VARIABEL CENTER OF EXCELLENCE; LULUSAN YANG ANDAL
Jika menggunakan model analisis input and ouput process, tentu saja jika inputnya bagus, maka outputnya juga baik. Artinya bahwa kehebatan ouput sangat ditentukan oleh seberapa baik input yang masuk. Namun demikian yang juga penting untuk diperhatikan adalah variable proses. Artinya bahwa proses pendidikan juga sangat menentukan terhadap output pendidikan tersebut.
Sebagaimana telah saya jelaskan kemarin, bahwa terdapat beberapa variabel struktural yang terlibat di dalam proses pendidikan untuk menghasilkan keunggulan atau ekselensi. Variable tesebut adalah dosen, PBM dan sarana-prasarana yang memadai. Oleh karenanya, untuk menciptakan unggulan bagi sebuah institusi pendidikan yang unggul haruslah diperkuat variabel-variabel struktural tersebut.
Sebenarnya di dunia institusi pendidikan tinggi sudah banyak lembaga yang menjadi pengukur keunggulan. Misalnya adalah peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga penjamin peringkat, misalnya Webometrics, Time Higher Education Suplement, Shanghai Jiaotong, dan sebagainya. Masing-masing memiliki standart ukuran yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Webometrics misalnya berkepentingan untuk memberikan peringkat tentang keunggulan PT dalam ICT dan demikian pula yang lain.
Di antara ukuran tersebut, misalnya ada yang membuat ukuran pada keunggulan dosennya dalam meraih hadialh Nobel, seperti Shanghai Jiaotong. Makanya perguruan tinggi yang bisa memiliki peringkat hebat adalah PT yang memiliki banyak dosen yang memperoleh Hadiah Nobel. Dapat dipastikan yang memperolehnya adalah PT yang memang sudah memiliki sejarah panjang dalam belantara instutusi pendidikan tinggi, seperti Harvard University, Oxford University, dan sebagainya.
Bagi PTAIN tentu masih jauh dari harapan itu. Sebab kita tahu bahwa PTAIN memang rata-rata baru berusia kira-kira 50-60 tahun. Selain itu juga belum memiliki tradisi akademik yang sangat unggul. Mungkin secara umum bisa dinyatakan bahwa yang sudah memiliki sejumlah guru besar yang memadai barulah UIN Jakarta. Selain jumlahnyayang cukup banyak, kira-kira 70-an, namun juga terdapat guru besar yang memiliki reputasi internasional, misalnya Prof. Azyumardi Azra. Sedangkan yang lain barulah berusaha untuk menjadi dikenal oleh dunia akademis nasional.
Sebagaimana yang menjadi topik di dalam pembahasan ini, maka yang sesungguhnya dapat menjadi ukuran keunggulan sebuah PT adalah bagaimana alumninya berkiprah di dalam dunia sosial kemasyarakatan, birokrasi dan bisnis. Banyaknya alumni yang memiliki kiprah di dunia sosial kemasyarakatan, birokrasi dan bisnis tentu menandai bahwa PT tersebut telah dapat menjadi jembatan untuk meraih prestasi.
Melalui reformasi, sebenarnya terdapat berkah yang tidak terduga, blessing in disguise. Yaitu terbukanya akses di dunia politik. Sehingga banyak di antara alumni PTAIN yang kemudian memasuki dunia politik. Meskipun banyak yang tidak linear, akan tetapi sekurang-kurangnya memberikan peluang bagi alumni PTAIN untuk memasuki kawasan dunia pengabdian melalui keterlibatannya di dalam dunia politik.
Hanya saja hal ini bukanlah menjadi ukuran keberhasilan sebuah proses panjang pendidikan. Sebab yang paling baik adalah jika lulusan pendidikan tersebut bekerja sesuai dengan kapasitas dan profesinya. Artinya, jika mereka adalah lulusan ilmu-ilmu agama, maka seharusnya yang bersangkutan akan bekerja sesuai dengan kapasitasnya tersebut.
Alumni Fakultas Dakwah tentunya harus menjadi da’i dalam kapasitas keilmuannya. Jika dia adalah lulusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), maka semestinya akan menjadi da’i dalam perspektif retorika atau menjadi penulis yang andal dalam bidangnya. Harus dilahirkan dari fakultas ini orang sekaliber Jefri al-Bukhari, Yusuf Mansur dan sebagainya. Jadi, mestinya yang menjadi input di fakultas ini adalah mereka yang telah memiliki pengetahuan agama yang sangat memadai, sehingga pemolesan yang dilakukan adalah pemberian bekal kemampuan metodologis, dan praksis berdakwah, serta ilmu-ilmu pendukung yang mencukupi.
Makanya untuk kepentingan ini, maka menjadikan alumni PT sebagai alumni unggulan tentu sangat penting. Di antara pola yang dapat dilakukan adalah dengan mempertimbangkan kembali tentang muatan kurikulum pendidikan tinggi. Review kurikulum dirasakan menjadi salah satu cara untuk selalu meninjau ulang terhadap muatan atau contennya, sehingga kurikulum tersebut akan selalu up to date. Jika dipandang penting, maka muatan praksis harus lebih banyak. Sebab yang akan dicetak adalah alumni yang memiliki keahlian praksis dan bukan keahlian teoretis.
Dengan demikian, ketika akan menjadikan sebuah prodi untuk menjadi prodi unggulan, maka yang harus diperhatikan adalah tujuan dan target lulusan apa yang akan dihasilkan. Keunggulan dosen, keunggulan administrasi, keunggulan infrastruktur dan sebagainya tidak akan bermakna jika tidak diikuti oleh keunggulan lulusannya.
Jadi, variabel-variabel substansial dan struktural untuk menciptakan prodi unggul tentu harus menjadi perhatian utama.
Wallahu a’lam bi al shawab.