Sesungguhnya Islam memiliki konsep yang sangat bagus di dalam membangun relasi antar manusia, yaitu konsep ukhuwah basyariyah. Konsep ini mengacu kepada persaudaraan berbasis kemanusiaan. Basyar di dalam konsep generic disebut sebagai manusia. Sedangkan ukhuwah adalah persaudaraan. Maka dalam pengertian generic, ukhuwah basyariyah berarti persaudaraan kemanusiaan. (more..)
Hari ini, Selasa, 5 Oktober 2010, saya menjadi salah satu narasumber dalam seminar tentang kerukunan umat beragama di Universitas Hindu Indonesia, Denpasar, Bali. Yang menjadi nara sumber adalah Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, Prof. Dr. Gunadha dan saya. Acara ini dirancang oleh Impulse Yogyakarta bekerja sama dengan IAIN Sunan Ampel dan Universitas Hindu Indonesia. Acara ini digelar setiap tahun, dan sebelumnya diselenggarakan di IAIN Sunan Ampel. (more..)
Kemarin, 3 Oktober 2010, di IAIN Sunan Ampel—tepatnya di Hall IAIN Sunan Ampel—dilaksanakan acara Temu Kangen dan Halal bil Halal oleh Warga Tuban yang berada di Surabaya, Malang dan beberapa kota lain. Acara ini memang diselenggarakan sebagai acara tahunan, utamanya setalah Hari Raya Idul Fitri.
Sebagai acara kangen-kangenan, maka acara ini menjadi ajang nostalgia antara sesama kawan di masa yang lalu. Hadir di dalam acara ini Pak Bambang Koesbandono, mantan Sekwilda Tuban, Bupati Magetan dan Madiun, Prof. Dr. Chanif Murtaji, Prof. Dr. Wahyudi, Pak Irawan, dan Pak Endro yang sekarang menjadi Direktur Masjid Al Akbar Surabaya.
Di antara yang sangat menarik dari pembicaraan nostalgia tersebut justru ketika saya disindir oleh salah seorang warga Tuban, yang menyatakan: “Prof, jika orang Islam membakar masjid itu nggak ramai, yang ramai itu kalau orang Islam membakar gereja”. Pernyataan ini tentu disampaikan bukan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi sebagai satire atau sindiran tentang perilaku umat Islam yang berkecenderungan untuk menghancurkan kawannya sendiri, hanya karena berbeda keyakinan. (more..)
Meskipun agak terlambat, saya tetap harus menulis tentang Pancasila dalam kaitannya dengan Hari Peringatan Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2010. Tulisan ini merupakan bagian dari keinginan saya sebagai warga negara Indonesia yang berkeinginan untuk tetap menjadikan Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sudah banyak alasan mengapa Pancasila harus dipertahankan di era apapun dari perubahan social di dunia. Juga sudah banyak tulisan yang mengupas tentang Hari Kesaktian Pancasila. Namun demikian, sebagai bagian dari bangsa Indonesia, maka menjadikan Pancasila sebagai dasar negara tentu tidak boleh hanya sebagai wacana saja, akan tetapi juga sebagai praksis di dalam tindakan dan perilaku kita. (more..)
Jika menggunakan model analisis input and ouput process, tentu saja jika inputnya bagus, maka outputnya juga baik. Artinya bahwa kehebatan ouput sangat ditentukan oleh seberapa baik input yang masuk. Namun demikian yang juga penting untuk diperhatikan adalah variable proses. Artinya bahwa proses pendidikan juga sangat menentukan terhadap output pendidikan tersebut.
Sebagaimana telah saya jelaskan kemarin, bahwa terdapat beberapa variabel struktural yang terlibat di dalam proses pendidikan untuk menghasilkan keunggulan atau ekselensi. Variable tesebut adalah dosen, PBM dan sarana-prasarana yang memadai. Oleh karenanya, untuk menciptakan unggulan bagi sebuah institusi pendidikan yang unggul haruslah diperkuat variabel-variabel struktural tersebut. (more..)