• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE MEKKAH: MEMBAHAS ISU KEAGAMAAN (2)

KE MEKKAH: MEMBAHAS ISU KEAGAMAAN (2)
Seperti biasa, maka musuh saya waktu ke luar negeri ialah jetlag. Maklum saya memiliki sedikit kesulitan untuk memasuki gerbang tidur. Dan jika saya tidur lebih dari jam 23.00 WIB, maka dipastikan saya akan mengalami kesulitan untuk memasuki gerbang tidur tersebut.
Ketika di Mekkah ini, meskipun tidurnya terlambat, akan tetapi bangunnya ternyata lebih awal. Saya bangun jam 01.00 WAS atau jam 05.00 pagi WIB. Seperti biasanya, saya tidak memiliki tradisi tidur setelah jam 05.00 WIB. Akibatnya, saya harus menerima kenyataan jam 01.00 WAS bangun dan tidak lagi bisa tidur sampai pagi hari.
Acara meeting diselenggarakan pada jam 09.00 WAS. Saya memperoleh kesempatan terakhir untuk menyampaikan paparan tentang tema-tema yang akan dibahas di dalam meeting ini. Saya sampaikan 6 (enam) tema dari sebanyak 5 (lima) tema yang sudah tertulis di dalam paper. Dari 6 (enam) tema tersebut yang tidak dipersiapkan sedari awal ialah mengenai “The Unity of Islamic Calendar”. Saya terinspirasi untuk menyampaikan tema ini disebabkan oleh hasil pembicaraan dengan Eselon I di WA. Ketepatan Pak Dirjen Bimas Islam (Prof. Dr. Muhammadiyah Amin), mengupload informasi mengenai rencana untuk menyatukan kalender Islam tersebut.
Sebelum saya menyampaikan tema-tema penting oleh Pemerintah Indonesia, maka saya sampaikan ucapan terima kasih atas undangan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia dan juga bagaimana hubungan antara Indonesia dengan Arab Saudi itu sudah terjalin dalam waktu yang sangat lama, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Yang menyatukan Indonesia Arab Saudi ialah haji dan pendidikan. Indonesia sudah mengirim haji jauh sebelum Indonesia merdeka dan beberapa tokoh Indonesia yang terkenal seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Kyai Yassin Padangi, Syekh KH. Nawawi Al Bantani, Ahmad Khatib al Minagkabawi, Haji Kasman Singodimejo dan sebagainya adalah orang Indonesia yang memperoleh pengaruh pendidikan dari Saudia Arabia.
Saya sampaikan bahwa usulan tema dari Pemerintah Indonesia yang pertama ialah terkait dengan moderasi agama. Sebagaimana diketahui bahwa moderasi agama (al wasathiyah al diniyyah) merupakan tema yang sangat penting. Al wasathiyah al diniyyah bisa menjadi konsep yang baik agar pemahaman dan pengamalan agama tidak mengarah ke radikal atau ekstrim dan ke arah liberal. Dengan menggerakkan pemahaman atau pengamalan beragama yang moderat, maka kecenderungan untuk melakukan tindakan beragama yang mengarah kekerasan akan dapat diminimalisasikan.
Tema kedua, terkait dengan bagaimana melawan terhadap gerakan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Sebagaimana diketahui bahwa ekstrimisme dan terorisme merupakan musuh di banyak negara. Di Indonesia, terorisme juga menjadi musuh yang luar biasa. Terjadinya bom bunuh diri di Surabaya adalah contoh betapa terorisme masih menjadi musuh semua. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, di Surabaya Indonesia kaum teroris sedang melakukan penyerangan dengan bom bunuh diri. Hal ini tentu menjadi penanda bahwa terorisme masih tetap menjadi tema utama di dalam pertemuan ini untuk dibahas.
Ketiga, manajemen zakat dan waqf. Zakat dan waqaf sebenarnya bisa menjadi alternative untuk pembiayaan pembangunan. Dengan perkembangan zakat sebesar 30 persen, setiap tahun, maka tentu akan bisa menjadi sumber pendanaan untuk pemberdayaan ekonomi rakyat, pemberdayaan SDM, pemberdayaan pendidikan dan sebagainya. Indonesia bisa mengumpulkan zakat sebesar 6 trilyun tahun 2017 dan sesuai dengan regulasinya, maka dana ini dapat dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur masyarakat.
Keempat, tentang manajemen haji. Indonesia mengirim jamaah haji terbanyak di dunia, sebesar 221.000 orang. Dan menjadi pengalaman yang luar biasa dalam penyelenggaraan haji. Salah satu yang dirasakan menjadi masalah ialah terkait dengan pemondokan di Mina. Sebagai akibat banyaknya jumlah jamaah haji, maka dengan terpaksa harus ada yang ditempatkan di Mina Jadid. Inilah yang menjadi problem sebab selama ini, khususnya di Indonesia, masih ada pemahaman bahwa Mina Jadid itu bukan bagian Mina. Makanya, pemerintah Indonesia mengajukan agar di Mina dibuat bangunan permanen berlantai tingkat. Dengan demikian Mina bisa menampung seluruh jamaah haji secara lebih leluasa. Selain itu juga perlunya menambahkan toilet, MCK dan sebagainya.
Kelima, menanggulangi islamphobia. Di banyak negara masih banyak gerakan Islamphobia. Dengan kekuatan media sosial seperti sekarang ini, maka gerakan Islamphobia akan semakin kuat di masa depan. Oleh karena itu dirasakan betapa penting untuk memperkuat barisan dalam kerangka melawan terhadap Islamphobia.
Satu tambahan yang saya anggap penting ialah terkait dengan unifikasi kalender Islam. Di Indonesia, sampai saat ini masih seringkali terdapat dualisme dalam penentuan tanggal 1 Ramadlan, 1 Syawal dan 1 Dzulhijjah. Makanya di Indonesia sering kali terjadi perbedaan dalam melakukan hari raya baik, hari raya idul fithri maupun idul adha. Oleh karena itu dengan menyatukan kelender Islam, maka perbedaan di dalam menentukan keputusan datangnya hilal akan bisa diselesaikan. Apapun metode penentuan hilal, rukyat atau hisab, maka hasil akhirnya dipastikan akan bisa disatukan.
Dari 6 (enam) usulan tersebut, maka 4 (empat) di antaranya bisa didiskusikan di dalam forum pertemuan Menteri-Menteri Agama di Mekkah. Dan kita bersyukur sebab 4 (empat) hal itu yang dijadikan sebagai usulan di dalam pertemuan ini dan tentu akan menjadi agenda-agenda di dalam forum berikutnya.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..