• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SYAIR TOMBO ATI  DALAM TRADISI ISLAM JAWA

SYAIR TOMBO ATI  DALAM TRADISI ISLAM JAWA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagaimana biasanya, pada hari Selasa, 24 Oktober 2022, saya diminta kawan-kawan Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya untuk memberikan ceramah. Yang hadir adalah jamaah Masjid Al Ihsan, yang memang biasanya shalat shubuh berjamaah. Khusus hari Selasa memang acaranya ngaji dengan tema apa saja yang penting terkait dengan Islam. Pada hari-hari lain biasanya jamaah shalat shubuh ini mengaji Alqur’an. Tahsinan dan hafalan ayat-ayat pendek. Untuk ngaji itu dibimbing oleh Ustd. Mohammad Zamzami, al hafidz.

Pada kesempatan ini, saya melanjutkan pembicaraan tentang syair Jawa untuk menjelaskan tentang ajaran Islam substansial melalui syair “Tombo Ati”. Pada tulisan yang lalu sudah saya bahas tiga syairnya, dan sekarang saya bahas dua lainnya. Syair Tombo Ati ini merupakan satu kesatuan, sehingga juga harus dipahami sebagai satu kesatuan. Sebagaimana biasa, saya sampaikan tiga hal terkait dengan uraian saya dimaksud.

Pertama, tentang pencipta syair ini memang debatable. Ada perdebatan, apakah penciptanya adalah Sunan Bonang ataukah Sunan Kalijaga. Keduanya memang dikenal sebagai penggubah lagu-lagu Jawa yang bernuansa keislaman. Misalnya lagu Dandang Gulo, lir-ilir, Sluku-sluku batok, Gundul-Gundul Pacul, Pangkur, Sinom, dan sebagainya. Lagu-lagu ini memang menggunakan Bahasa Jawa, akan tetapi kala dipahami maknanya, maka di dalam syair-syairnya menggambarkan Islam substansial yang sangat mengagumkan. Para waliyullah ini menciptakan lagu atau syair Jawa karena yang dihadapi adalah masyarakat Jawa. Yang dihadapi bukan masyarakat Arab. Karena diketahui bahwa orang Jawa itu menyukai lagu-lagu dan menjadi salah satu cara rekreasinya, maka para waliyullah mengadaptasikan dakwahnya dengan apa yang menjadi kecenderungan dan kesukaan orang Jawa. Oleh para ahli disebut sebagai hangajawi atau menjadi orang Jawa. Terlepas dari siapakah yang menciptakan syair Tombo Ati dimaksud, tetapi yang jelas bahwa syair-syairnya momot dengan ajaran Islam yang sangat mendalam.

Kedua, kaping papat, kudu weteng ingkang luwe. Artinya kita harus melaksanakan puasa. Weteng luwe artinya puasa. Bukankah Islam mengajarkan agar kita melakukan puasa. Ada puasa ramadlan sebagai puasa wajib dan ada puasa sunnah, misalnya puasa hari senin dan kamis, puasa sya’ban, puasa muharram dan lain-lain. Kita dianjurkan untuk melakukan puasa sunnah dan diwajibkan untuk puasa ramadlan. Puasa ini tidak hanya memiliki manfaat pahala dari Allah atas kepatuhan kita, tetapi juga manfaat kesehatan badan. Bahkan beberapa tehnik diet bagi orang yang kelebihan berat badan juga berdasarkan atas manfaat puasa atau tidak makan pada beberapa jam. Ada yang cara diet dengan tidak makan karbohidrat dan lain-lain kecuali air selama 16 jam. Dan berdasarkan analisis kesehatan memang puasa itu bisa menjadi instrument untuk menjaga kesehatan, terutama dari darah tinggi, jantung, kolesterol, asam urat dan penyakit lainnya. Dengan mengharuskan perut kita lapar atau puasa, maka diri akan sehat. Sehat jasmani dan sehat rohani. Qalbun salim fi jismin salim. Jiwa yang sehat terletak pada badan yang sehat.

Ketiga, kaping lima,  dzikir wengi ingkang suwe. Islam mengajarkan agar umat Islam melakukan dzikir atau mengingat Allah baik siang atau malam. Dan Islam mensunnahkan kita melakukan dzikir pada waktu malam, saat orang pada tidur, maka Allah sangat mengapresiasi terhadap orang yang melakukan dzikir pada malam hari. Dzikir dapat dilakukan dengan qiyamul lail atau shalat malam, dan juga membaca kalimat thayibah misalnya Lailaha illallah, Muhammadur Rasulullah, alhamdulillah, subhanallah, Allahu akbar  atau bacaan-bacaan khusus yang diajarkan para ulama yang memiliki persambungan sanad dengan Rasulullah, baik bacaannya maupun silsilah keilmuannya. Tentu saja ada sebagian umat Islam yang sudah mengamalkannya dan ada yang mengamalkan tetapi belum kaffah dan ada yang belum melakukannya. Bagi yang sudah baik hendaknya dilestarikan, bagi yang masih belum sempurna disempurnakan, dan bagi yang belum hendaknya dilakukannya.

Meskipun syair itu ditulis dengan Bahasa Jawa tetapi kandungannya sangat Islami. Ajaran yang menurut Orang Arab bisa saja dianggap tidak Islami karena tidak menggunakan Bahasa Arab, akan tetapi bagi yang memahami maknanya sungguh hal itu sangatlah sesuai dengan ajaran Islam.

Salah sawijine sopo biso ngelakoni, insyaallah Gusti Pengeran nyembadani. Yang artinya: jika kita bisa melakukan salah satunya, insyaallah Tuhan Allah akan mengabulkan permohonan kita. Dengan mengacu kepada syair yang diciptakan oleh waliyullah ini, maka salah satu dari lima hal tersebut dapat menjadi washilah bagi kita untuk mendapatkan ridla Allah swt.

Sekali lagi, bahwa syair dalam Tombo Ati tersebut meskipun diungkapkan di dalam Bahasa Jawa, namun memiliki kandungan ajaran Islam yang sangat substantif dan mendasar.

Wallahu a’lam bi al shawab.

SILATURAHMI SPIRITUAL: MENGENANG YANG TELAH PERGI

SILATURAHMI SPIRITUAL: MENGENANG YANG TELAH PERGI

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Tradisi Islam local sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Nusantara tidak akan lekang oleh panas dan tidak akan lapuk oleh hujan. Tradisi yang telah berumur ratusan tahun ini tentu merupakan tradisi yang sudah menjadi habitual action di kalangan masyarakat Islam ala ahli sunnah wal jamaah atau secara khusus masyarakat NU di manapun dan kapanpun. Meskipun tradisi ini sedang digerogoti oleh sekelompok orang yang tergabung di dalam Islam ahli sunnah tanpa wal jamaah, akan tetapi saya berkeyakinan bahwa tradisi ini akan tetap bertahan bahkan berkembang dengan mengambil cara-cara yang baru tanpa meninggalkan yang lama yang bermanfaat.

Sabtu malam, 5 November 2022 merupakan hari ke 40 wafatnya Adinda Leiliana Shofhati binti KH. Khusnan Zein, Isteri Mas Ruchman Basori, Kasubdit Ketenagaan pada Direktorat Pendidikan Tinggi Islam pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama. Acara ini dilaksanakan dengan tahlilan, yasinan dan doa bersama yang diikuti secara daring dan luring. Yang luring dilakukan di Brebes, Jawa Tengah dan Pamulang Tangerang, selain itu juga dilakukan dengan Zoom yang diikuti tidak kurang dari 90 orang dari seluruh Indonesia. Hadir para professor, doctor dan dosen PTKI, para pejabat di lingkungan Kementerian Agama, para rector dan pejabat pada PTKIN dan PTKIS dan keluarga besar Mas Ruchman Basori.

Acara ini terasa sangat special sebab tidak hanya lantunan tahlil dan yasin yang dilakukan tetapi juga launching karya Mas Ruchman untuk mengenang istrinya. Sungguh acara yang sangat menarik dan jarang terjadi. Mas Ruchman memiliki talenta menulis yang baik, sehingga dalam waktu singkat dapat menghadirkan buku yang sangat inspiratif yang berjudul “ Takziyah Sang Syahidah”. Saya sungguh merasakan betapa “Keabadian Cinta” itu tergambar di dalam bait-bait puisi yang dibacakan Mas Ruchman untuk mengenang istri tersayang dan tercintanya itu. Aura kesyahduan dan perasaan cinta yang mendalam tergambar di dalam bait-bait puisi yang dibacakannya. Sungguh kita merasa terbawa dengan aura “kehilangan” seorang terkasih dan tercinta di dalam kehidupan. Subhanallah. Engkau yang menciptakan “Sang Syahidah” ke bumi dan Engkau pula yang mengambilnya. Semua berada di dalam takdir-MU.

Saya dan Prof. Musahadi diminta oleh Mas Ruchman untuk memberikan sambutan bagi para hadirin yang berada di dalam ruang Zoom. Sebagaimana biasa maka saya sampaikan tiga hal yang saya anggap penting di dalam acara mengenang almarhuman Adinda Leiliana Shofhati istri Mas Ruchman. Pertama, saya sampaikan bahwa semua yang hadir di dalam acara ini tentu ikut berbela sungkawa atas wafatnya Adinda Leiliana Shofhati. Kita semua yang hadir menjadi bagian dari orang yang merasakan kedukaan yang mendalam. Kita semua merupakan bagian dari keluarga besar Mas Ruchman yang sedang berada di dalam nuansa kedukaan karena telah ditinggal wafat oleh istri tercinta. Kita merasakan betapa kedukaan itu dan kita semua bersimpati atas kedukaan tersebut.

Kedua, kita semua hadir dalam doa. Kita berada dalam suasana doa bersama. Kita hadir untuk membacakan kalimat tauhid “lailaha illallah” yang dikonsepsikan oleh orang Indonesia sebagai bacaan tahlilan. Dan kita membaca Surat Yasin yang kemudian disebut sebagai yasinan. Tradisi ini yang saya sebut sebagai tradisi silaturahmi spiritual. Silaturrahmi secara bersama yang dilakukan untuk mendoakan atas orang yang kita anggap penting di dalam kehidupan. Dan kali ini adalah lantunan doa untuk almarhumah Adinda Leiliana Shofhati binti KH. Khusnan Zein, yang telah wafat 40 hari yang lalu.

Kita meyakini bahwa doa,  bacaan tahlil dan yasin yang kita baca bersama ini pasti akan sampai keharibaan Allah SWT dan pahalanya akan disampaikan kepada almarhumah. Kita semua meyakini bahwa bacaan doa itu sangat bermanfaat bagi siapa yang dituju. Kita meyakini bahwa Allah dan Nabi Muhammad SAW yang menjadi washilah dalam doa itu juga akan menyampaikannya kepada Sang Syahidah. Jika Allah SWT akan memberikan ampunannya, maka Nabi Muhammad SAW akan memberikan syafaatnya. Kita meyakini hal ini semua, yang di dalam tradisi akademik disebut sebagai “kebenaran empiric transcendental”. Kebenaran yang diyakini secara total oleh kita yang meyakininya.

Saya sungguh merasakan bagaimana jiwa dan perasaan Mas Ruchman yang sangat kehilangan atas wafatnya istri tercintanya. Mereka berempat, Mas Ruchman dan tiga anaknya, pasti sangat kehilangan. Dan ungkapan dalam puisi yang dibacanya itu menggambarkan betapa mendalamnya rasa cinta dan kasih sayang itu tertanam. “Jika aku tahu umurmu tidak panjang, tidak akan kulepaskan sedikitpun tanganku untuk menulis tentangmu”. Kita semua memahami selama 22 tahun Mas Ruchman bersama istri dan keluarganya, maka wafatnya istrinya merupakan “pukulan jiwa dan perasaan” yang luar biasa. Ya Allah hanya Engkau yang mengetahui apa dibalik cobaan dan ujian ini.

Ketiga, Mas Ruchman ini sedang diuji oleh Allah SWT tentang kesabaran dan ketabahannya. Dan saya kira meninggalnya orang terkasih dan tercinta adalah ujian yang sangat berat. Tiada lagi orang yang menyapa di kala senang dan susah. Tiada lagi orang yang dengan lembut dan mesra membisikkan kata-kata mutiara, kata-kata yang mendorong agar berbuat lebih baik dan lebih baik. Tiada lagi orang yang berkata di tengah kelelahan dan kepenatan yang mendera untuk terus bergerak mengabdi kepada umat. Kehilangan ini Ya Allah yang dipastikan akan terus dirasakan oleh Mas Ruchman.

Tetapi kita juga harus yakin bahwa hal ini bukanlah penderitaan, sebab Allah tidak akan menjadikan hambanya menderita. Mas Ruchman yang di dalam wajahnya terdapat jiwa kesabaran saya yakin akan mampu untuk mengatasi semua ini, dan tentu akan menatap masa depan bersama Sang Buah Hati, putra-putranya. Ya Allah di tengah kegalauan, kesedihan, dan kehilangan ini, kita semua yakin bahwa Engkau akan menurunkan kebahagian yang sesungguhnya bagi Mas Ruchman dan keluarganya.

Ihdinash shirathal mustaqim, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq.  Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Wallahu a’lam bi al shawab.

SYAIR TOMBO ATI SEBAGAI EKSPRESI ISLAM JAWA

SYAIR TOMBO ATI SEBAGAI EKSPRESI ISLAM JAWA

Prof. Dr. Nur Syam, Msi

Ekspresi Islam Jawa jangan dimaknai sebagai Islam yang tidak sesuai dengan Islam yang berdasar dari sumber aslinya. Yang saya maksud Islam Jawa sebenarnya adalah Islam di Jawa. Islam yang dianut dan dipeluk oleh orang Jawa. Islam yang bersumber dari Timur Tengah tetapi telah berkolaborasi atau berdialog dengan tradisi local, sehingga menjadi Islam dalam tradisi local. Ada ajarannya yang universal yang tidak akan berbeda dengan Islam di manapun, tetapi ada ekspresi yang bercorak lokalitas, seperti memahami Islam dalam Bahasa Jawa, seperti yang diajarkan para waliyullah dengan syair Tombo Ati.

Dalam suatu kesempatan ceramah bada shubuh, Selasa 25 Oktober 2022, saya menyampaikan tentang bagaimana ekspresi Islam pada masyarakat Jawa itu dalam syair yang biasanya dibacakan pada saat menjelang shalat Magrib antara adzan dan iqamah. Sekarang sudah jarang dilantunkan. Tetapi syair ini justru menjadi terkenal karena dipopulerkan oleh Opick dan Cak Nun. Jika Opick menggubah dalam Bahasa Indonesia, sedangkan Cak Nun tetap dalam Bahasa Jawa. Syair Tombo Ati memang merupakan cara orang Jawa mengekspresikan pemahaman beragama dalam Bahasa yang dipahami oleh masyarakat local. Syair ini bisa dinyatakan sebagai kearifan Jawa.

Saya tidak hafal persis syairnya, sampai kemudian Pak Suryanto mengungkapkannya. “Tombo Ati iku limo sakwernane. Moco Qur’an angen-angen sakmanane. Begitu dulu ingat saya dilantunkan  di pedesaan”. Kaping pindo, shalat wengi lakonono”, kaping telu kudu weteng ingkang luwe”. Setelah itu, Pak Mulyanta mengirimkan pesan lewat WAG “Ngaji Bahagia” tentang keseluruhan syair Tombo Ati tersebut. “Tombo Ati iku limo sakwernane. Moco Qur’an angen-angen sakmanane. Kaping pindho sholat wengi lakonono. Kaping telu wong kang soleh kumpulono, kaping papat kudu weteng ingkang luwe. Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe”.

Jika kita mencoba untuk memahami makna syair Tombo Ati, maka di dalamnya sarat dengan ajaran substansial di dalam Islam. Pada syair pertama, membaca Qur’an dan memahami maknanya. Jadi obat hati atau thibbul qulub itu yang pertama adalah membaca Alqur’an. Jika bisa sesuai dengan syair tersebut sambil mendalami maknanya. Misalnya,  seperti kita yang setiap pagi belajar dan membaca Alqur’an maka itu sudah sangat utama. Membaca Alqur’an adalah keutamaan di dalam Alqur’an. Ada dua makhluk Tuhan yang diberikan wewenang untuk menjadi pensyafaat bagi manusia, yaitu Nabiyullah Muhammad SAW dan Kitab Suci Alqur’an. Makanya yang berbahagia adalah orang yang bisa menjadi “sahabat” Nabi Muhammad SAW, yaitu sahabat di dalam melakukan ajaran Islam secara memadai. Siapapun yang mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan tuntutan Nabi Muhammad SAW, maka dia adalah sahabat Nabi dan baginya layak untuk memperoleh syafaat Nabi Muhammad SAW.

Kemudian yang diberi otoritas oleh Allah SWT lainnya adalah Kitab Suci Aqur’an. Siapa yang menjadi sahabatnya Alqur’an, maka dia akan memperoleh syafaatnya Alqur’an. Dan untuk menjadi sahabatnya Alqur’an maka seseorang harus membaca Alqur’an. Orang harus belajar Alqur’an dan jika bisa akan mengajarkan Alqur’an dimaksud. Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan: Khoirukum man ta’allamal Qur’ana wa ‘allamahu”. Yang artinya kurang lebih: “sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Qur’an dan mengajarkannya”.

Shalat wengi lakonono atau shalat malam hendaknya dilakukan. Islam sangat menekankan tentang pentingnya shalat malam atau qiyamul lail. Tidak usah dipertanyakan dalilnya tentang shalat malam karena sudah sangat jelas. Jadi meskipun diungkapkan dalam ungkapan Jawa namun jelaslah bahwa syair tersebut berasal dari ajaran Islam yang sangat substansial. Mudah-mudahan kita bisa melakukan shalat malam meskipun termasuk aliran yang minimalis. Sekurang-kurangnya dua rakaat setiap malam. Yang penting jangan tidak pernah melakukan shalat malam. Bagi yang belum mari kita biasakan dan yang sudah mari kita tingkatkan kualitas shalatnya.

Ada banyak di antara kita yang bisa menyanyikannya sebagai tradisi dalam beragama, ada banyak di antara kita yang tidak menyanyikannya tetapi melakukan ritual tersebut, ada juga yang tidak hafal lagunya dan tidak melakukannya. Oleh karena itu marilah kita introspeksi diri untuk melakukannya, semoga kita bisa mendawamkannya.

Kaping tigo atau yang ketiga adalah wong kang sholeh kumpulono atau orang yang shaleh kita akrabi atau kita temani. Syair ini menegaskan agar kita berkumpul dengan orang-orang yang saleh atau orang yang beragamanya sangat bagus. Syair ini menggambarkan ajaran Islam yang sangat substansial, bahwa kita diingatkan agar bisa berkumpul dengan para ulama, para kyai dan orang yang memiliki religious yang baik. Seorang ulama ditandai dengan pemahaman dan pengamalan agamanya yang baik, yang menjadi teladan dan yang menampakkan tampilan perilaku yang islami. Tidak hanya tampilan luarnya atau outward looking saja yang bagus tetapi terlebih adalah sikap dan perilaku keberagamaannya. Islam kita ini mengajarkan bahwa kita akan mengikuti kepada siapa yang kita cintai. Anta ma’a man ahbabta. Jadi, ungkapan di dalam syair “wong kang soleh kumpulono” merupakan ungkapan yang sangat Islami, hanya saja diungkapkan di dalam Bahasa Jawa.

Makanya, marilah kita pahami bahwa para ulama masa lalu atau para waliyullah itu adalah keturunan Arab yang menjadi penyebar Islam di Nusantara, maka di dalam menyebarkan Islam di tlatah Jawa juga menggunakan Bahasa local dan ungkapan tradisi local atau local wisdom. Oleh karena itu janganlah kita mencela atas ungkapan Jawa atau nyanyian Jawa atau syair Jawa yang kita tidak memahami maknanya. Mari kita pahami agar kita semakin menjadi arif dan bijaksana di dalam memahami adanya perbedaan dan kesamaan, sehingga kita tidak terjatuh pada usaha untuk saling menyalahkan.

Marilah kita rajut ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan bahkan ukhuwah basyariyah kita sehingga kita akan menjadi bangsa yang kuat dan semakin sejahtera di masa yang akan datang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

MUHAMMAD RASULULLAH: MANUSIA TELADAN  SEPANJANG MASA

MUHAMMAD RASULULLAH: MANUSIA TELADAN  SEPANJANG MASA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Saya diundang oleh Takmir Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 13 Oktober 2022. Acara ini digelar bakda Isyak dan diakhiri dengan makan bareng. Makan prasmanan hasil urunan ibu-ibu perumahan. Tentu saja menunya bervariasi mulai dari botok sampai rawon, sate dan bakso. Sungguh kebersamaan yang mengasikkan. Acara dimulai dengan bacaan shalawat yang dipimpin oleh Ustadz Firdaus, imam tetap Masjid Al Ihsan.

Dan juga didatangkan kawan-kawan mahasiswa UIN Sunan Ampel dengan acara terbangan. Jadi ingat di masa lalu waktu masih di pedesaan. Asyik juga membaca shalawat diiringi music terbangan. Mata terpejam membaca shalawat sambil diiringi music tradisional. Sama dengan acara ba’iat di dalam dunia tasawuf yang juga diiringi dengan ketukan-ketukan terbangan dalam bacaan tertentu. Tema dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW sebagaimana dibuat oleh Takmir masjid: “Mengenang Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai teladan kehidupan”. Saya menyampaikan beberapa hal terkait dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Pertama, saya mengapresiasi atas pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dengan tema yang menarik. Sebagaimana dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan kehidupan. Di  dalam Alqur’an disebutkan: “laqad kana lakum fi rasululillahi uswatun hasanah”. Yang  artinya: “sesungguh-sungguhnya bagi kamu di dalam diri Rasulullah adalah teladan yang baik”. Jadi kalau  kita meneladani Nabi Muhammad SAW tentu merupakan keharusan. Kita yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasulullah, utusan Allah, kekasih Allah, manusia istimewa sepanjang sejarah kemanusiaan. Muhammad SAW adalah conton manusia yang luar biasa, yang menjadi satu-satunya manusia di muka bumi, di masa lalu dan masa yang akan datang, yang bisa bermuwajahah dengan Allah SWT. Malaikat Jibril yang menjadi humas Allah, sebagai penyampai wahyu Allah SWT tidak diberi potensi untuk bertemu Allah SWT, sedangkan Nabiyullah Muhammad SAW diberi kekuatan dan kesempatan untuk bertemu Allah SWT pada waktu menerima perintah menjalankan shalat lima waktu dalam sehari saat Nabi Muhammad SAW dimi’rajkan di hadapan Allah SWT.

Kedua, pada kesempatan ini saya menyampaikan salah satu mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang akhirnya dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Di dalam karya Zakir Naik, The Miracles of Alqur’an & Alsunnah (Jakarta: Aqwam, 143-148) dinyatakan tentang  keajaiban Alqur’an dan juga Alsunnah. Pada suatu waktu, tahun 1978, Pidcock, orang Inggris, melihat acara di televisi yang kontennya mengenai Perjalanan manusia ke Bulan dan kajian-kajian yang dilakukan di antariksa. Terjadi perdebatan antara yang pro dan kontra. Yang pro menyatakan bahwa penelitian di luar angkasa tersebut dapat menghasilkan ilmu yang relevan dengan kehidupan manusia, misalnya pertanian, peternakan, Kesehatan dan sebagainya. Sedangkan yang kontra menyatakan bahwa uang sebesar 100 milyar dollar, itu sia-sia saja digunakan untuk kejian luar angkasa. Sebaiknya digunakan untuk mengentas kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat. Tetapi di akhir acara disebutkan bahwa berdasarkan kajian mendalam diketahui bahwa bulan itu pernah terbelah. Terdapat bekas-bekas patahan yang menunjukkan bulan pernah terbelah.

Maka, melompatlah Pidcock mendengar temuan ilmuwan luar angkasa tersebut. Dia kaget sebab dia pernah membaca di dalam Alqur’an bahwa bulan pernah terbelah pada zaman Nabi Muhammad SAW. Bulan terbelah tersebut didapati di dalam Surat Alqamar, ayat 1-5. Pada ayat 1  artinya: “Saat (hari Kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah”. Pidcock menyatakan bahwa cerita bulan terbelah itu 14 abad yang lalu kebenarannya baru diketahui abad ke 20. Saat dia mendengar cerita itu, Pidcock menyatakan menjadi seorang muslim. Dia lantunkan syahadat sebagai pengakuan bahwa dirinya telah memeluk Islam. Dia berganti nama menjadi Dawud Musa Pidcock dan kemudian menjadi pimpinan Partai Liga Muslim di Inggris. Subhanallah. Ternyata bahwa mu’jizat Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu ternyata dibenarkan oleh ilmu pengetahuan, oleh sains. Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW juga menceritakan yang sama tentang bulan pernah terbelah tersebut.

Ketiga, pada moment yang indah ini, marilah kita teladani Rasulullah dan para penerus  Nabi Muhammad SAW. Di antaranya adalah melantunkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diingatkan oleh para khatib setiap Jum’at agar kita membaca shalawat. Allah dan para malaikat-Nya saja membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Maka kita semua umatnya tentu harus membacanya. Berapapun yang kita mampu. Agar diupayakan setiap hari membaca shalawat agar kita bisa mendapatkan syafa’at dari Junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW.

Untuk mengakhiri ceramah singkat di Masjid Al Ihsan, saya pun mendendangkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

“Shalatullah salamullah ‘ala thaha Rasululillah. Shalatullah salamullah ‘ala yasin habibillah. Mari kita jalankan shalat. Agar hidup kita selamat. Mari kita baca shalawat. Agar kita dapatkan syafaat”.

“Shalatullah salamullah ‘ala thaha Rasululillah. Shalatullah salamullah ‘ala yasin habibillah. Syafaat Nabi yang kita cintai. Pasti terjadi di hari nanti. Jika Islam kita patuhi. Agama Allah Yang Maha Suci”.

“Shalatullah salamullah ‘ala thaha Rasululillah. Shalatullah salamullah ‘ala yasin habibillah. Nabi Muhammad Allah kasihi. Manusia suci di dunia ini. Baca shalawat setiap hari. Surga Allah pasti menanti”.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

 

 

 

ILMU GAIB DALAM TRADISI  JAWA

ILMU GAIB DALAM TRADISI  JAWA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagaimana biasanya, setiap hari Selasa pagi ba’da Shubuh di Masjid Al Ihsan diselenggarakan acara ceramah yang diisi secara bergantian. Tidak ada jadwal yang khusus, artinya bisa diisi oleh siapa saja yang perlu bercerita tentang pengalamannya. Dr. Sahid, biasanya memberikan ceramah tentang aspek-aspek psikhologi dalam ibadah, misalnya mengajarkan tentang focus dalam shalat atau di dalam literatur Islam disebut sebagai khusyu’ dan lain-lain, sedangkan saya materi ceramah umum yang terkait dengan aspek agama dan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat Islam.

Selasa, 11 Oktober 2022, saya menguraikan tentang ilmu gaib dalam masyarakat kita dan bagaimana pandangan para ahli dalam bidang antropologi tentang ilmu gaib dimaksud. saya kemudian membagi ceramah ini dalam tiga bagian, yaitu: Pertama, pandangan tentang adanya ilmu umum. Ilmu umum  di dalam dunia ilmu pengetahuan  mencakup tentang ilmu alam, seperti sain dan teknologi. Sains meliputi ilmu Kesehatan, ilmu kedokteran, ilmu bumi, ilmu fisika, biologi, matematika dan sebagainya. Kemudian teknologi mencakup misalnya Teknik sipil, Teknik lingkungan, rekayasa genetic dan sebagainya. Sedangkan di sisi lain juga terdapat ilmu sosial, misalnya sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu hukum, dan sebagainya, kemudian ilmu humaniora, misalnya sejarah, filsafat, sastra, Bahasa dan sebagainya. Semua ini dapat dikategorikan sebagai ilmu umum.

Kedua, terdapat pandangan mengenai ilmu agama, yaitu ilmu yang mengkaji tentang tafsir agama. Jadi bukan ilmu yang akan memverifikasi atau memfalsifikasi wahyu Tuhan baik di dalam Alqur’an atau sabda Nabi, ketetapan Nabi atau perilaku Nabi akan tetapi mengkaji tafsir para ahli tentang Alqur’an, tentang sunnah Nabi dan pemikiran-pemikiran para sahabat, tabi’in dan tabiit tabi’in bahkan para ulama lainnya. Jadi tidak mungkin kita sebagai umat Islam akan menyalahkan (memfalsifikasi) atau merevisi atau mengurangi dan menambah tentang wahyu Tuhan (memverifikasi). Jadi ilmu agama itu mengkaji pandangan para ahli dalam bidangnya untuk direvisi atau ditambah dan dikurangi. Sebagai tafsir atau paham tentu sah-sah saja untuk dilakukan hal itu. Imam Syaf’I sebagai ulama pemuka madzhab Syafi’iyah saja juga melakukan hal yang sama. Ada fiqih berbasis qaul Qadim (pendapatnya yang lama waktu di Basrah) dan kemudian ada qaul jadid (pendapatnya yang baru waktu di Mesir). Sekali lagi ilmu agama bukan mengkaji wahyu Allah untuk direvisi atau disalahkan, tetapi mengkaji tafsir ahli tentang wahyu Tuhan. Hal ini saya tekankan sebab masih banyak orang yang meragukan keberadaan ilmu agama, karena agama itu wahyu sehingga tidak bisa dikaji dengan perangkat ilmu yang positivistic, misalnya dengan pengamatan (observasi) dan pemikiran manusia (rasionalitas). Misalnya kita mengkaji tafsir Al Azhar karya HAMKA merupakan bagian dari ilmu Tafsir. Buya HAMKA menafsirkan atau menganalisis Alqur’an dan kita kemudian mengkaji karya Buya HAMKA. Tafsir Al-Azhar adalah ilmu tafsir karena pandangan Buya HAMKA tentang arti dan makna ayat dalam pandangan Beliau yang bisa saja berbeda dengan pandangan para ahli lain dalam menafsirkannya. Tetapi di dalam menafsirkan Alqur’an harus berpedoman kepada pendapat para sahabat, tabi’in dan tabiit-tabi’in yang pandangannya sudah memperoleh pengabsahan dari para ulama lain, meskipun juga ada yang tidak mengabsahkannya. Jadi bisa saja ada orang yang mengkaji pemikiran Tafsirnya Nashiruddin Al Bani, dan kemudian tidak sependapat dengannya dan ada yang sependapat dengannya. Maka tidak ada kemutlakan tafsir atau pandangan ulama tentang agama. Sebagai orang awam, kita bisa mengambil yang cocok asalkan ada runtutan atau garis lurus yang membenarkan amalan yang dilakukan dan kemudian kita mengikutinya. Kita tidak menjadi pengikut buta, tetapi selalu ada yang mengajarkan kepada kita tentang amalan agama. Dan ini sah-sah saja. jika seperti ini maka tidak ada yang bisa saling mencela pemahaman dan pengamalan agama bagi kita masing-masing.

Ketiga, ilmu gaib. Bagi kaum positivistic tentu tidak meyakini keberadaan ilmu gaib. Tetapi kaum agamawan dan ahli-ahli ilmu antropologi, sosiologi dan yang senafas, tentu akan meyakini bahwa ada dunia gaib dan berbeda dengan dunia manusia ini. Mungkin bisa dinyatakan metafisika atau dunia yang ada dibalik yang fisik atau bendawi.  Alqur’an juga membenarkan bahwa memang terdapat dunia gaib yang bisa dipercayai oleh manusia. Di dalam Surat Al Baqarah ayat 3 dinyatakan: “dan orang-orang yang beriman dengan kegaiban, dan mendirikan shalat dan juga mendarmabaktikan penghasilannya untuk infaq”. Beriman kepada kegaiban itu bisa diartikan meyakini terhadap hal-hal yang sekarang masih tidak berwujud, tetapi suatu Ketika bisa menjadi wujud. Misalnya Surga, neraka, Jin atau makhluk halus lainnya.

Para ahli antropologi sudah lama mengkaji tentang hal-hal yang gaib, misalnya magi. Sejenis kekuatan gaib yang bisa menggerakkan atas benda-benda yang sesungguhnya tidak bisa bergerak sendiri. Kebenaran seperti mengakui adanya keyakinan-keyakinan tersebut disebut sebagai empiric-transendental atau kebenaran nyata berbasis pada hal-hal yang transenden atau berbasis keyakinan bahwa hal tersebut ada dan nyata.

Di tanah Jawa,  dunia mistis, magi, dunia metafisik sudah lama menjadi keyakinan. Selama ini kita hanya tahu dari film, misalnya film Walisongo, yang menggambarkan bagaimana Kanjeng Sunan Kalijaga bertapa Mbathang atau bertapa di air selama 41 hari atau puasa tanpa tidur selama 36 hari, atau puasa pendhem selama 41 hari dan sebagainya. Lalu santet, teluh, dan sihir juga ada. Bahkan terkadang orang bisa melihat benda seperti jarum yang berjalan di sore hari atau api yang berjalan-jalan di dalam ruangan.  Adakah ini kenyataan? Ternyata ada di dalam tradisi Jawa. Orang Jawa sungguh memiliki kemampuan adikodrati yang seperti ini. Ada orang yang bisa mendirikan keris tanpa warongko atau keris telanjang bisa berdiri (tanpa rekayasa), ada orang yang mampu puasa tanpa tidur selama 36 hari dan pada hari ke sebelas sudah terbuka semua hijab kehidupan itu. Isi dunia menjadi telanjang, semua makhluk Tuhan diperlihatkan atau memperlihatkan diri. Ada orang yang bisa puasa mbathang selama 41 hari. Yang ingin dicapai adalah “kesempurnaan” dalam memandang dunia sehingga dunia tanpa tabir dan semuanya bisa diperoleh melalui riyadhoh atau pelatihan fisik dan jiwa seperti ini.

Jika seperti ini, maka dunia kegaiban yang diceritakan di dalam Alqur’an merupakan kebenaran transcendental yang dapat diyakini kebenarannya. Perkara ada yang percaya atau tidak adalah pilihan. Tetapi saya yakin bahwa ilmu gaib itu ada di dalam kehidupan di alam maya ini.

Wallahu a’lam bi al shawab.