Islam Indonesia sekaranga dan yang akan datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.
