• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE MEKKAH: SAUDI ARABIA YANG BERUBAH (5)

KE MEKKAH: SAUDI ARABIA YANG BERUBAH (5)
Di dalam teori sosial bahwa perubahan merupakan inti dari kehidupan. Di tengah keteraturan sosial yang terjadi, selalu ada perubahan, baik perubahan yang evolusioner maupun yang revolusioner. Perubahan merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sosial.
Saya tentu bersyukur bisa hadir dan terlibat di dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama maupun pemerintah Arab. Kehadiran saya itu tentu merupakan bagian tidak terpisahkan dari tugas pokok dan fungsi Kemenag di dalam relasinya dengan kementerian lainnya, baik terkait dengan program Kemenag maupun lainnya. Terakhir saya terlibat di dalam kegiatan penyelenggaraan haji dan acara The 11th Executive Council Meeting of Ministery of Waqf and Islamic Affairs” di Mekkah mewakili Pak Menteri Agama, Pak Lukman Hakim Saifuddin, selama sehari, 11/05/2018.
Saya tentu bertemu dengan beberapa orang Indonesia yang sudah bermukim lama di sini, misalnya Ahmad dari Madura, yang menceritakan banyak hal tentang perubahan di Arab Saudi. Misalnya tentang pajak bagi orang asing. Cukup besar. 200 Real perorang. Katanya, pemerintah menerapkan kewajiban pajak, sebab orang asing di sini banyak menggunakan fasilitas negara, seperti air, listrik, dan sarana-prasarana lainnya, maka tentu harus memberikan kontribusi bagi pendapatan negara.
Selain itu juga kebolehan perempuan untuk menyetir mobil. Dahulu perempuan dilarang untuk melakukan hal ini, tetapi setelah hari raya idul fitri 2018, para perempuan diperbolehkan untuk menyetir mobil sendiri. Memang masih terbatas di Riyad saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan ke depan akan berlaku juga di kota lain.
Memang, pemerintah Saudi dibawah Raja Salman sedang menggenjot perekonomian dengan berbagai sumber ekonomi. Jika di masa lalu hanya bertumpu pada ekonomi perminyakan saja, maka sekarang diinginkan agar ada varian lain. Ziarah ke kota-kota suci juga dimanfaatkan untuk meningkatkan income negara. Penerapan pajak dalam bentuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak kendaraan dan pembayaran sangsi berkendaraan juga menjadi alasan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara. Haji dan umrah tentu menjadi primadona bagi pendapatan negara Saudi.
Yang spektakuler tentu perubahan seperti diperkenankannya “fashion” busana bagi perempuan. Selama ini pemerintah melarang terhadap peragaan busana tersebut. Jeddah sudah menjadi tempat untuk peragaan busana. Acara “Jeddah Fashion Week” adalah sebuah acara menarik tentang peragaan busana di sini. Jadi, pemerintah memang sudah meretas belenggu-belenggu tradisi yang selama ini menjadi kendala untuk “mengejar” kemajuan.
Potensi ekonomi Arab Saudi memang harus dioptimalkan untuk diaktualkan. Para petinggi di negeri ini sangat menyadari bahwa ekonomi minyak sebagai potensi ekonomi yang tidak bisa diperbarukan pada suatu ketika akan habis. Potensi minyak sebagai sumber ekonomi Pemerintah Saudi Arabia lama kelamaan akan mengalami pengurangan, sehingga dalam Blue Print Visi Saudi Arabia tahun 2030, tidak ada jalan lain kecuali mendiversifikasi sumber daya ekonomi. Di bawah kendali Putra Mahkota Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman, maka semua yang berpotensi menghasilkan devisa negara harus dioptimalkan, misalnya membuat kota baru sebagai pusat rekreasi dan perdagangan. Pelabuhan Jeddah juga dibangun dan diperbarui untuk kepentingan mendulang ekonomi nasional. Arab Saudi sedang membangun tourism di luar Haji dan Umrah dalam kerangka pengembangan ekonomi Arab Saudi.
Arab Saudi juga akan membangun Pusat Perfilman Internasional sebagaimana Hollywood dan Bollywood. Menurut Ahmad Al-Maziyat, The CEO of Saudi Arabia’s General Culture Authority (GCA) bahwa
Saudi Film industry akan dapat berimpact pada peningkatan Gross Domestic Product (GDP). Dengan pembangunan pusat perfilman ini, maka potensi ekonomi dari sector ini akan meningkat tajam. Pada Bulan September atau Oktober 2018, proyek besar ini akan dimulai. Pembangunan pusat perfilman ini juga diharapkan akan dapat menarik reformasi bisnis dan investasi di Arab Saudi. (Arab News, May, 15, 2018).
Menurut Christ Berry, Professor of Film Studies at King’s College London, bahwa “pembangunan perfilman di Saudi adalah cara lain untuk memperluas transformasi budaya dan mengembangkan industry kreatif”. Memang harus diakui bahwa selama ini, pemerintahan Saudi Arabia memang menggantungkan perekonomian negara kebanyakan dari sector minyak. Padahal sangat disadari bahwa sebagai sumber daya Alam (SDA) yang tidak bisa diperbaharui, maka sector minyak tentu pada suatu saat akan berkurang bahkan habis. Maka Suadi Arabia Plan 2030 mengharuskan terjadinya diversifikasi sumber daya ekonomi dimaksud.
Reformasi yang digulirkan oleh Pangeran Muhammad bin Salman bin Abdul Aziz memang mengguncangkan dunia Arab Saudi dengan berbagai reformasi yang dilakukannya. Dengan Vision 2030, maka banyak hal yang dilakukannya untuk mereformasi Arab Saudi. Misalnya membersihkan praktik korupsi di tubuh pemerintahan dan bisnis di Arab Saudi. Oleh karena itu, Beliau termasuk sosok yang “kurang” disukai oleh para sesepuh Kerajaan dan juga lawan-lawan politiknya. Reformasi di bidang pemerintahan, budaya dan tradisi serta perekonomian Arab Saudi tentu “mengguncang” sendi-sendi kehidupan masyarakat Saudi yang selama ini sangat stagnan dan teratur.
Melalui pemerintahan Raja Salman dan dukungan Putra Mahkota yang dikenal dengan akronim MBS ini, maka sebenarnya Arab Saudi sedang menuju era baru yang diharapkan akan membawa perubahan dalam banyak hal.
Wallahu a’lam bi al shawab.

KE ARAB SAUDI: INOVASI PERHAJIAN (4)

KE ARAB SAUDI: INOVASI PERHAJIAN (4)
Jika di Arab Saudi dan hanya datang di Mekkah tanpa datang ke Madinah, maka rasanya ada yang kurang. Itulah sebabnya di kala saya diminta Pak Menag, Pak Lukman Hakim Saifuddin, untuk mewakili Beliau dalam acara “The 11th Conference of Executive Council of Ministry of Waqf and Islamic Affairs”, maka saya sempatkan waktu untuk datang ke Madinah. Jadi, saya harus bisa shalat berjamaah dan lalu berziarah ke makam Nabi Muhammad saw.
Sebenarnya, ada keinginan untuk melakukan umrah itu di kala datang di Jeddah. Jadi begitu datang di Jeddah, seharusnya lalu memakai pakaian ihram dan kemudian melakukan umrah. Tetapi karena factor perjalanan jauh, maka saya memutuskan untuk umrah setelah acara selesai. Jadi hari Ahad kita mengikuti meeting di Hotel Hilton Jabar Umar, dan setelah itu ke Madinah untuk berziarah ke Makam Nabi Muhammad saw.
Memang hanya semalam saya berada di Madinah. Tetapi yang menarik adalah saya bisa bertemu dengan Pak Konsul Jenderal RI, Pak Herry, sebab baliau juga sedang berada di Madinah untuk menjemput Pak Wakapolri, Pak Brigjend Bahruddin. Sebuah keuntungan yang besar ialah bertemu dengan Pak Konsul Jenderal, sebab tentu bisa mendiskusikan banyak hal terkait dengan penyelenggaraan haji dan promosi Indonesia di tempat ini.
Di dalam pertemuan yang diselenggarakan di ruang makan Kantor Haji di Madinah tersebut, maka kita diskusikan 3 (tiga) hal, yang saya kira memiliki relevansi dengan Kemenag.
Pertama, tentang inovasi di bidang perhajian. Selama ini berdasarkan evaluasi yang kita lakukan di Jeddah pasca pelaksanaan haji, dan juga evaluasi penyelenggaraan haji di Jakarta baik oleh Kemenag dan DPR, maka diketahui bahwa salah satu di antara yang menjadi problem ialah lamanya masa tunggu di ruang transit di Bandara Jeddah dan Madinah. Perlu waktu 4 (empat) jam untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan yang terkait dengan keberadaan jamaah haji. Salah satu di antara yang lama ialah ketika pemeriksaan biometrics dan pemeriksaan administrasi lainnya.
Makanya, Pemerintah Arab Saudi sudah melakukan MoU dengan pihak ketiga, yaitu Perusahaan Tashil, di dalam kerangka untuk mempercepat pemeriksaan biometrics. Di antara inovasi yang diberlakukan ialah pemeriksaan biometrics di tempat asal. Jadi orang Indonesia bisa diperiksa biometricnya di Indonesia, tidak usah pemeriksaan dilakukan di Bandara Jeddah dan Madinah. Malaysia sudah tahun lalu menggunakannya melalui MoU dengan Perusahaan Tashil yang menjadi mitra Pemerintah Arab Saudi.
Sesuai dengan penjelasan Pak Herry, bahwa tim dari Tashil akan datang ke Indonesia sebelum bulan Ramadlan. Tim ini akan bertemu dengan Kemenlu, Kemenag, dan juga Kemenkumham. Dengan Kemenlu tentu terkait dengan urusan-urusan yang memang menjadi ranah Kemenlu, misalnya tanggungjawab warga Indonesia di luar negeri, dan sebagainya. Lalu dengan Kemenag tentu terkait dengan haji dan seluruh kegiatannya dan dengan Kemenkumham tentu terkait keimigrasian, paspor dan sebagainya. Konon katanya, Kemenkumham sudah menyediakan kantor-kantornya untuk menjadi tempat pemeriksaan biometrics. Jadi, yang dibutuhkan ialah MoU antara Tashil dengan pemerintah Indonesia.
Kedua, terkait dengan keinginan untuk menyelenggarakan pameran kebudayaan dalam hubungan antara Indonesia dan Arab Saudi. Sebagaimana diketahui bahwa hubungan Indonesia dengan Arab Saudi itu sudah berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Hubungan Arab Saudi dan Indonesia terjadi karena factor haji dan pendidikan. Tentu saja sudah banyak peristiwa kebudayaan dalam bentuk foto-foto, dan sebagainya yang bisa dipamerkan untuk membangun keakraban antara Indonesia dan Arab Saudi. Tahun depan diperkirakan akan dilakukan pameran ini, sehingga dalam tahun ini akan bisa dilacak evidence-evidence yang bisa dipamerkan.
Ketiga, saya juga mengusulkan agar ke depan, misalnya bisa diselenggarakan pameran kuliner yang bisa saja diselenggarakan di hotel-hotel di Arab Saudi. Mengingat bahwa banyak sekali hotel yang dijadikan sebagai tempat untuk penginapan para Jemaah haji atau umrah, maka kiranya perlu untuk melakukan pameran kuliner Indonesia di Arab Saudi.
Saya juga jadi teringat dengan gagasan Duta Besar Berkuasa Penuh RI untuk Arab Saudi, Dr. Agus Maftuh Abegebriel, yang menggagas tentang konsep “Saunesia” di mana hubungan antara Indonesia dan Arab Saudi bukan hanya karena factor politik dan kenegaraan akan tetapi juga factor sosial, budaya dan ekonomi.
Saya kira memang ke depan diperlukan banyak inovasi, tidak hanya untuk kepentingan jamaah haji, tetapi juga umrah dan sebagainya yang memang membutuhkan perubahan-perubahan secara mendasar.
Wallahu a’lam bi al shawab.

KE MEKKAH: MEMBAHAS ISU-ISU KEBERAGAMAAN (3)

KE MEKKAH: MEMBAHAS ISU-ISU KEBERAGAMAAN (3)
Yang menarik bagi saya ialah bisa melakukan shalat dhuhur berjamaah di Mushalla Hotel Hilton Jabal Umar bersama dengan Menteri Waqf, Dakwah wa Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, beberapa menteri, pimpinan delegasi dan juga anggota delegasi. Mushalla ini memang memiliki sambungan langsung dengan Masjid al Haram di Mekkah al Mukarramah. Jadi, dengan shalat di Mushalla Hotel ini sama dengan berjamaah di Masjid al Haram.
Utusan Kementerian Urusan Agama yang hadir pada acara “The 11th Conference of Executive Council Ministry of Waqf and Islamic Affairs ialah Dr. Abdun Nashir Musa Abdul Bashal (Menteri Wakaf dan Urusan Tempat Suci Islam, Kerajaan Yordania Al Hasyimiyah), Ustadz Sardar Muhammad Yusuf (Menteri Urusan Agama dan Minoritas, Republik Pakistan), Dr. Muhammad Mukhtar Jum’ah (Menteri Urusan Wakaf, Republik Arab Mesir), Haji Dembo Bujanaq (Penasehat Presiden Urusan Agama, Republik Gambia), Prof. Nur Syam (Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Republic Indonesia), Farid Asad Abdullah ‘Imadi (Deputy Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait), Ustadz Idris ibn Adh Dhawiyah (Ketua Dewan Ilmiah Kota al Araisy, Mewakili Menteri Waqaf dan Urusan Islam, Kerajaan Maroko) serta Menteri Waqf, Dakwah dan Irsyad selaku Ketua Dewan Eksekutif (Syeikh Saleh bin Abdul Aziz bin Muhammad al Syekh).
Akhir-akhir ini memang dirasakan betapa keberagamaan kita sedang mengalami masalah. Isu terkait dengan semakin kuatnya pemahaman agama dalam tafsir tunggal sekarang juga sedang menuai kekuatannya. Demikian pula tantangan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Sungguh tantangan pemahaman agama dan pengamalan agama tentu menjadi masalah yang harus dihadapi ke depan.
Di tengah nuansa keberagamaan yang seperti ini, maka banyak usulan yang menarik untuk dikaji dan dibahas. Kementerian Agama dari negara lain, misalnya Arab Saudi mengajukan perlunya dialog antara Timur dan Barat. Dialog antara Timur dan Barat, sebenarnya merupakan langkah penting untuk membangun kesepahaman antara Timur dan Barat. Hanya saja, yang penting untuk dijadikan pertanyaan besar ialah apa yang akan dijadikan sebagai tema untuk membangun dialog antara Barat dan Timur. Saya sampaikan bahwa tema dialog tentu bukan pada dimensi teologis. Diskusi tentang teologi sudah finis. Makanya, yang bisa dijadikan tema adalah terkait dengan sosial, ekonomi dan budaya dan lebih khusus ialah mendiskusikan tentang ajaran atau pesan fundamental atau pesan universal tentang agama-agama, seperti toleransi, keadilan dan perdamaian.
Sesungguhnya, antara Barat dan Timur memiliki saling ketergantungan. Di tengah dunia global ini, saya kira tidak ada negara yang bisa hidup dengan dirinya sendiri terkecuali harus saling tergantung. Makanya, diperlukan saling kesepahaman di antara Barat dan Timur untuk mengembangkan saling bertoleransi, perdamaian dunia, dan keadilan. Bukankah, antara Timur dan Barat masih berselisih paham tentang aspek mendasar pesan agama-agama ini.
Usulan lain terkait dengan dukungan penyelesaian Palestina. Usulan ini juga menarik, sebab sebagaimana diketahui bahwa relasi antara Palestina dan Israel semakin jelek. Hal ini dipicu oleh perlakuan Amerika Serikat tentang pemindahan Kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Jerusalem. Yang tidak kalah pentingnya ialah aksi-aksi brutal yang dilakukan oleh Irael terhadap warga Palestina. Penguasaan dan pendudukan Jalur Gaza oleh Israel yang menyebabkan terusirnya warga Palestina tentu juga merupakan masalah internasional.
Di samping itu juga ada usulan terkait dengan penguatan SDM penyebar agama khususnya para khatib. Diharapkan bahwa kualitas para khatib harus semakin baik. Di dalam konteks ini, maka diperlukan pelatihan para khatib, baik dalam penguasaan materi pemahaman Islam dan juga metodologi penyampaian khutbahnya. Secara lebih umum yang diperlukan ialah para penyiar agama agar dilatih dalam penguasaan ilmu-ilmu keislaman.
Lalu, yang juga diusulkan untuk dibahas ialah tentang penguatan pemuda dalam penguasaan keterampilan. Usulan ini dianggap penting seirama dengan perkembangan dunia yang makin maju dalam kaitannya dengan teknologi informasi. Para pemuda harus dilatih agar mereka menguasai keterampilan atau kemampuan vokasional sehingga akan dapat mengikuti perubahan zaman yang terus bergerak. Jika anak-anak muda tidak memiliki keahlian yang tepat, maka mereka akan tertinggal dengan kemajuan yang semakin cepat ini.
Selain itu juga ada beberapa usulan, misalnya tantangan-tantangan yang dihadapi umat Islam, atheisme dan cara-cara menghadapinya, penguatan pemikiran dan metodologi yang moderat serta menghadapi pemikiran ekstrim, tukar menukar pengalaman dalam menghadapi pemikiran ekstrim dan kelompok ekstrim, bahaya eksploitasi politik kepada masdzab dan sektarianisme.
Di dalam meeting ini juga dikehendaki adanya kerja sama antara negara-negara Islam ke depan dan secara khusus agar Yordania menjadi host untuk pertemuan tahun mendatang. Semua bersepakat bahwa kerja sama antar negara Islam harus lebih baik di era yang akan datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.

KE MEKKAH: MEMBAHAS ISU KEAGAMAAN (2)

KE MEKKAH: MEMBAHAS ISU KEAGAMAAN (2)
Seperti biasa, maka musuh saya waktu ke luar negeri ialah jetlag. Maklum saya memiliki sedikit kesulitan untuk memasuki gerbang tidur. Dan jika saya tidur lebih dari jam 23.00 WIB, maka dipastikan saya akan mengalami kesulitan untuk memasuki gerbang tidur tersebut.
Ketika di Mekkah ini, meskipun tidurnya terlambat, akan tetapi bangunnya ternyata lebih awal. Saya bangun jam 01.00 WAS atau jam 05.00 pagi WIB. Seperti biasanya, saya tidak memiliki tradisi tidur setelah jam 05.00 WIB. Akibatnya, saya harus menerima kenyataan jam 01.00 WAS bangun dan tidak lagi bisa tidur sampai pagi hari.
Acara meeting diselenggarakan pada jam 09.00 WAS. Saya memperoleh kesempatan terakhir untuk menyampaikan paparan tentang tema-tema yang akan dibahas di dalam meeting ini. Saya sampaikan 6 (enam) tema dari sebanyak 5 (lima) tema yang sudah tertulis di dalam paper. Dari 6 (enam) tema tersebut yang tidak dipersiapkan sedari awal ialah mengenai “The Unity of Islamic Calendar”. Saya terinspirasi untuk menyampaikan tema ini disebabkan oleh hasil pembicaraan dengan Eselon I di WA. Ketepatan Pak Dirjen Bimas Islam (Prof. Dr. Muhammadiyah Amin), mengupload informasi mengenai rencana untuk menyatukan kalender Islam tersebut.
Sebelum saya menyampaikan tema-tema penting oleh Pemerintah Indonesia, maka saya sampaikan ucapan terima kasih atas undangan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia dan juga bagaimana hubungan antara Indonesia dengan Arab Saudi itu sudah terjalin dalam waktu yang sangat lama, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Yang menyatukan Indonesia Arab Saudi ialah haji dan pendidikan. Indonesia sudah mengirim haji jauh sebelum Indonesia merdeka dan beberapa tokoh Indonesia yang terkenal seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Kyai Yassin Padangi, Syekh KH. Nawawi Al Bantani, Ahmad Khatib al Minagkabawi, Haji Kasman Singodimejo dan sebagainya adalah orang Indonesia yang memperoleh pengaruh pendidikan dari Saudia Arabia.
Saya sampaikan bahwa usulan tema dari Pemerintah Indonesia yang pertama ialah terkait dengan moderasi agama. Sebagaimana diketahui bahwa moderasi agama (al wasathiyah al diniyyah) merupakan tema yang sangat penting. Al wasathiyah al diniyyah bisa menjadi konsep yang baik agar pemahaman dan pengamalan agama tidak mengarah ke radikal atau ekstrim dan ke arah liberal. Dengan menggerakkan pemahaman atau pengamalan beragama yang moderat, maka kecenderungan untuk melakukan tindakan beragama yang mengarah kekerasan akan dapat diminimalisasikan.
Tema kedua, terkait dengan bagaimana melawan terhadap gerakan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Sebagaimana diketahui bahwa ekstrimisme dan terorisme merupakan musuh di banyak negara. Di Indonesia, terorisme juga menjadi musuh yang luar biasa. Terjadinya bom bunuh diri di Surabaya adalah contoh betapa terorisme masih menjadi musuh semua. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, di Surabaya Indonesia kaum teroris sedang melakukan penyerangan dengan bom bunuh diri. Hal ini tentu menjadi penanda bahwa terorisme masih tetap menjadi tema utama di dalam pertemuan ini untuk dibahas.
Ketiga, manajemen zakat dan waqf. Zakat dan waqaf sebenarnya bisa menjadi alternative untuk pembiayaan pembangunan. Dengan perkembangan zakat sebesar 30 persen, setiap tahun, maka tentu akan bisa menjadi sumber pendanaan untuk pemberdayaan ekonomi rakyat, pemberdayaan SDM, pemberdayaan pendidikan dan sebagainya. Indonesia bisa mengumpulkan zakat sebesar 6 trilyun tahun 2017 dan sesuai dengan regulasinya, maka dana ini dapat dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur masyarakat.
Keempat, tentang manajemen haji. Indonesia mengirim jamaah haji terbanyak di dunia, sebesar 221.000 orang. Dan menjadi pengalaman yang luar biasa dalam penyelenggaraan haji. Salah satu yang dirasakan menjadi masalah ialah terkait dengan pemondokan di Mina. Sebagai akibat banyaknya jumlah jamaah haji, maka dengan terpaksa harus ada yang ditempatkan di Mina Jadid. Inilah yang menjadi problem sebab selama ini, khususnya di Indonesia, masih ada pemahaman bahwa Mina Jadid itu bukan bagian Mina. Makanya, pemerintah Indonesia mengajukan agar di Mina dibuat bangunan permanen berlantai tingkat. Dengan demikian Mina bisa menampung seluruh jamaah haji secara lebih leluasa. Selain itu juga perlunya menambahkan toilet, MCK dan sebagainya.
Kelima, menanggulangi islamphobia. Di banyak negara masih banyak gerakan Islamphobia. Dengan kekuatan media sosial seperti sekarang ini, maka gerakan Islamphobia akan semakin kuat di masa depan. Oleh karena itu dirasakan betapa penting untuk memperkuat barisan dalam kerangka melawan terhadap Islamphobia.
Satu tambahan yang saya anggap penting ialah terkait dengan unifikasi kalender Islam. Di Indonesia, sampai saat ini masih seringkali terdapat dualisme dalam penentuan tanggal 1 Ramadlan, 1 Syawal dan 1 Dzulhijjah. Makanya di Indonesia sering kali terjadi perbedaan dalam melakukan hari raya baik, hari raya idul fithri maupun idul adha. Oleh karena itu dengan menyatukan kelender Islam, maka perbedaan di dalam menentukan keputusan datangnya hilal akan bisa diselesaikan. Apapun metode penentuan hilal, rukyat atau hisab, maka hasil akhirnya dipastikan akan bisa disatukan.
Dari 6 (enam) usulan tersebut, maka 4 (empat) di antaranya bisa didiskusikan di dalam forum pertemuan Menteri-Menteri Agama di Mekkah. Dan kita bersyukur sebab 4 (empat) hal itu yang dijadikan sebagai usulan di dalam pertemuan ini dan tentu akan menjadi agenda-agenda di dalam forum berikutnya.
Wallahu a’lam bi al shawab.

KE MEKKAH; MEMBAHAS ISU-ISU KEBERAGAMAAN (1)

KE MEKKAH; MEMBAHAS ISU-ISU KEBERAGAMAAN (1)
Saya tentu berterima kasih kepada Sdr. Muchlis Hanafi (Kepala Lajnah dan Pentashih Al Qur’an) dan Sdr. Fuad Nasar (Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf) pada Kementerian Agama yang sudah mempersiapkan bahan-bahan untuk presentasi saya pada Acara di Mekkah Al Mukarramah. Bahan-bahan yang disiapkan tentu sangat membantu di dalam kerangka menjelaskan tentang bagaimana respon pemerintah Indonesia di dalam menghadapi isu-isu keberagamaan yang terjadi akhir-akhir ini.
Saya berangkat ke Jeddah mengunakan Pesawat Saudi Airline dan ditemani oleh Chuzaemi, SH dan Dr. Anwar Ambary. Keduanya tentu memiliki keterkaitan dengan kepergian saya ke Saudi Arabia. Pak Anwar adalah Kepala Bagian Kerja sama Internasional pada Biro Hukum dan Kerjasama luar negeri, sementara Sdr Chuzaemi adalah Kasi Administrasi pada Setjen Kemenag.
Tentu saya merasa senang mendapatkan penugasan Pak Menteri, Pak Lukman Hakim Saifuddin, untuk mengikuti “The 11th Conference of Executive Council the Ministery of Waqf and Islamic Affairs” di Mekkah tahun ini. Meskipun penugasan ini terasa mendadak, namun demikian kami bisa menghadirkan makalah yang saya rasa cukup memadai. Hari Jum’at, 10 Mei 2018, seluruh bahan untuk keterlibatan saya di dalam conference baru bisa diselesaikan.
Pada hari Kamis, 09/05/2018, kita lakukan diskusi secara mendalam tentang tema-tema yang akan saya sampaikan di dalam acara conference. Ada 5 (lima) tema yang semula disiapkan, yaitu: 1) Moderasi Agama (al wasathiyah al diniyyah), 2) Melawan terorisme, radikalisme dan ekstrimisme, 3) Manajemen zakat dan wakaf, 4) Islampobhia dan 5) Manajemen haji. Dalam perkembangan berikutnya, maka juga saya sampaikan satu tambahan proposal untuk dibicarakan ialah tentang penyatuan kalender Islam. Tambahan tema ini sesuai dengan hasil pembicaraan di WA Eselon I, sebab kita juga sedang melakukan upaya-upaya untuk penyatuan kalender Islam.
Saya berangkat ke Jeddah pada hari Sabtu jam 12.00 WIB dan sampai di Jeddah Saudi Arabia pada jam 6.00 WAS. Sebenarnya sudah berkali-kali saya berangkat ke Arab Saudi dan di dalam banyak hal menggunakan pesawat Saudia Airline. Sebagaimana tulisan-tulisan saya sebelum ini, maka saya juga terkesan dengan pelayanan para awak pesawat Saudi Arabia. Ternyata mereka adalah pramugari dari Indonesia. Ada salah satunya yang berasal dari Semarang. Saya melihat mereka sangat professional dan ramah. Artinya, bahwa pramugari yang berasal dari Indonesia ternyata hebat juga di dalam pekerjaannya.
Sesampai di Jeddah, saya dijemput oleh Dr. Zaid al Dakkan (Sekretaris Umum Dewan Conference of Executive Council Ministery of Waqaf and Islamic Affairs). Dengan otoritasnya, maka pemeriksaan di Bandara Jeddah dapat dilewati dengan mudah. Dengan basa-basi lalu saya berbicara dengan Beliau, tentang tema-tema konferensi, dan juga tentang sepakbola. Bertepatan ada siaran ulasan sepak bola di televisi. Saya lalu menyatakan dukungan terhadap tim Arab Saudi (tim Elang Hijau) yang masuk final Piala Dunia di Russia, tahun 2018. Saya sampaikan bagaimana Saeed Owairan yang pernah menjadi pahlawan tim Arab Saudi dengan mengalahkan Belgia 1:0 pada Piala Dunia beberapa tahun yang lalu. Pak Dr. Zaed sangat senang dan bahkan mengajak saya untuk menonton sepak bola malam itu. Tentu saya menyatakan pada kesempatan lain saja.
Saya menuju Hotel Hilton Jabal Umar di dekat Masjid al Haram. Hotel ini merupakan hotel baru dengan kualitas bintang 5 (lima). Dibangun dengan sangat berkualitas dan dekat dengan Masjid al Haram. Jarak dengan Masjid al Haram hanya sekitar 300 meter saja. Dengan jalan kaki saja, maka dengan mudah kita bisa sampai di Masjid al Haram.
Sebagai orang yang mewakili Pak Menteri Agama, maka saya mendapatkan kamar hotel yang sangat memadai. Dari ruang 1401 itu, maka saya bisa melihat halaman Masjid al Haram. Bisa melihat dari lantai 14 itu lalu lalang jamaah umrah yang akan melaksanakan shalat jamaah. Bahkan lampau hijau yang menandai awal thawaf juga dengan jelas dapat saya lihat.
Di hotel ini juga disediakan ruang shalat khusus yang bisa mengakses shalat jamaah di Masjid al Haram. Makanya, ketika shalat subuh saya upayakan untuk bisa melakukan shalat berjamaah di Mushalla Hotel Hilton Jabal Umar. Ada sebanyak 9 (Sembilan) orang yang menjadi jamaah shalat shubuh di Mushallah Hotel Hilton Jabal Umar, dan 3 (tiga) orang di antaranya datang dari Indonesia: saya, Jemi dan Anwar.
Wallahu a’lam bi al shawab.