• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SYAIR TOMBO ATI SEBAGAI EKSPRESI ISLAM JAWA

SYAIR TOMBO ATI SEBAGAI EKSPRESI ISLAM JAWA

Prof. Dr. Nur Syam, Msi

Ekspresi Islam Jawa jangan dimaknai sebagai Islam yang tidak sesuai dengan Islam yang berdasar dari sumber aslinya. Yang saya maksud Islam Jawa sebenarnya adalah Islam di Jawa. Islam yang dianut dan dipeluk oleh orang Jawa. Islam yang bersumber dari Timur Tengah tetapi telah berkolaborasi atau berdialog dengan tradisi local, sehingga menjadi Islam dalam tradisi local. Ada ajarannya yang universal yang tidak akan berbeda dengan Islam di manapun, tetapi ada ekspresi yang bercorak lokalitas, seperti memahami Islam dalam Bahasa Jawa, seperti yang diajarkan para waliyullah dengan syair Tombo Ati.

Dalam suatu kesempatan ceramah bada shubuh, Selasa 25 Oktober 2022, saya menyampaikan tentang bagaimana ekspresi Islam pada masyarakat Jawa itu dalam syair yang biasanya dibacakan pada saat menjelang shalat Magrib antara adzan dan iqamah. Sekarang sudah jarang dilantunkan. Tetapi syair ini justru menjadi terkenal karena dipopulerkan oleh Opick dan Cak Nun. Jika Opick menggubah dalam Bahasa Indonesia, sedangkan Cak Nun tetap dalam Bahasa Jawa. Syair Tombo Ati memang merupakan cara orang Jawa mengekspresikan pemahaman beragama dalam Bahasa yang dipahami oleh masyarakat local. Syair ini bisa dinyatakan sebagai kearifan Jawa.

Saya tidak hafal persis syairnya, sampai kemudian Pak Suryanto mengungkapkannya. “Tombo Ati iku limo sakwernane. Moco Qur’an angen-angen sakmanane. Begitu dulu ingat saya dilantunkan  di pedesaan”. Kaping pindo, shalat wengi lakonono”, kaping telu kudu weteng ingkang luwe”. Setelah itu, Pak Mulyanta mengirimkan pesan lewat WAG “Ngaji Bahagia” tentang keseluruhan syair Tombo Ati tersebut. “Tombo Ati iku limo sakwernane. Moco Qur’an angen-angen sakmanane. Kaping pindho sholat wengi lakonono. Kaping telu wong kang soleh kumpulono, kaping papat kudu weteng ingkang luwe. Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe”.

Jika kita mencoba untuk memahami makna syair Tombo Ati, maka di dalamnya sarat dengan ajaran substansial di dalam Islam. Pada syair pertama, membaca Qur’an dan memahami maknanya. Jadi obat hati atau thibbul qulub itu yang pertama adalah membaca Alqur’an. Jika bisa sesuai dengan syair tersebut sambil mendalami maknanya. Misalnya,  seperti kita yang setiap pagi belajar dan membaca Alqur’an maka itu sudah sangat utama. Membaca Alqur’an adalah keutamaan di dalam Alqur’an. Ada dua makhluk Tuhan yang diberikan wewenang untuk menjadi pensyafaat bagi manusia, yaitu Nabiyullah Muhammad SAW dan Kitab Suci Alqur’an. Makanya yang berbahagia adalah orang yang bisa menjadi “sahabat” Nabi Muhammad SAW, yaitu sahabat di dalam melakukan ajaran Islam secara memadai. Siapapun yang mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan tuntutan Nabi Muhammad SAW, maka dia adalah sahabat Nabi dan baginya layak untuk memperoleh syafaat Nabi Muhammad SAW.

Kemudian yang diberi otoritas oleh Allah SWT lainnya adalah Kitab Suci Aqur’an. Siapa yang menjadi sahabatnya Alqur’an, maka dia akan memperoleh syafaatnya Alqur’an. Dan untuk menjadi sahabatnya Alqur’an maka seseorang harus membaca Alqur’an. Orang harus belajar Alqur’an dan jika bisa akan mengajarkan Alqur’an dimaksud. Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan: Khoirukum man ta’allamal Qur’ana wa ‘allamahu”. Yang artinya kurang lebih: “sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Qur’an dan mengajarkannya”.

Shalat wengi lakonono atau shalat malam hendaknya dilakukan. Islam sangat menekankan tentang pentingnya shalat malam atau qiyamul lail. Tidak usah dipertanyakan dalilnya tentang shalat malam karena sudah sangat jelas. Jadi meskipun diungkapkan dalam ungkapan Jawa namun jelaslah bahwa syair tersebut berasal dari ajaran Islam yang sangat substansial. Mudah-mudahan kita bisa melakukan shalat malam meskipun termasuk aliran yang minimalis. Sekurang-kurangnya dua rakaat setiap malam. Yang penting jangan tidak pernah melakukan shalat malam. Bagi yang belum mari kita biasakan dan yang sudah mari kita tingkatkan kualitas shalatnya.

Ada banyak di antara kita yang bisa menyanyikannya sebagai tradisi dalam beragama, ada banyak di antara kita yang tidak menyanyikannya tetapi melakukan ritual tersebut, ada juga yang tidak hafal lagunya dan tidak melakukannya. Oleh karena itu marilah kita introspeksi diri untuk melakukannya, semoga kita bisa mendawamkannya.

Kaping tigo atau yang ketiga adalah wong kang sholeh kumpulono atau orang yang shaleh kita akrabi atau kita temani. Syair ini menegaskan agar kita berkumpul dengan orang-orang yang saleh atau orang yang beragamanya sangat bagus. Syair ini menggambarkan ajaran Islam yang sangat substansial, bahwa kita diingatkan agar bisa berkumpul dengan para ulama, para kyai dan orang yang memiliki religious yang baik. Seorang ulama ditandai dengan pemahaman dan pengamalan agamanya yang baik, yang menjadi teladan dan yang menampakkan tampilan perilaku yang islami. Tidak hanya tampilan luarnya atau outward looking saja yang bagus tetapi terlebih adalah sikap dan perilaku keberagamaannya. Islam kita ini mengajarkan bahwa kita akan mengikuti kepada siapa yang kita cintai. Anta ma’a man ahbabta. Jadi, ungkapan di dalam syair “wong kang soleh kumpulono” merupakan ungkapan yang sangat Islami, hanya saja diungkapkan di dalam Bahasa Jawa.

Makanya, marilah kita pahami bahwa para ulama masa lalu atau para waliyullah itu adalah keturunan Arab yang menjadi penyebar Islam di Nusantara, maka di dalam menyebarkan Islam di tlatah Jawa juga menggunakan Bahasa local dan ungkapan tradisi local atau local wisdom. Oleh karena itu janganlah kita mencela atas ungkapan Jawa atau nyanyian Jawa atau syair Jawa yang kita tidak memahami maknanya. Mari kita pahami agar kita semakin menjadi arif dan bijaksana di dalam memahami adanya perbedaan dan kesamaan, sehingga kita tidak terjatuh pada usaha untuk saling menyalahkan.

Marilah kita rajut ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan bahkan ukhuwah basyariyah kita sehingga kita akan menjadi bangsa yang kuat dan semakin sejahtera di masa yang akan datang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..