Hari ini, saya menulis tentang bagaimana menyeimbangkan program studi (prodi) agama dan umum atau secara lebih akademis menyeimbangkan ilmu agama dan umum. Mengapa tulisan ini saya buat, tentu saja terkait dengan pertanyaan dari salah seorang yang menanggapi tulisan saya di blog, tentang mengapa perlu menjadi UIN dan kenapa tidak tetap menjadi IAIN saja. Tampaknya ada kekhawatiran jika menjadi UIN lantas prodi agama atau ilmu agama akan terpinggirkan. Pertanyaan ini tentu sangat wajar, mengingat bahwa setiap perubahan pasti akan menghasilkan sikap yang variatif. Ada yang mendukung secara langsung, ada yang mendukung tetapi kritis dan ada juga yang mungkin menolak. Ini merupakan sikap yang sangat wajar terkait dengan inovasi baru atau perubahan menuju sesuatu yang baru. (more..)
Pada hari Senin, 15 Pebruari 2010, saya memang memiliki kegiatan di IAIN Sultan Amai Gorontalo untuk membicarakan tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (FPPTAIN) dan beberapa isu penting terkait dengan peningkatan kualitas Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Selaku ketua FPPTAIN, maka saya memang harus memimpin tim kecil yang akan mempersiapkan AD/ART dan pertemuan FPPTAIN di Gorontalo sekitar akhir April 2010. Yang hadir pada acara ini adalah Rektor IAIN Palembang (Prof. Dr. Aflatun Muchtar) beserta Pembantu Rektor I (Prof. Dr. Saerozi), Rektor Antasari Banjarmasin (Prof. Dr. H.M. Fauzi Aseri), Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo (Prof. Dr. Muhammadiyah Amin) beserta Pembantu Rektor I, dan Ketua STAIN Salatiga (Prof. Dr. Usman Abubakar) dan Rektor IAIN Sunan Ampel (Prof. Dr. Nur Syam) dan Pembantu Rektor I (Prof. Dr. Abd. A’la). (more..)
Di dalam pertemuan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) di Hotel Aryaduta Makassar, 13/02/2010, maka ada satu hal yang menarik yaitu kerjasama antara Bank Mandiri dengan PTN untuk pengembangan pendidikan berbasis enterprenership. Tentu saja ini merupakan hal yang sangat penting di tengah adanya keraguan akan mutu pendidikan tinggi yang dinyatakan tidak siap bekerja. Hal ini disebabkan oleh program pendidikan yang lebih banyak berarah kepada pembekalan pengetahuan teoretik ketimbang pengetahuan praksis. Selain itu juga msaih tingginya angka pengangguran kaum terdisik, sekitar satu juta orang dari kira-kira delapan juta pengangguran di negeri ini. Di tengah kenyataan itu, maka diperlukan adanya inovasi tentang bagaimana mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menjadi enterprener. (more..)
Dalam satu kesempatan memberikan pidato pembukaan dalam acara Pertemuan Rektor PTN dan Wakil/Pembantu Rektor PTN di Makasar, 14/02/2010, tentang Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Mendiknas, Prof. Dr. H. Ir. Mohammad Nuh, DEA menekankan akan pentingnya tugas para dosen dan pimpinan perguruan tinggi untuk melaksanakan pendidikan karakter bagi para generasi muda, khususnya para mahasiswa. Pendidikan karakter dirasakan penting di tengah berbagai problem moralitas bangsa yang sekarang sedang berada di era global. (more..)
Berkembangnya gerakan Islam yang mengatasnamakan penegakan syariah Islam dan khilafah Islamiyah telah lama ada di Indonesia. gerakan ini yang langsung maupun tidak langsung memperoleh tantangan dari berbagai kalangan umat Islam sendiri, misalnya Islam moderat. Akan tetapi yang paling vokal menyuarakan penentangannya adalah Islam yang dilabel sebagai Islam liberal. (more..)