• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENINGKATKAN KINERJA MELALUI SPIRITUAL INTELLIGENT (2)

MENINGKATKAN KINERJA MELALUI SPIRITUAL INTELLIGENT (2)
Sebagai upaya untuk mengoptimalkan potensi spiritualitas di dalam proses kerja, maka yang diharapkan ialah terjadinya perubahan pada diri individu untuk mengembangkan etos kerjanya secara lebih baik. Inteligensi spiritual akan dapat menjadikan dunia kerja lebih baik dan produktif.
Bekerja produktif tentu harus didukung oleh lingkungan kerja yang memungkinkan potensi itu menjadi actual. Di dalam konteks itu, peran kepemimpinan juga sangat penting. Tanpa suasana kepemimpinan yang kondusif, maka sulit akan terjadi lingkungan kerja yang memadai. Artinya, bahwa hubungan antara pimpinan dan staf tentu juga harus didasari oleh relasi yang simbiosis mutualisme.
Setiap pemimpin memang memiliki caranya sendiri. Ada yang memiliki corak kepemimpinan berbasis kewibawaan, ada yang berbasis kesetaraan, ada yang berbasis pada kebersamaan, ada yang berbasis perkawanan dan sebagainya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Semua bisa dilakukan dengan cara dan strategi kepemimpinannya.
Pada waktu saya menjadi Pembantu Rektor di bidang administrasi umum, pada suatu pagi datanglah staf saya yang saya tahu dia pekerja yang baik. Namanya Mahfudz. Dia dulu yang mengetik skripsi saya di program Strata satu. Di pagi itu, dia menyatakan sakit dan harus berobat ke dokter. Dia bermaksud pinjam uang kepada saya. Dia menyatakan biaya pengobatannya kira-kira Rp900.000,-. Dia saya beri uang sebesar Rp1.000.000,-. Dengan uang itu dia berobat ke dokter dan kemudian sembuh. Pada suatu kesempatan dia datang lagi untuk mengembalikan uangnya, dan saya nyatakan bahwa uang yang dulu memang saya berikan untuk berobat dan tidak perlu dikembalikan. Saya nyatakan: “melihat sampeyan sembuh dan bisa bekerja kembali saja saya sudah sangat senang”. Maka dia menyatakan terima kasihnya yang sangat tinggi, bahkan ketika akan keluar ruang saya, dia mau mencium tangan saya. Bisa dibayangkan bahwa uang Rp1.000.000,- bisa membuat orang senang, sembuh dari penyakitnya dan kembali bekerja. Dia menjadi sehat dan kembali bekerja keras. Jadi ada kalanya uluran tangan kita itu memberikan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi orang lain. Perasaan empathy yang menghasilkan tindakan menolong orang lain.
Perasaan empathy itu muncul dari kesadaran yang mendalam bahwa orang baik yang sampai harus menyatakan hutang tentu karena keterpaksaan yang sangat mendasar. Dia akan menyatakan akan berhutang jika tidak disebabkan oleh situasi yang sangat mengharuskannya seperti itu. Bagi saya memberikannya tentu tidak sembarangan. Saya tahu siapa dia dan apa yang dia kerjakan selama ini. basis pengetahuan tentang seseorang akan menjadi referensi utama di dalam tindakan empathy dimaksud.
Keikhlasan saya kira merupakan bagian penting dari spiritual intelligent. Keikhlasan adalah fondasi di dalam melakukan sesuatu. Bekerja seharusnya dijadikan sebagai lahan pengabdian. Jika bekerja dianggap sebagai pengabdian, maka dasar pengabdian adalah keikhlasan. Orang yang sukses di dalam bekerja ditentukan pada seberapa besar dia melakukannya atas dasar rasa pengabdian kepada bangsanya. Dia bekerja untuk memberikan pelayanan kepada masyarakatnya.
Pak Menteri Agama menyatakan bahwa bekerja yang baik bukan disebabkan oleh jabatan, tetapi bekerja yang baik didasarkan atas pengabdian. Jika bekerja diukur dari sisi jabatan maka ketika jabatan itu kurang cocok bagi dirinya, maka dia akan malas bekerja, akan tetapi jika bekerja untuk pengabdian, maka apapun pekerjaannya, tentu dia akan bekerja keras. Oleh karena itu, jadikan kerja sebagai lahan pengabdian.
Satu di antara tindakan yang sulit dilakukan memang ikhlas ini. itulah sebabnya, keikhlasan menjadi fondasi dari semua aktivitas yang kita lakukan. Ikhlas bekerja, ikhlas mengemban amanah, ikhlas harta, ikhlas menerima takdir dan ketentuan Tuhan, dan sebagainya. Ikhlas itu lebih dari sekedar kerelaan. Keikhlasan rasanya tidak hanya berdimensi duniawi, keikhlasan itu berdimensi duniawi dan ukhrawi. Ikhlas memiliki dan ikhlas tidak memiliki. Ikhlas memiliki sangat mudah dilakukan akan tetapi ikhlas tidak memiliki adalah tindakan yang sangat sulit dilakukan. Post power syndrome adalah contoh riil tentang sikap manusia menghadapi keikhlasan.
Keikhlasan terkadang tidak berkorelasi dengan kecerdasan intelektual. Banyak orang pintar sekelas professor yang juga mengalami hal ini. keikhlasan hanya berkorelasi dengan kecerdasan spiritual. Bahkan orang yang memiliki kecerdasan emosional dan sosial juga belum tentu berkorelasi dengan kecerdasan spiritual. Namun demikian, orang yang telah memasuki emotional intelligent dan social intelligent akan jauh lebih mudah memasuki spiritual intelligent.
Jadi, jika ditanyakan apa basis mendasar dari eksistensi spiritual intelligent, maka jawabannya adalah keikhlasan. Jika orang sudah memasuki tahapan ini, maka dia akan bisa memandang dunia ini dengan jernih, tanpa prasangka jelek dan tanpa kepentingan berlebihan pada dirinya. Karena titik akhir dari pandangan, sikap dan perilakunya hanya didasarkan atas ketentuan Tuhan, takdir Allah swt., yang pasti berlaku untuk semuanya.
Wallahu a’lam bi alshawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..