Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SYAIR TOMBO ATI  DALAM TRADISI ISLAM JAWA

SYAIR TOMBO ATI  DALAM TRADISI ISLAM JAWA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagaimana biasanya, pada hari Selasa, 24 Oktober 2022, saya diminta kawan-kawan Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya untuk memberikan ceramah. Yang hadir adalah jamaah Masjid Al Ihsan, yang memang biasanya shalat shubuh berjamaah. Khusus hari Selasa memang acaranya ngaji dengan tema apa saja yang penting terkait dengan Islam. Pada hari-hari lain biasanya jamaah shalat shubuh ini mengaji Alqur’an. Tahsinan dan hafalan ayat-ayat pendek. Untuk ngaji itu dibimbing oleh Ustd. Mohammad Zamzami, al hafidz.

Pada kesempatan ini, saya melanjutkan pembicaraan tentang syair Jawa untuk menjelaskan tentang ajaran Islam substansial melalui syair “Tombo Ati”. Pada tulisan yang lalu sudah saya bahas tiga syairnya, dan sekarang saya bahas dua lainnya. Syair Tombo Ati ini merupakan satu kesatuan, sehingga juga harus dipahami sebagai satu kesatuan. Sebagaimana biasa, saya sampaikan tiga hal terkait dengan uraian saya dimaksud.

Pertama, tentang pencipta syair ini memang debatable. Ada perdebatan, apakah penciptanya adalah Sunan Bonang ataukah Sunan Kalijaga. Keduanya memang dikenal sebagai penggubah lagu-lagu Jawa yang bernuansa keislaman. Misalnya lagu Dandang Gulo, lir-ilir, Sluku-sluku batok, Gundul-Gundul Pacul, Pangkur, Sinom, dan sebagainya. Lagu-lagu ini memang menggunakan Bahasa Jawa, akan tetapi kala dipahami maknanya, maka di dalam syair-syairnya menggambarkan Islam substansial yang sangat mengagumkan. Para waliyullah ini menciptakan lagu atau syair Jawa karena yang dihadapi adalah masyarakat Jawa. Yang dihadapi bukan masyarakat Arab. Karena diketahui bahwa orang Jawa itu menyukai lagu-lagu dan menjadi salah satu cara rekreasinya, maka para waliyullah mengadaptasikan dakwahnya dengan apa yang menjadi kecenderungan dan kesukaan orang Jawa. Oleh para ahli disebut sebagai hangajawi atau menjadi orang Jawa. Terlepas dari siapakah yang menciptakan syair Tombo Ati dimaksud, tetapi yang jelas bahwa syair-syairnya momot dengan ajaran Islam yang sangat mendalam.

Kedua, kaping papat, kudu weteng ingkang luwe. Artinya kita harus melaksanakan puasa. Weteng luwe artinya puasa. Bukankah Islam mengajarkan agar kita melakukan puasa. Ada puasa ramadlan sebagai puasa wajib dan ada puasa sunnah, misalnya puasa hari senin dan kamis, puasa sya’ban, puasa muharram dan lain-lain. Kita dianjurkan untuk melakukan puasa sunnah dan diwajibkan untuk puasa ramadlan. Puasa ini tidak hanya memiliki manfaat pahala dari Allah atas kepatuhan kita, tetapi juga manfaat kesehatan badan. Bahkan beberapa tehnik diet bagi orang yang kelebihan berat badan juga berdasarkan atas manfaat puasa atau tidak makan pada beberapa jam. Ada yang cara diet dengan tidak makan karbohidrat dan lain-lain kecuali air selama 16 jam. Dan berdasarkan analisis kesehatan memang puasa itu bisa menjadi instrument untuk menjaga kesehatan, terutama dari darah tinggi, jantung, kolesterol, asam urat dan penyakit lainnya. Dengan mengharuskan perut kita lapar atau puasa, maka diri akan sehat. Sehat jasmani dan sehat rohani. Qalbun salim fi jismin salim. Jiwa yang sehat terletak pada badan yang sehat.

Ketiga, kaping lima,  dzikir wengi ingkang suwe. Islam mengajarkan agar umat Islam melakukan dzikir atau mengingat Allah baik siang atau malam. Dan Islam mensunnahkan kita melakukan dzikir pada waktu malam, saat orang pada tidur, maka Allah sangat mengapresiasi terhadap orang yang melakukan dzikir pada malam hari. Dzikir dapat dilakukan dengan qiyamul lail atau shalat malam, dan juga membaca kalimat thayibah misalnya Lailaha illallah, Muhammadur Rasulullah, alhamdulillah, subhanallah, Allahu akbar  atau bacaan-bacaan khusus yang diajarkan para ulama yang memiliki persambungan sanad dengan Rasulullah, baik bacaannya maupun silsilah keilmuannya. Tentu saja ada sebagian umat Islam yang sudah mengamalkannya dan ada yang mengamalkan tetapi belum kaffah dan ada yang belum melakukannya. Bagi yang sudah baik hendaknya dilestarikan, bagi yang masih belum sempurna disempurnakan, dan bagi yang belum hendaknya dilakukannya.

Meskipun syair itu ditulis dengan Bahasa Jawa tetapi kandungannya sangat Islami. Ajaran yang menurut Orang Arab bisa saja dianggap tidak Islami karena tidak menggunakan Bahasa Arab, akan tetapi bagi yang memahami maknanya sungguh hal itu sangatlah sesuai dengan ajaran Islam.

Salah sawijine sopo biso ngelakoni, insyaallah Gusti Pengeran nyembadani. Yang artinya: jika kita bisa melakukan salah satunya, insyaallah Tuhan Allah akan mengabulkan permohonan kita. Dengan mengacu kepada syair yang diciptakan oleh waliyullah ini, maka salah satu dari lima hal tersebut dapat menjadi washilah bagi kita untuk mendapatkan ridla Allah swt.

Sekali lagi, bahwa syair dalam Tombo Ati tersebut meskipun diungkapkan di dalam Bahasa Jawa, namun memiliki kandungan ajaran Islam yang sangat substantif dan mendasar.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..