Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SILATURAHMI SPIRITUAL: MENGENANG YANG TELAH PERGI

SILATURAHMI SPIRITUAL: MENGENANG YANG TELAH PERGI

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Tradisi Islam local sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Nusantara tidak akan lekang oleh panas dan tidak akan lapuk oleh hujan. Tradisi yang telah berumur ratusan tahun ini tentu merupakan tradisi yang sudah menjadi habitual action di kalangan masyarakat Islam ala ahli sunnah wal jamaah atau secara khusus masyarakat NU di manapun dan kapanpun. Meskipun tradisi ini sedang digerogoti oleh sekelompok orang yang tergabung di dalam Islam ahli sunnah tanpa wal jamaah, akan tetapi saya berkeyakinan bahwa tradisi ini akan tetap bertahan bahkan berkembang dengan mengambil cara-cara yang baru tanpa meninggalkan yang lama yang bermanfaat.

Sabtu malam, 5 November 2022 merupakan hari ke 40 wafatnya Adinda Leiliana Shofhati binti KH. Khusnan Zein, Isteri Mas Ruchman Basori, Kasubdit Ketenagaan pada Direktorat Pendidikan Tinggi Islam pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama. Acara ini dilaksanakan dengan tahlilan, yasinan dan doa bersama yang diikuti secara daring dan luring. Yang luring dilakukan di Brebes, Jawa Tengah dan Pamulang Tangerang, selain itu juga dilakukan dengan Zoom yang diikuti tidak kurang dari 90 orang dari seluruh Indonesia. Hadir para professor, doctor dan dosen PTKI, para pejabat di lingkungan Kementerian Agama, para rector dan pejabat pada PTKIN dan PTKIS dan keluarga besar Mas Ruchman Basori.

Acara ini terasa sangat special sebab tidak hanya lantunan tahlil dan yasin yang dilakukan tetapi juga launching karya Mas Ruchman untuk mengenang istrinya. Sungguh acara yang sangat menarik dan jarang terjadi. Mas Ruchman memiliki talenta menulis yang baik, sehingga dalam waktu singkat dapat menghadirkan buku yang sangat inspiratif yang berjudul “ Takziyah Sang Syahidah”. Saya sungguh merasakan betapa “Keabadian Cinta” itu tergambar di dalam bait-bait puisi yang dibacakan Mas Ruchman untuk mengenang istri tersayang dan tercintanya itu. Aura kesyahduan dan perasaan cinta yang mendalam tergambar di dalam bait-bait puisi yang dibacakannya. Sungguh kita merasa terbawa dengan aura “kehilangan” seorang terkasih dan tercinta di dalam kehidupan. Subhanallah. Engkau yang menciptakan “Sang Syahidah” ke bumi dan Engkau pula yang mengambilnya. Semua berada di dalam takdir-MU.

Saya dan Prof. Musahadi diminta oleh Mas Ruchman untuk memberikan sambutan bagi para hadirin yang berada di dalam ruang Zoom. Sebagaimana biasa maka saya sampaikan tiga hal yang saya anggap penting di dalam acara mengenang almarhuman Adinda Leiliana Shofhati istri Mas Ruchman. Pertama, saya sampaikan bahwa semua yang hadir di dalam acara ini tentu ikut berbela sungkawa atas wafatnya Adinda Leiliana Shofhati. Kita semua yang hadir menjadi bagian dari orang yang merasakan kedukaan yang mendalam. Kita semua merupakan bagian dari keluarga besar Mas Ruchman yang sedang berada di dalam nuansa kedukaan karena telah ditinggal wafat oleh istri tercinta. Kita merasakan betapa kedukaan itu dan kita semua bersimpati atas kedukaan tersebut.

Kedua, kita semua hadir dalam doa. Kita berada dalam suasana doa bersama. Kita hadir untuk membacakan kalimat tauhid “lailaha illallah” yang dikonsepsikan oleh orang Indonesia sebagai bacaan tahlilan. Dan kita membaca Surat Yasin yang kemudian disebut sebagai yasinan. Tradisi ini yang saya sebut sebagai tradisi silaturahmi spiritual. Silaturrahmi secara bersama yang dilakukan untuk mendoakan atas orang yang kita anggap penting di dalam kehidupan. Dan kali ini adalah lantunan doa untuk almarhumah Adinda Leiliana Shofhati binti KH. Khusnan Zein, yang telah wafat 40 hari yang lalu.

Kita meyakini bahwa doa,  bacaan tahlil dan yasin yang kita baca bersama ini pasti akan sampai keharibaan Allah SWT dan pahalanya akan disampaikan kepada almarhumah. Kita semua meyakini bahwa bacaan doa itu sangat bermanfaat bagi siapa yang dituju. Kita meyakini bahwa Allah dan Nabi Muhammad SAW yang menjadi washilah dalam doa itu juga akan menyampaikannya kepada Sang Syahidah. Jika Allah SWT akan memberikan ampunannya, maka Nabi Muhammad SAW akan memberikan syafaatnya. Kita meyakini hal ini semua, yang di dalam tradisi akademik disebut sebagai “kebenaran empiric transcendental”. Kebenaran yang diyakini secara total oleh kita yang meyakininya.

Saya sungguh merasakan bagaimana jiwa dan perasaan Mas Ruchman yang sangat kehilangan atas wafatnya istri tercintanya. Mereka berempat, Mas Ruchman dan tiga anaknya, pasti sangat kehilangan. Dan ungkapan dalam puisi yang dibacanya itu menggambarkan betapa mendalamnya rasa cinta dan kasih sayang itu tertanam. “Jika aku tahu umurmu tidak panjang, tidak akan kulepaskan sedikitpun tanganku untuk menulis tentangmu”. Kita semua memahami selama 22 tahun Mas Ruchman bersama istri dan keluarganya, maka wafatnya istrinya merupakan “pukulan jiwa dan perasaan” yang luar biasa. Ya Allah hanya Engkau yang mengetahui apa dibalik cobaan dan ujian ini.

Ketiga, Mas Ruchman ini sedang diuji oleh Allah SWT tentang kesabaran dan ketabahannya. Dan saya kira meninggalnya orang terkasih dan tercinta adalah ujian yang sangat berat. Tiada lagi orang yang menyapa di kala senang dan susah. Tiada lagi orang yang dengan lembut dan mesra membisikkan kata-kata mutiara, kata-kata yang mendorong agar berbuat lebih baik dan lebih baik. Tiada lagi orang yang berkata di tengah kelelahan dan kepenatan yang mendera untuk terus bergerak mengabdi kepada umat. Kehilangan ini Ya Allah yang dipastikan akan terus dirasakan oleh Mas Ruchman.

Tetapi kita juga harus yakin bahwa hal ini bukanlah penderitaan, sebab Allah tidak akan menjadikan hambanya menderita. Mas Ruchman yang di dalam wajahnya terdapat jiwa kesabaran saya yakin akan mampu untuk mengatasi semua ini, dan tentu akan menatap masa depan bersama Sang Buah Hati, putra-putranya. Ya Allah di tengah kegalauan, kesedihan, dan kehilangan ini, kita semua yakin bahwa Engkau akan menurunkan kebahagian yang sesungguhnya bagi Mas Ruchman dan keluarganya.

Ihdinash shirathal mustaqim, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq.  Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..