KERJASAMA DENGAN UNIVERSITY OF CANBERRA
Sebenarnya sesuai dengan rencana semula, pada hari Jumat jam 11.00 saya berjanji dengan Prof. Julia Howell untuk bertemu di University of Western Sydney. Akan tetapi ternyata oleh tim dari University of Canberra, saya dijadwalkan bertemu dengan Vice Chancellor dan timnya pada jam 09.00. Maka kemudian saya kontak Prof. Julia Howell tentang perubahan rencana tersebut. Untunglah bahwa Prof. Julia bisa cancel jadwalnya dari yang semula jam 11.00 menjadi jam 15.30.
Saya sebenarnya agak pusing juga sebab jarak antara Sydney dengan Canberra adalah tiga jam perjalanan baik dengan bus antar kota atau dengan kereta api. Tetapi akhirnya saya putuskan bahwa rintangan jarak tersebut harus dilalui. Maka pada hari Kamis, 15 Desember 2011 saya putuskan untuk berangkat ke Canberra.
Saya bersama dengan A. Zaini, Project Manager Unit, dan Prof. Muhammadiyah Amin, berangkat ke Canberra pada jam 12.00. Dengan bus dari perusahaan Murrys Transportation saya menuju ke Canberra. Jam 15.30 saya sampai di kampus UC dan langsung bergabung dengan tim IAIN SA yang sedang mengikuti Training on Curriculum development.
Ternyata tim IAIN SA ditempatkan di gedung yang baru saja selesai dibangun dan bahkan mereka adalah orang pertama yang menempati kuliah di ruang itu. Gedung itu disebutnya sebagai Inspire Building. Bangunan yang minimalis tetapi unik. Dindingnya langsung dapat dijadikan sebagai papan tulis, sehingga kalau mau menuliskan pendapat atau apa saja tentu dapat menggunakan dinding tersebut sebagai papan tulisnya. Penataan ruangnya dibikin seunik dan semenarik mungkin. Kira-kira untuk memberikan jawaban sebagai gedung inspirasi.
Pagi harinya, saya bertemu dengan pejabat di UC. Di antara mereka yang hadir adalah Prof. Monique Skidmore, Pro Vice Chancellor International and Major
Project, Mr. Julian Longbottom, Director, Marketing and International, Ms. Shirley Hardjawinata, Deputy Director International and Marketing and International, Ms. Hanoem Wijaya, Marketing Officer, Marketing and International, Ass.
Professor Jackey Walkington, Assoc Dean (Education) Faculty of Eucation, Professor Louise Watson, Director The Education Institute, Faculty of Education, Assoc Prof. Janet Smith, Deputy Director, the Education Institute, Faculty of Education, Frank Guo, International Training Manager, Maketing and International dan Dr. Wahyu Sutiyono, Assistant Professor, Human Resource Management, Faculty of Business and Government. Sedangkan dari Indonesia adalah saya, Prof. Muhammadiyah Amin, Masdar Helmy, PhD., A. Zaini, MA, Nur Fitriyatin, MEd., dan Nabilah Laily, MA.
Saya merasa sangat senang sebab mereka begitu menghormati kami yang datang ke kampusnya. Kami diterima di ruang seminar di Inspire Building dan juga dijamu dengan coffee morning. Di dalam pembicaraan tersebut, secara sengaja memang saya introduksikan tentang IAIN SA dengan segala kelebihannya. Jumlah fakultas, program studi, ranking webometrics, jumlah mahasiswa, dan kerjasama dengan luar negeri, seperti Canadian Indonesia Developing Agency (CIDA), Islamic Development Bank (IDB) dan juga kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara dan Mesir. Juga saya sampaikan tentang kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Australia, seperti Murdock University, Melbourne University dan juga Sydney University.
Mereka juga menyampaikan tentang program internasional yang dilakukannya. Ada banyak program PhD, Master dan juga short course yang di desain untuk kepentingan akademik maupun pengembangan lainnya, seperti busines, manajemen dan lain-lain. Semua diselenggarakan oleh Internatinal and Major Projects. Itulah sebabnya di unit ini diperlukan banyak orang untuk menghandle program-program internasional yang memang semakin berkembang.
Jika kita lihat, maka UC banyak merekrut tenaga asing untuk kepentingan pengembangan relasi internasional. Ada yang dari Indonesia, Cina dan juga dari negara-negara lainnya. Mereka ini memang dibutuhkan untuk pengembangan relasi internasional. Sebagaimana yang dituturkan oleh Dr. Wahyu Sutiyono, bahwa dulu tidak banyak mahasiswa program doktoral di UC dari Indonesia, akan tetapi sekarang ada sebanyak 25 orang dari Indonesia.
Melalui formal meeting ini akhirnya ada visi bersama untuk mengembangkan kerjasama, yaitu untuk pengiriman dosen dalam program PhD terutama untuk mendukung terhadap rencana alih status dari IAIN ke UIN, kemudian program short course, program post doctoral dan lainnya. Untuk hal tersebut, maka dibutuhkan payung regulasi atau MoU antara IAIN SA dengan UC.
Pasca pertemuan ini maka akan dirumuskan naskah MoU antara dua belah pihak. Kita sungguh berharap bahwa untuk menjadi perguruan tinggi internasional, maka kita harus membangun kerjasama internasional. Dan salah satu syarat yang saya rasa juga penting adalah penguasaan komunikasi dengan bahasa di dunia internasional. Ke depan tentu harus dipikirkan agar pimpinan dan dosen memiliki kemampuan berkomunikasi dengan dunia internasional dimaksud.
Wallahu a’lam bi al shawab.