MENGUNJUNGI WOLLONGONG UNIVERSITY
Saya merasakan betapa banyaknya nikmat Tuhan kepada saya. Saya di SMS oleh Ahmad Muzakki agar menghubungi Nadirsyah Hosen salah satu staf pengajar di Universitas Wollongong tentang rencana untuk berkunjung ke University of Wollongong. Memang ada pembicaraan tentang rencana kunjungan ke Australia ketika Nadirsyah Hosen datang ke IAIN SA dalam acara seminar intenasional yang juga dihadiri oleh Julia Howell dari Werstern Sydney University dan Muhammad Ali dari University of Los Angeles di Riverside beberapa saat yang lalu.
Karena Nadirsyah akan ke Hongkong besuk pagi, maka saya harus datang ke Wollongong segera. Akhirnya saya bisa juga datang ke Wollongong University pada saat yang tepat. Kami bisa diterima oleh Pembatu Dekan Bidang Pembelajaran, Ass. Prof. Judith Marychurch di ruang khusus. Kami mendiskusikan rencana untuk bekerja sama tentang kurikulum review terutama dalam mata kuliah ilmu hukum. Diharapkan bahwa kurikulum ilmu hukum di IAIN SA akan bisa direcomended oleh UOW pada Fakultas Hukum. Rangking Fakultas Hukum UOW sangat tinggi. Makanya, yang bisa masuk ke fakultas ini juga mereka yang pilihan.
UOW memang sangat prestisius. Lahannya yang luas dan menghijau dan tertata sangat baik adalan kesan yang muncul ketika menjejakkan kaki di universitas ini. Gedung yang monumental adalah Mckinnon Building yang dijadikan sebagai gedung Fakultas Hukum. McKinnon adalah vice chancelornyang bisa melambungkan UOW sehingga namanya diabadikan sebagai nama gedung di sini.
Bersama Nadirsyah, saya diajak keliling ruang di Fakultas Hukum dan juga ruang sekelilingnya. Ada ruang theater yang megah untuk menampung kira-kira 300 orang. Di ruang ini biasanya dilaksanakan kuliah umum oleh profesor yang kesohor dan kemudian dilanjutkan dengan team teaching para dosen lainnya dengan masing-masing 30 orang mahasiswa. Selain itu juga terdapat ruang theater yang lebih kecil untuk kapasitas 100 mahasiswa. Semua fakultas memiliki ruang seperti ini.
Saya sempat juga mengunjungi perpustakaannya yang sangat baik. Masing-masing fakultas memiliki satu lantai sebagai perpustakaan fakultas. Ada ruang besar untuk membaca dan mengakses internet, dan juga terdapat ruang khusus untuk mahasiswa post graduate. Yang sangat menarik adalah ruang diskusi khusus untuk lima atau enam orang yang akan mendalami suatu tema tertentu. Dan juga ruang istirahat bagi yang lelah membaca atau browsing informasi lainnya. Satu hal lagi bahwa tidak boleh menggunakan HP atau berbicara di ruang perpustakaan. Jadi tidak boleh ada gangguan ketika yang lain sedang membaca. Tradisi akademik yang dijunjung tinggi oleh sivitas akademika.
Saya juga mengunjungi Bisnis Uni dan ruang yang digunakan untuk bisnis. Di ruang bisnis ini, maka saya melihat buku dan barang-barang yang bermerk UOW dijajakan. Cukup besar ruangannya. Di sampingnya terdapat ruang untuk salon, ticketing, dan ruang bisnis lainnya. Lembaga pendidikan ini memberikan layanan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh usernya.
Kampus yang berdiri sekitar 50 tahun yang lalu itu sekarang sudah menjadi kampus yang berkualitas dan besar. Namun demikian, satu hal yang bisa dicatat bahwa yang dipentingkan oleh perguruan tinggi ini adalah pelayanan kepada mahasiswanya. Ruang dekan dan pembantu dekannya hanya cukup untuk satu orang. Jangan dibayangkan ada ruang tamunya. Hanya ada satu meja dan kursi, dengan tumpukan buku yang berserakan serta kertas-kertas kerja yang bertumpukan.
Saya tidak membayangkan bahwa ruang pembantu dekan di sana itu sangat bagus. Bahkan hanya sama dengan ruang guru besar lainnya. Ruang Nadirsyah Hosen ternyata juga sangat sederhana. Ada efektivitas ruangan yang sangat kentara.
Jadi yang lebih penting bukan pada kemewahan ruang pimpinannya, akan tetapi pada pemenuhan infrastruktur pendidikannya. Makanya, ICT dan seluruh jaringannya serta pemenuhan kebutuhan dasar sivitas akademikanya menjadi lebih diutamakan.
Wallahu a’lam bi al shawab.