• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KERJASAMA DENGAN WESTERN SYDNEY UNIVERSITY

Sebagai akibat perubahan jadwal untuk pertemuan dengan Prof. Julia Howell, maka saya bersama dengan Prof. Muhammadiyah Amin dan A. Zaini harus balik ke Sydney. Jadi pada hari Jum’at, 16/12/2011 jam 11.00 saya harus kembali ke Sydney dengan bus, sebab pertemuan dengan Prof. Julia Howell dijadwalkan pada jam 15.30. Untunglah perjalanan darat yang membutuhkan waktu tiga jam tersebut terbilang lancar, sehingga kami bisa tepat waktu sampai di Western Sydney University.
Pembicaraan dengan Prof. Julia Howell, sebenarnya sudah terjadi ketika beliau menjadi nara sumber di dalam seminar internasional beberapa saat yang lalu di IAIN Sunan Ampel. Saat itu kami sudah membicarakan beberapa program yang kiranya bisa dikerjasamakan. Prof. Julia Howell adalah Direktur Moslem Association di Australia. Sehingga memiliki program untuk pengiriman Young Moslem Leader untuk berkunjung ke beberapa negara berpenduduk mayoritas Islam termasuk ke Indonesia. Itulah sebabnya kami secara sengaja bertemu dengan beliau untuk membicarakan kemungkinan pengembangan kerjasama tersebut dengan IAIN Sunan Ampel.
Di dalam perjalanan ke University of Western Sydney atau UWS memang ada sedikit macet menjelang ruas jalan ke terowongan yang panjangnya kira-kira empat kilo meter tersebut. Tetapi akhirnya kami bisa datang tepat waktu ke UWS. Kampus yang mengusung motto Bringing Knowlegde for Life dengan warna dasar biru ini memang sangat indah. Kami memang tidak sempat jalan-jalan di sini, akan tetapi melihat tampilannya di seputar jalan menuju ke kantor Prof. Julia, maka kesan sebagai universitas modern itu sudah kelihatan. Di ruang bawah ternyata digunakan untuk ruang bisnis. Di sisi kanan dan kiri ada ruang-ruang yang dijadikan sebagai tempat untuk menjual produk yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Ada mini market, toko buku, kafe dan sebagainya.
Kami akhirnya bisa ke kantor Prof. Julia Howell. Yang membuat saya terkejut adalah di situ ada kantor Prof. Bryan S. Turner ahli sosiologi yang namanya sangat terkenal di Indonesia. Bukunya sudah saya baca pada awal ketika saya mengajar sosiologi agama di IAIN Sunan Ampel tahun 1980-an. Buku yang berjudul asli Weber and Islam dan kemudian diterjemahkan menjadi Sosiologi Islam tersebut telah menjadi bahan bacaan wajib bagi para mahasiswa di IAIN Sunan Ampel.
Kami tentu saja sangat senang untuk mengunjungi kampus yang terkenal dan modern ini. Kami bisa berbicara banyak hal tentang rencana pengembangan kerjasama antara IAIN SA dengan UWS. Sesuai dengan yang kami rencanakan bahwa ada beberapa hal yang bisa dikerjasamakan ke depan, antara lain adalah tentang pengiriman dosen untuk mengambil progam doktor, master dan short course dalam jangka waktu tertentu. Selain itu juga tentang program post doktoral dalam waktu dua atau tiga bulan.
Secara khusus kami membicarakan program short course metodologi penelitian. Di dalam hal ini, maka komposisnya bisa saja di atur 40 persen diselenggarakan di dalam negeri dan 60 persen diselenggarakan di luar negeri. Kemudian peserta dibebani untuk melakukan penetian individual dan laporan penelitian yang terbaik bisa dimuat di jurnal luar atau dalam negeri. Sedangkan untuk pos doktoral, maka bisa mengambil program dua atau tiga bulan. Tujuannya adalah untuk menulis buku yang outstanding. Naskah sudah disiapkan di dalam negeri dan penyempurnaannya dapat dilakukan di luar negeri.
Program yang juga menarik adalah pengiriman dosen IAIN SA yang sedang menyelesaikan penulisan disertasi. Untuk kepentingan ini, maka dosen tersebut harus memperoleh pembimbing dari dosen di universitas luar negeri, seperti UWS untuk bidang sosiologi. Hal ini sebab ada Prof. Julia Howell yang ahlinya di bidang sosiologi agama. Tulisannya tentang Urban Sufism telah menjadi perbincangan di dunia akademik internasional. Makanya bagi dosen yang menulis di seputar agama dan masyarakat tentunya akan memperoleh bantuan akademik dari beliau.
Yang juga kami perbincangkan sangat mendasar adalah tentang rencana pengiriman Young Muslim Leader ke Indonesia. Selama ini pengirimannya banyak ditempatkan di Jakarta, sebab secara struktural memang banyak kantor yang harus dihubungi. Akan tetapi justru kami tawarkan sebaiknya yang lebih lama justru seharusnya di Jawa Timur. Jika ingin belajar tentang Islam moderat, maka jawabannya adalah di Jawa Timur sebab ada banyak pesantren besar yang bisa dijadikan sebagai materi Islam rahmatan lil alamin. Jadi sebaiknya program ini memang diarahkan ke Jawa Timur. Di dalam hal ini, Prof. Julia akan membicarakannya dengan komite yang akan mengirimkannya.
Jika program ini bisa direalisasi pada tahun ke depan, maka IAIN SA akan memperoleh manfaat akademik dan juga reputasi internasional yang sangat membanggakan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

KERJASAMA DENGAN UNIVERSITY OF CANBERRA

Sebenarnya sesuai dengan rencana semula, pada hari Jumat jam 11.00 saya berjanji dengan Prof. Julia Howell untuk bertemu di University of Western Sydney. Akan tetapi ternyata oleh tim dari University of Canberra, saya dijadwalkan bertemu dengan Vice Chancellor dan timnya pada jam 09.00. Maka kemudian saya kontak Prof. Julia Howell tentang perubahan rencana tersebut. Untunglah bahwa Prof. Julia bisa cancel jadwalnya dari yang semula jam 11.00 menjadi jam 15.30.
Saya sebenarnya agak pusing juga sebab jarak antara Sydney dengan Canberra adalah tiga jam perjalanan baik dengan bus antar kota atau dengan kereta api. Tetapi akhirnya saya putuskan bahwa rintangan jarak tersebut harus dilalui. Maka pada hari Kamis, 15 Desember 2011 saya putuskan untuk berangkat ke Canberra.
Saya bersama dengan A. Zaini, Project Manager Unit, dan Prof. Muhammadiyah Amin, berangkat ke Canberra pada jam 12.00. Dengan bus dari perusahaan Murrys Transportation saya menuju ke Canberra. Jam 15.30 saya sampai di kampus UC dan langsung bergabung dengan tim IAIN SA yang sedang mengikuti Training on Curriculum development.
Ternyata tim IAIN SA ditempatkan di gedung yang baru saja selesai dibangun dan bahkan mereka adalah orang pertama yang menempati kuliah di ruang itu. Gedung itu disebutnya sebagai Inspire Building. Bangunan yang minimalis tetapi unik. Dindingnya langsung dapat dijadikan sebagai papan tulis, sehingga kalau mau menuliskan pendapat atau apa saja tentu dapat menggunakan dinding tersebut sebagai papan tulisnya. Penataan ruangnya dibikin seunik dan semenarik mungkin. Kira-kira untuk memberikan jawaban sebagai gedung inspirasi.
Pagi harinya, saya bertemu dengan pejabat di UC. Di antara mereka yang hadir adalah Prof. Monique Skidmore, Pro Vice Chancellor International and Major
Project, Mr. Julian Longbottom, Director, Marketing and International, Ms. Shirley Hardjawinata, Deputy Director International and Marketing and International, Ms. Hanoem Wijaya, Marketing Officer, Marketing and International, Ass.
Professor Jackey Walkington, Assoc Dean (Education) Faculty of Eucation, Professor Louise Watson, Director The Education Institute, Faculty of Education, Assoc Prof. Janet Smith, Deputy Director, the Education Institute, Faculty of Education, Frank Guo, International Training Manager, Maketing and International dan Dr. Wahyu Sutiyono, Assistant Professor, Human Resource Management, Faculty of Business and Government. Sedangkan dari Indonesia adalah saya, Prof. Muhammadiyah Amin, Masdar Helmy, PhD., A. Zaini, MA, Nur Fitriyatin, MEd., dan Nabilah Laily, MA.
Saya merasa sangat senang sebab mereka begitu menghormati kami yang datang ke kampusnya. Kami diterima di ruang seminar di Inspire Building dan juga dijamu dengan coffee morning. Di dalam pembicaraan tersebut, secara sengaja memang saya introduksikan tentang IAIN SA dengan segala kelebihannya. Jumlah fakultas, program studi, ranking webometrics, jumlah mahasiswa, dan kerjasama dengan luar negeri, seperti Canadian Indonesia Developing Agency (CIDA), Islamic Development Bank (IDB) dan juga kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara dan Mesir. Juga saya sampaikan tentang kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Australia, seperti Murdock University, Melbourne University dan juga Sydney University.
Mereka juga menyampaikan tentang program internasional yang dilakukannya. Ada banyak program PhD, Master dan juga short course yang di desain untuk kepentingan akademik maupun pengembangan lainnya, seperti busines, manajemen dan lain-lain. Semua diselenggarakan oleh Internatinal and Major Projects. Itulah sebabnya di unit ini diperlukan banyak orang untuk menghandle program-program internasional yang memang semakin berkembang.
Jika kita lihat, maka UC banyak merekrut tenaga asing untuk kepentingan pengembangan relasi internasional. Ada yang dari Indonesia, Cina dan juga dari negara-negara lainnya. Mereka ini memang dibutuhkan untuk pengembangan relasi internasional. Sebagaimana yang dituturkan oleh Dr. Wahyu Sutiyono, bahwa dulu tidak banyak mahasiswa program doktoral di UC dari Indonesia, akan tetapi sekarang ada sebanyak 25 orang dari Indonesia.
Melalui formal meeting ini akhirnya ada visi bersama untuk mengembangkan kerjasama, yaitu untuk pengiriman dosen dalam program PhD terutama untuk mendukung terhadap rencana alih status dari IAIN ke UIN, kemudian program short course, program post doctoral dan lainnya. Untuk hal tersebut, maka dibutuhkan payung regulasi atau MoU antara IAIN SA dengan UC.
Pasca pertemuan ini maka akan dirumuskan naskah MoU antara dua belah pihak. Kita sungguh berharap bahwa untuk menjadi perguruan tinggi internasional, maka kita harus membangun kerjasama internasional. Dan salah satu syarat yang saya rasa juga penting adalah penguasaan komunikasi dengan bahasa di dunia internasional. Ke depan tentu harus dipikirkan agar pimpinan dan dosen memiliki kemampuan berkomunikasi dengan dunia internasional dimaksud.
Wallahu a’lam bi al shawab.

THE UNIVERSITY OF SYDNEY

Melalui kerjasana antara IDB dengan IAIN Sunan Ampel, maka saya dan tiga kelompok dosen IAIN Sunan Ampel dapat mengikuti acara workshop di Murdock University, Sydney University and Canberra University. Saya tidak berkesempatan untuk mengunjungi Murdock University sebab waktunya bersamaan dengan acara Diklatpim Tingkat I di Jakarta. Akhirnya, saya berkesempatan untuk mengunjungi Sydney University dalam rangka kerjasama dengan perguruan tinggi tersebut.
Sydney University adalah perguruan tinggi tertua di Australia. Didirikan pada pertengahan abad ke 19 dan merupakan perguruan tinggi ternama di Australia. Itulah sebabnya gedung-gedungnya sangat tua. Ada di antaranya yang bertahun 1885 dan mungkin juga ada yang lebih tua. Bentuk bangunannya mirip gereja-gereja di abad pertengahan dan Western building. Ruang rektorat dan administrasinya kelihatan seperti bangunan gereja yang sangat tua. Memang ada upaya untuk melestarikan cultural heritage di antara mereka. Bangunan tua tersebut sangat terjaga sehingga semuanya nampak antik dan indah. Bangunan tua tersebut berpadu dengan bangunan modern yang minimalis. Jadinya menunjukkan ada ketersambungan historis antara masa lalu dengan sekarang.
Saya sempat berjalan-jalan di seputar kampus dengan Megan Donnelley, Innovation & Enterprises Outreach Coordinator, Prof. Muhammadiyah Amin, Prof. Saiful Anam dan Rofik untuk melihat secara lebih dekat terhadap kampus ini. Ternyata bahwa kampus ini memang sudah menjadi entreprenuer University. Ada banyak kafe, dan usaha lainnya. Semua dikelola dengan profesional dan menjadi bagian dari unit usaha kampus. Bahkan juga ada spesial kafe untuk internatioal student. Selain itu juga ada dormitory untuk mahasiswa yang ingin berada di situ. Dormitory ini diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin bertempat tinggal di situ.
Jika kita datang ke sini, maka kita akan mengagumi betapa keindahan, kebersihan dan kerapian bangunannya. Semuanya tertata atau by design. Ada ruang hijau, ada danau buatan yang memungkinkan burung bisa bercengkerama di situ, ada tempat-tempat untuk beristirahat dan fasililitas lain yang memungkinkan para mahasiswa nyaman berada di sana.
Sebagaimana kampus-kampus besar lainnya di Australia, maka dapat dipastikan bahwa setiap fakultas atau School seperti The University of Sydney Business School juga memiliki ruang theatre. Ruang ini bisa menampung mahasiswa dalam jumlah besar. Ruang ini juga dilengkapi dengan fasilitas ICT yang memadai. Peserta Innovation enterprises university dari IAIN SA ini secara sengaja ditempatkan di berbagai ruang di sini. Sekali waktu kuliah di ruang theatre, sekali waktu kuliah di ruang pembelajaran dan sekali waktu di ruang seminar dengan kapasitas 30 orang. Hal ini tentu untuk memberikan bekal pengalaman kuliah di berbagai ruang yang bervariasi.
Pelayanan yang diberikan juga sangat profesional. Untuk menangani peserta pelatihan ini, cukup dua orang saja. Dr. Richard dan Megan. Richard adalah panitia dan sekaligus juga narasumber utama, sedangkan Megan adalah yang melayani penjemputan sampai order makanan. Untuk snack, maka kita dilayani di kafe yang cukup memadai dan tersedia banyak jenis makanan. Tentu minus makanan Indonesia.
Saya harus mengapresiasi terhadap profesionalitas tim panitia yang dikomandani oleh Richard Seymour ini sebab memang bekerja dengan sangat rapi dan disiplin. Sebagaimana tradisi orang Barat tentang kesadaran akan waktu, maka jika waktu sudah harus dimulai presentasi, maka dimintanya para peserta pelatihan untuk meninggalkan kafe atau aktivitas lainnya. Waktu memang sangat diperhatikan.
Sebagai kampus besar, maka Sydney University tentu memiliki perpustakaan yang sangat baik. Sebagaimana kampus lainnya, maka perpustakaannya ditata secara khusus, misalnya ada ruang theaternya, ada ruang diskusinya, ruang istirahat dan ruang baca yang semuanya sudah fully ICT. Mahasiswa bisa mengakses langsung terhadap internet dan juga browsing informasi apa saja. Selain koleksinya yang lengkap juga fasilitasnya yang sangat memadai.
Sungguh andaikan saya masih muda, maka saya ingin rasakan bagaimana kuliah di perguruan tinggi ini. Sayangnya ketika saya muda betapa sulitnya orang bisa belajar di luar negeri. Selain tentu karena faktor biaya juga karena faktor bahasa. Tetapi saya tentu bersyukur bahwa di usia setelah saya menjadi guru besar, saya sempat mengikuti sessi perkuliahan di The University of Sydney Business School meskipun hanya beberapa hari.
Wallahu a’lam bi al shawab.

UNIVERSITY DAN SMEs COLLABORATION

Salah satu ceramah yang didapatkan di dalam acara training of entrerenuership di University of Sydney adalah tentang membangun jaringan kerja sama antara universitas dengan small medium enterprises (SMEs). Membangun jaringan dengan dunia perusahaan baik kecil maupun yang medium dirasakan penting mengingat bahwa dunia sekarang memang dibangun di atas jaringan kolaborasi.
Sebaiknya, memang perguruan tinggi harus berkolaborasi dengan Small Medium Enterprises (SMEs). Hal ini mengingat bahwa perguruan tinggi sebagai pusat penelitian tentu akan memiliki kontribusi yang besar di dalam pengembangan SMEs. Sedangkan di sisi lain dunia usaha juga membutuhkan hasil-hasil kajian yang memungkinkan dunia usaha tersebut maju secara signifikan.
Sebagaimana yang pernah saya ikuti di dalam Diklatpim Tingkat I di Jakarta beberapa saat yang lalu, bahwa era sekarang adalah era kolaborasi atau sinergi antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Keterlibatan tiga komponen ini sangat penting mengingat bahwa melalui kerja sama atau kolaborasi, maka akan didapatkan hasil atau perubahan yang lebih memadai. Di dalam kasus pengentasan kemiskinan, maka akan didapatkan hasil yang maksimal jika terdapat kolaborasi di antara tiga komponen tersebut.
Perguruan tinggi memang perlu untuk melakukan kolaborasi tidak hanya untuk kepentingan akademik akan tetapi juga untuk kepentingan praksis, misalnya untuk pengembangan usaha. Di dalam kenyataannya bahwa ternyata kolaborasi antara perguruan tinggi dengan SMEs menghasilkan produk yang sangat maksimal. Berdasarkan penelitian, bahwa banyak dunia usaha yang memanfaatkan kepenasehatan perguruan tinggi di dalam memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi olehnya. Sutau contoh tentang riset pasar, maka betapa pentingnya riset pasar tersebut. Misalnya untuk menemukan kecenderungan pasar tentang usaha yang dikembangkan. Melalui analisis pasar, maka akan dipahami tentang arah yang harus ditempuh oleh dunia usaha.
Melalui riset kolaboratif ini, maka ada dua keuntungan yang diambil oleh dua institusi ini. Bagi perguruan tinggi akan menghasilkan temuan akademik praksis, pengalaman menemukan konsep atau teori atau temuan praksis yang menarik dan juga menghasilkan dana yang memadai. Bisa dibayangkan bahwa satu penelitian terkait dengan dunia usaha bisa mencapai 50.000 dollar Australia. Sedangkan bagi dunia usaha akan dapat memanfaatkan hasil kajiannya untuk pengembangan dunia usaha. Jadi ada simbiosis mutualisme.
Selama ini ada kesan bahwa riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi itu rumit, berisi konsep-konsep abstrak dan tidak aplikabel. Makanya dunia kampus lalu menjadi jauh dengan dunia usaha yang praksis, aplikabel dan simpel. Dunia usaha hanya berpikir bagaimana melakukannya, strategi apa yang diperlukan dan taktik apa yang harus dipilih. Selama ini motivasi melakukan riset di perguruan tinggi adalah untuk peningkatan karir dan publikasi. Sedangkan di dunia usaha, maka yang dipentingkan adalah untuk problem solving dan peningkatan keuntungan. Makanya melalui kolaborasi antara perguruan tinggi dengan SMEs adalah untuk mempertemukan dua sisi berbeda ini menjadi satu dan masing-masing memiliki keuntungan. Jika perguruan tinggi berpikir strategik maka dunia usaha berpikir taktik.
Menurut Richard Seymour bahwa ada perbedaan antara strategi dan taktik. Strategi adalah yang mengantarai antara dunia metodologi yang lebih konseptual dengan taktis yang sangat operasional. Taktik memuat hal-hal yang sangat operasional, misalnya tentang siapa yang akan melakukan, kapan, dan bagaimana melakukannya. Di sini tidak lagi diperbincangkan tentang apa alasan memilihnya, sebab yang penting adalah bagaimana melakukannya. Sedangkan strategi lebih merupakan kumpulan alasan mengapa hal tersebut dilakukan. Masih ada dimensi konseptual yang mendasari perumusan strategi dimaksud.
Melalui kolaborasi antara perguruan tinggi dengan dunia usaha, maka akan bertemu dua kepentingan yang berbeda akan tetapi bisa menyatu. Saya membayangkan bahwa suatu ketika IAIN SA akan bisa berkolaborasi dengan dunia usaha, sehingga percepatan pengembangan dua belah pihak juga akan bisa diraih.
Hal ini berarti ada pekerjaan rumah yang mesti dipikirkan yaitu bagaimana IAIN SA dapat melakukan kolaborasi dengan dunia usaha di masa yang akan datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.

MENGUNJUNGI WOLLONGONG UNIVERSITY

Saya merasakan betapa banyaknya nikmat Tuhan kepada saya. Saya di SMS oleh Ahmad Muzakki agar menghubungi Nadirsyah Hosen salah satu staf pengajar di Universitas Wollongong tentang rencana untuk berkunjung ke University of Wollongong. Memang ada pembicaraan tentang rencana kunjungan ke Australia ketika Nadirsyah Hosen datang ke IAIN SA dalam acara seminar intenasional yang juga dihadiri oleh Julia Howell dari Werstern Sydney University dan Muhammad Ali dari University of Los Angeles di Riverside beberapa saat yang lalu.
Karena Nadirsyah akan ke Hongkong besuk pagi, maka saya harus datang ke Wollongong segera. Akhirnya saya bisa juga datang ke Wollongong University pada saat yang tepat. Kami bisa diterima oleh Pembatu Dekan Bidang Pembelajaran, Ass. Prof. Judith Marychurch di ruang khusus. Kami mendiskusikan rencana untuk bekerja sama tentang kurikulum review terutama dalam mata kuliah ilmu hukum. Diharapkan bahwa kurikulum ilmu hukum di IAIN SA akan bisa direcomended oleh UOW pada Fakultas Hukum. Rangking Fakultas Hukum UOW sangat tinggi. Makanya, yang bisa masuk ke fakultas ini juga mereka yang pilihan.
UOW memang sangat prestisius. Lahannya yang luas dan menghijau dan tertata sangat baik adalan kesan yang muncul ketika menjejakkan kaki di universitas ini. Gedung yang monumental adalah Mckinnon Building yang dijadikan sebagai gedung Fakultas Hukum. McKinnon adalah vice chancelornyang bisa melambungkan UOW sehingga namanya diabadikan sebagai nama gedung di sini.
Bersama Nadirsyah, saya diajak keliling ruang di Fakultas Hukum dan juga ruang sekelilingnya. Ada ruang theater yang megah untuk menampung kira-kira 300 orang. Di ruang ini biasanya dilaksanakan kuliah umum oleh profesor yang kesohor dan kemudian dilanjutkan dengan team teaching para dosen lainnya dengan masing-masing 30 orang mahasiswa. Selain itu juga terdapat ruang theater yang lebih kecil untuk kapasitas 100 mahasiswa. Semua fakultas memiliki ruang seperti ini.
Saya sempat juga mengunjungi perpustakaannya yang sangat baik. Masing-masing fakultas memiliki satu lantai sebagai perpustakaan fakultas. Ada ruang besar untuk membaca dan mengakses internet, dan juga terdapat ruang khusus untuk mahasiswa post graduate. Yang sangat menarik adalah ruang diskusi khusus untuk lima atau enam orang yang akan mendalami suatu tema tertentu. Dan juga ruang istirahat bagi yang lelah membaca atau browsing informasi lainnya. Satu hal lagi bahwa tidak boleh menggunakan HP atau berbicara di ruang perpustakaan. Jadi tidak boleh ada gangguan ketika yang lain sedang membaca. Tradisi akademik yang dijunjung tinggi oleh sivitas akademika.
Saya juga mengunjungi Bisnis Uni dan ruang yang digunakan untuk bisnis. Di ruang bisnis ini, maka saya melihat buku dan barang-barang yang bermerk UOW dijajakan. Cukup besar ruangannya. Di sampingnya terdapat ruang untuk salon, ticketing, dan ruang bisnis lainnya. Lembaga pendidikan ini memberikan layanan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh usernya.
Kampus yang berdiri sekitar 50 tahun yang lalu itu sekarang sudah menjadi kampus yang berkualitas dan besar. Namun demikian, satu hal yang bisa dicatat bahwa yang dipentingkan oleh perguruan tinggi ini adalah pelayanan kepada mahasiswanya. Ruang dekan dan pembantu dekannya hanya cukup untuk satu orang. Jangan dibayangkan ada ruang tamunya. Hanya ada satu meja dan kursi, dengan tumpukan buku yang berserakan serta kertas-kertas kerja yang bertumpukan.
Saya tidak membayangkan bahwa ruang pembantu dekan di sana itu sangat bagus. Bahkan hanya sama dengan ruang guru besar lainnya. Ruang Nadirsyah Hosen ternyata juga sangat sederhana. Ada efektivitas ruangan yang sangat kentara.
Jadi yang lebih penting bukan pada kemewahan ruang pimpinannya, akan tetapi pada pemenuhan infrastruktur pendidikannya. Makanya, ICT dan seluruh jaringannya serta pemenuhan kebutuhan dasar sivitas akademikanya menjadi lebih diutamakan.
Wallahu a’lam bi al shawab.