• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PERENCANAAN TERPADU PENDIDIKAN (2)

PERENCANAAN TERPADU PENDIDIKAN (2)
Kemarin saya menulis tentang perencanaan terpadu berbasis pada kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya kata kuncinya berada di wilayah Pemerintah kabupaten/kota. Jika Pemerintah kabupaten/Kota bisa mengadaptasi dan mengakomodasi perencanaan di bawahnya untuk menjadi program maka akan dapat dipastikan bahwa kebutuhan masyarakat pada masing level dan variasinya akan bisa dipenuhi.
Hari ini saya ingin menulis tentang perencanaan terpadu pendidikan, yang kiranya memang menjadi kepentingan saya untuk menuliskannya. Tentu di kolom pendek ini tidak semua hal bisa dituliskan, hanya yang dianggap penting-penting saja.
Hari Kamis, 18/12/2013, saya terlibat di dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Bappenas terkait dengan menyusunan rencana strategis bidang pendidikan untuk tahun 2015-2019. Sebagaimana kita ketahui bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2010-2014) akan secara berakhir dan tentunya harus dirumuskan RPJM 2015-2019. Itulah sebabnya menurut Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan, Lukita D Tuwo, bahwa tahun 2014 adalah tahun sulit bagi perencanaan pembangunan, sebab ada beberapa agenda yang harus diselesaikan pada tahun itu. Di antaranya adalah evaluasi RPJM 2010-2014, analisis pencapaian target pembangunan 2010-2014 dan perumusan rencana strategis (Renstra) atau RPJM tahun 2015-2019.
Acara ini diselenggarakan dalam rangka untuk menyusun Renstra 2015-2019 yang sebagaimana temanya adalah menemukan background bagi perumusan RPJM tersebut. Acara dihadiri oleh Tim ACDP dan Bank Dunia serta para pejabat dari kementerian pendidikan dan kebudayaan, kementerian agama dan juga dari Bappenas, dan dipimpin langsung oleh Deputi SDM, Nina Sarjunani.
Sebagaimana dipahami, bahwa Renstra 2010-2014 sesungguhnya memuat tiga aspek penting, yaitu: perluasan akses dan pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta penguatan tata kelola dan manajemen. Tiga hal ini merupakan bagian yang sangat penting di dalam perencanaan pembangunan di Indonesia. Lalu, bagaimana RPJM 2015-2019, apakah masih akan menggunakan tiga aspek ini ataukah ada tambahan dan bahkan pengurangan terhadapnya.
Berdasarkan pemaparan yang dilakukan oleh Sekjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ainun Naim, maka sesungguhnya bisa digambarkan bahwa arah pembangunan bidang pendidikan untuk tahun 2015-2019 tentu saja meliputi: akses, mutu dan relevansi, pelestarian dan pengembangan kebudayaan dan tata kelola.
Sedangkan berdasarkan paparan Sekjen Kementerian Agama, Dr. Bahrul Hayat, bahwa ada enam isu yang ke depan akan tetap menjadi prioritas program kementerian agama terkait dengan pendidikan, yaitu: (1) perluasan akses dan pemerataan pendidikan dasar, (2) perluasan akses dan pemerataan pendidikan menengah, (3)perluasan dan pemerataan akses pendidikan tinggi, (4) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, (5) penyelesaian sertifikasi dan hutang tunjangan Profesi Guru, (6) peningkatan kualitas tata kelola dan manajemen pendidikan Islam. Program tersebut terkait dengan pendidikan madrasah, pendidikan pesantren, pendidikan agama Islam di Sekolah dan pendidikan tinggi Islam.
Tampaknya bahwa RPJM 2015-2019 masih akan tetap melanjutkan RPJM 2015-2019. Yaitu: peningkatan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta peningkatan tata kelola dan manajemen. Kelihatannya, RPJM ini tetap dipertahankan mengingat bahwa background pendidikan di Indonesia tentu masih terkait dengan kenyataan riil seperti itu. Di antara latar belakang yang mengedepan adalah tentang kesenjangan wilayah dalam pendidikan antara wilayah barat dan timur, di mana pendidikan di wilayah barat tentu saja lebih maju dibandingkan dengan pendidikan di wilayah timur sehingga tetap diperlukan percepatan pembangunan pendidikan di wilayah timur sambil tetapi memprioritaskan pembangunan pendidikan di wilayah barat. Kemudian isu lainnya adalah masih tetap pentingnya memberikan pemerataan akses bagi pendidikan di Indonesia, khususnya di tingkat pendidikan menengah. Pembangunan pendidikan khususnya untuk pendidikan menengah masih memerlukan pemihakan, sebab angka partisipasi kasar pendidikan menengah masih perlu ditingkatkan. Selain itu juga daya tampung yang masih rendah dan pemerataannya yang belum memadai.
Melihat kenyataan ini maka arah pembangunan pendidikan ke depan adalah bagaimana kita bisa memastikan bahwa akses dan pemerataan pendidikan tersebut dapat dilakukan secara memadai oleh Pemerintah. Tampaknya, baik kementerian agama maupun Kementeian pendidikan dan kebudayaan berada di dalam arus yang sama untuk memastikan keterbukaan akses dan pemerataan pendidikan ini dapat direalisasikan.
Kemudian, juga bisa dilihat tentang masih terbatasnya daya tampung pendidikan disebabkan oleh keterbatasan ruang belajar untuk pendidikan menengah. Lalu masalah distribusi guru yang belum merata. Jumlah guru mungkin sudah tercukupi akan tetapi karena distribusinya yang tidak merata, maka di sana sini masih kekurangan guru. Selain itu juga disparitas kualitas guru yang masih sangat kentara. Mindset guru sebagai pekerja profesional belumlah mencapai titik tertinggi. Guru profesional masih di dalam cita dan belum menjadi kenyataan. Kualitas out put pendidikan juga masih tertinggal dibanding dengan negara-negara lain. Dengan demikian, RPJM 2015-2019 juga harus dapat memastikan bahwa peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan akan dapat tercapai.
Lalu, peningkatan tata kelola. Harus diakui bahwa tata kelola pendidikan kita masih berpola tradisional. Masih banyak madrasah yang dikelola dengan apa adanya. Lembaga pendidikan dikelola dengan cara-cara konvensional, sehingga pengelolaan pendidikan seperti mengelola organisasi sosial. Akibatnya, banyak pemanfaatan SDM yang kurang relevan, banyaknya anggaran yang tidak transparan, banyak aktivitas yang tidak match dengan tujuan pendidikan dan sebagainya. Oleh karena itu harus dipastikan bahwa ke depan lembaga pendidikan harus dimanej secara lebih modern dengan ringkat transparansi dan akuntabilitas yang memadai.
Dengan demikian, ke depan kiranya masih dibutuhkan pengembangan program dan aksi yang relevan dengan realitas sosial dan pendidikan pada masyarakat Indonesia. Dan ini berarti bahwa RPJM 2015-2019 merupakan kelanjutan yang tidak terpisahkan dengan program dan aksi pendidikan di masa lalu.
Wallahualam abusshawab.

PERENCANAN TERPADU PENDIDIKAN (1)

PERENCANAN TERPADU PENDIDIKAN (1)
Pada zaman Orde Baru, perencanaan itu identik dengan kemauan orang atasan. Artinya bahwa yang membuat perencanaan adalah orang atas sebab yang dianggap tahu masalah akan kebutuhan masyarakat adalah hanya orang atasan. Logikanya bahwa orang atasanlah yang tahu seluk bekuk kehidupan masyarakat. Masyarakat bawahan tidaklah tahu tentang apa yang sesungguhnya mereka butuhkan. Kaum elitlah yang tahu segalanya. Pendidikan yang tinggi dan pengalaman yang banyak menyebabkan bahwa kaum elitlah yang harus merencanakan segala sesuatu.
Meskipun demikian, kala itu juga sudah muncul keinginan dan kritik terhadap pandangan ini. Ada sebagian kecil di antara masyarakat yang terlibat di dunia LSM yang mencoba melakukan kritik terhadap kebijakan perencanaan top down yang sentralistik. Mereka adalah sekelompok orang yang beranggapan bahwa perencanaan harus melibatkan orang yang memiliki kepentingan. Tidak peduli apakah orang yang punya kebutuhan tersebut paham atau tidak paham, pintar atau tidak. Yang penting bahwa merekalah yang merasakan adanya kepentingan tersebut.
Maka muncullah kemudian perencanaan berbasis pada kebutuhan masyarakat yang kemudian dikenal sebagai bottom up planning. Di dalam perencanaan ini, maka yang diperlukan adalah keterlibatan masyarakat di dalam proses perencanaan. Masyarakat dilibatkan secara penuh terhadap proses inventarisasi masalah, penyelesian masalah dan bagaimana merencanakan program yang relevan dengan masalah dimaksud. Memang harus diakui bahwa perencanaan ini membutuhkan waktu yang relatif panjang sebab harus melibatkan masyarakat sedari awal.
Model perencaan seperti ini yang kemudian dijadikan sebagai model perencanaan di era Orde Reformasi. Bottom up planning kemudian menjadi arena penting untuk menyusun perencanaan. Di tengah sistem perencanaan berbasis kinerja, maka sistem Bottom up inilah yang dianggap dapat memberikan solusi terhadap perencanaan yang elitis, hanya melibatkan kelompok tertentu dan bias kepentingan. Perencanaan berjenjang kemudian menjadi pilihan agar perencanaan dapat secara eksak untuk memenuhi kepentingan masyarakat.
Melalui perencanaan dengan sistem ini, maka kesalahan program dan kesalahan sasaran perencanaan akan bisa direduksi. Kritikan terhadap kelemahan top down planning akan bisa diatasi dengan model ini. Perencanaan ini memang membutuhkan waktu yang lama. Bisa dibayangkan bahwa perencanaan dimulai dari RT/ RW sampai di Pemerintah pusat. Mulai dari musyawarah pembangunan di tingkat kelurahan/desa sampai ke tingkat menteri. Dari musrenbangdes sampai musrenbangnas. Itulah sebabnya perencanaan membutuhkan waktu satu tahun. Program pemerintahan tahun berikutnya harus dikerjakan tahun ini.
Perencanaan berbasis kinerja bagi dunia birokrasi tentu memiliki kekuatan dan kelemahannya. Meskipun perencanaan ini dibuat berbasis pada musyawarah dari desa sampai pusat, akan tetapi selalu menyisakan masalah terkait dengan reduksi program pada setiap jenjang. Jika dianalisis, maka sesungguhnya akan terdapat tingkat variasi yang luar biasa di dalam setiap jenjang dan kawasan di dalam perencanaan program.
Marilah kita lihat bagaimana kesenjangan antara wilayah timur dan barat. Maka setiap wilayah tentu akan memiliki kekhasannya masing-masing. Jika kemudian variasi ini tidak diperhatikan di dalam perencanaan berjenjang ini tentu akan selalu menyisakan masalah. Demikian pula problem pada aspek penyederhanaan atau simplifikasi pada setiap jenjang. Dari tingkat RW ke kelurahan atau desa, dari desa ke kecamatan, dari kecamatan ke kabupaten dari kabupaten ke provinsi dan dari provinsi ke pusat, maka dipastikan akan menggunakan simplikasi bahasa dan teknis yang tidak sederhana. Oleh karena itu, maka akan terus terjadi proses reduksi berjenjang disebabkan oleh kemampuan merumuskan program yang cukup dan mencukupi terhadap setiap program dimaksud.
Namun demikian, penjenjangan musyawarah ini akan tertutupi jika masing-masing kabupaten atau kota sebagai pemerintahan di level menengah bawah bisa melakukan akomodasi terhadap program di wilayahnya. Disebabkan oleh kenyataan bahwa penganggaran tersebut berada pada level kabupaten atau kota, maka peran pentingnya akan sangat menentukan apakah program yang dicanangkan berbasis kinerja tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian, titik krusial perencanaan berbasis kinerja yang buttom up akan bisa ditutupi dengan memaksimalkan perencanaan pada level pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, sehingga kepentingan masyarakat tentang program akan dapat diimplementasikan di dalam program Pemerintah.
Jadi, kekuatan perencanaan berbasis kebutuhan atau buttom up akan dapat dilakukan jika Pemerintah kabupaten/kota secara cerdas bisa mengadaptasi dan mengakomodasi program pada wilayahnya masing-masing. Pendidikan sebagai bagian tidak terpisahkan dari pengembangan sumber daya manusia (SDM) tentu juga harus menggunakan perencanaan terpadu untuk mencapai penyusunan program dan aksi pendidikan yang lebih memihak kepada kepentingan masyarakat.
Wallahualam bisshawab.

PENDIDIKAN DAN RISET AL QURAN (2)

PENDIDIKAN DAN RISET AL QURAN (2)
Sesungguhnya bahwa dengan menjadikan AL Quran sebagai sumber riset akademis akan menghasilkan temuan yang sangat otentik tentang kebenaran AL Quran tersebut.
Menurut Menteri Agama, Dr. Suryadharma Ali, bahwa dengan menjadikan AL Quran sebagai sumber riset, maka akan menghasilkan para pengkajinya untuk memasuki Islam karena temuannya yang menakjubkan tersebut. Setelah melakukan pengkajian terhadap AL Quran, maka ada di antara mereka yang memasuki Islam. Sebut misalnya, Jacques Yves Costeau, ahli oceanografi yang mendapatkan kebenaran AL Quran. Lalu Demitri Bolikov, ahli fisika yang menyatakan bahwa suatu ketika matahari akan terbit dari barat. Kemudian Fidelma O’Leary, ahli neurologi yang menemukan rahasia sujud. Lantas Prof. William, yang menemukan bahwa tumbuhan bertasbih kepada Allah.
Melalui kajian yang objektif dan sungguh-sungguh ternyata menghasilkan temuan yang mencengangkan. AL Quran yang selama ini hanya diyakini sebagai kitab yang hanya dibaca saja dan tidak dikaji secara ilmiah ternyata ketika ilmuwan mengkajinya dengan serius, maka akan menghasilkan temuan yang mengagumkan.
Namun demikian, bukan tidak ada kritik terhadap keberpihakan masyarakat muslim khususnya para akademisnya tentang hal ini. Misalnya yang diungkapkan oleh salah seorang penanya dalam sesi tanya jawab pada acara diskusi tentang Pendidikan dan Riset AL Quran ini. Iskandar, menyatakan bahwa ketika di Aceh terjadi perang dan tsunami, maka yang datang adalah funding dari negara asing. Di dalam hal ini ternyata bahwa mereka juga tidak menggunakan pendekatan Islam. Bangak ora b hang menginginkan kesehatan dan kebahagiaan. Berdasarkan agama yang ada, maka agama Budha mengembangkan yoga, dan agama-agama lain juga mengembangkan tehnik yang bervariasi. oleh karena itu, maka saya melihat bahwa sesungguhnya juga banyak orang Islam yang mencari kebahagiaan di dalam agama Islam, akan tetapi tenyatabtidak didapatkan pusat pengembangan kebahagiaan di dunia TimurbTengah atau lainnya. Makanya perlu kajian untuk memadukan antara tasawuf dengan sains yang dapat dijadikan sebagai pusat penemuan kebahagiaan.
Menurut Dr. Suryadharma Ali, bahwa sesungguhnya umat Islam memiliki kontribusi yang besar terhadap Indonesia, yaitu sumbangannya terhadap kemerdekaan bangsa. Ketika berhadapan dengan para penjajah yang memiliki senjata modern, maka apa saja bisa dijadikan sebagai senjata. Ternyata bahwa dengan kekuatan iman dan Allah akbar ternyata bisa mengalahkan para penjajah.
Kemudian kontribusi lainnya ialah terhadap pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam sudah memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Melalui pesantren dan madrasah yang didirikan oleh masyarakat, maka pendidikan Indonesia bisa maju. Makanya tidak ada yang meragukan tentang kontribusi umat Islam terhadap masyarakat dan bangsanya.
Di dalam hal ini, keinginan untuk menjadikan tasawuf sebagai sumber dan pusat pencarian kebahagiaan tentu merupakan langkah yang sangat baik. Dan sebagaimana diketahui bahwa selama ini tasawuf sudah teruji sebagai tempat bagi pencari Tuhan dan pencari kebahagiaan melalui berbagai cara peribadatan yang khas. Jadi kalau ada upaya ilmiah untuk mengkaji hal ini tentu merupakan kajian yang sangat menarik.
Hingga saat ini masih ada anekdot bahwa kita menemukan Islam di Barat dan tidak menemukan Islam di Timur Tengah atau dunia Islam. Kita harus mengubah anekdot ini dengan cara menjadikan AL Quran sebagai sumber pedoman kehidupan dan sekaligus juga sebagai sumber kajian ilmiah yang mendasar. Dengan cara seperti ini, maka Islam akan leading di dalam kehidupan masyarakat di dalam pergaulan duniawi.
Sekarang ini pengkajian terhadap Islam di Indonesia lebih universal. Dengan berdirinya UIN maka pengkajian terhadap ilmu keislaman integratif itu dapat dilakukan. Yang dikaji tidak hanya Islam dalam pengertian fiqh, Hadits, tafsir, tasawuf dan sebagainya akan tetapi mengkaji ilmu yang bercorak lebih luas. Yaitu ilmu sosial, humaniora serta sains dan teknologi. Melalui wider mandate tentang pengembangan ilmu ini, maka ke depan tentu akan dihasilkan ilmu integratif yang merupakan mandate untuk pengembangan keilmuan.
Di tengah usaha untuk mengembangkan riseet al Quran ini ternyata juga ada banyak otokritik yang bisa dialamatkan kepada kita sebagai umat Islam dan para pengkaji ilmu keislaman. Diantaranya adalah bahwa AL Quran hanya dijadikan bacaan saja dan tidak dilakukan kajian terhadapnya. Memang harus diakui bahwa AL Quran masih diperlakukan sebagai kitab yang hanya dibaca, dan dengan membacanya kita sudah memperoleh pahala sebagaimana yang diinginkan. Di Asia Tenggara, misalnya bahwa cara memperlakukan AL Quran sebatas sebagai kitab bacaan. Dengan demikian AL Quran belumlah dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Riset AL Quran belum menjadi tradisi yang kuat di antara kita.
Memang, dewasa ini sudah ada kajian yang menghubungkan antara ilmu dan Islam. Kajian ini dilakukan dengan menggandeng beberapa perguruan tinggi, misalnya ITB, UI, ITS, UGM dan sebagainya. Kajian ini kemudian menghasilkan tentang AL Quran dalam tafsir sains atau yang sering juga disebut sebagai tafsir ilmi. Melalui kajian semacam ini, maka AL Quran telah dibedah dengan menggunakan ilmu lainnya. Misalnya menghasilkan fisika dalam AL Quran, biologi dalam AL Quran, fisika dalam AL Quran dan sebagainya.
Hanya saja bahwa proyek semacam ini sangat tergantung kepada keberpihakan para akademisi dan pengambil kebijakan untuk kepentingan pembelajaran, baik di perguruan tinggi maupun pendidikan setara pendidikan menengah. Rasanya memang diperlukan proyek yang secara berkesinambungan melakukan kajian dalam tema tafsir ilmi ini, sehingga ke depan akan terus dihasilkan temuan-temuan yang mendasar.
Oleh karena itu agar proyek kajian atau riset AL Quran akan dapat dilaksanakan secara memadai, maka harus ada sinergi antara ilmuwan AL Quran, ilmuwan sosial, humaniora serta sains dan teknologi dan juga para pengambil kebijakan agar program riset AL Quran yang berkesinambungan akan dapat dilaksanakan secara sistematis dan terprogram.
Wallahualam bisshawab.

PENDIDIKAN DAN RISET AL QURAN (1)

PENDIDIKAN DAN RISET AL QURAN (1)
Pagi ini, Senin 16 Desember 2013, Menteri Agama RI, Dr. Suryadharma Ali, menghadiri acara yang sangat prestisius di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di Johor Bahru Malaysia. Acara ini dihadiri oleh pejabat perguruan tinggi dan juga duta besar RI di Malaysia, Konsulat Jenderal RI di Johor Bahru dan stafnya, dan mahasiswa di UTM.
Sesuai dengan sambutan Pro Cancelor, Prof. Dr., Mohammad Rizuwan bin Haji Sholeh, bahwa acara ini sangat penting sebab akan membahas tentang Pendidikan dan Riset AL Quran yang dirasakan menjadi fondasi bagi pendidikan khususnya untuk menjadikan AL Quran sebagai sumber pengetahuan melalui kajian terhadap AL Quran itu sendiri. AL Quran menjadi sumber segala hukum, sumber nilai dan etika, serta sumber ilmu pengetahuan dan berbagai kajian ilmiah, sehingga dengan menjadikannya sebagai pusat riset maka pengembangan ilmu pengetahuan akan menjadi lebih luas. AL Quran tidak saja sebagai pedoman beriman dan beribadah, akan tetapi juga sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Universiti Teknologi Malaysia (UTM) menggunakan simbol Kerana Tuhan untuk Manusia, maka visi pendidikan di UTM tentu tidak saja sebagai amalan beragama tetapi juga untuk pengkajian Islam yang semua itu merupakan bagian dari karunia Tuhan. Dengan terus melakukan kajian terhadap AL Quran, maka diharapkan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan selalu berbasis AL Quran sebagai kitab suci umat Islam. Di dalam hal ini, juga diharapkan dapat terjalin kerjasama antara Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Agama dengan perguruan tinggi di Malaysia khususnya UTM.
Menurut Dr. Suryadharma Ali, bahwa al Quran adalah sumber dari semua hal di dunia ini dan juga yang akan datang. AL Quran merupakan kitab suci yang lengkap baik sebagai pedoman ibadah, bermasyarakat dan beragama, dan juga sebagai sumber inspirasi ilmiah.
Akhir-akhir ini kajian terhadap AL Quran sudah sangat banyak. Ia tidak hanya dikaji melalui dunia pendidikan tinggi, tetapi juga di dunia birokrasi dan kantor-kantor. Artinya bahwa AL Quran tidak hanya dijadikan sebagai sumber ibadah, akan tetapi juga dikaji dengan riset ilmiah. AL Quran dikaji dalam bentuknya yang makin positif. Bahkan juga tidak hanya dikaji oleh umat Islam tetapi juga dikaji oleh para pengkaji dari non muslim. Dan terkadang hasilnya sangat mengejutkan, terutama dalam temuannya dan bahkan bisa mengubah keyakinan pengkajinya.
Islam adalah agama yang komprehensif, mencakup semua aspek kehidupan. AL Quran merupakan mu’jizat yang akan terus dapat dijadikan pedoman di dalam kehidupan, akan tetapi juga menjadi bahan kajian ilmiah yang tidak putus-putusnya.
AL Quran menjadi sumber kajian terhadap seluruh alam ini, baik yang terkait dengan kehidupan duniawi sekarang ini dan juga sebagai sumber inspirasi untuk melakukan kajian dengan akal dan perasaan.
AL Quran dapat dijadikan sebagai bahan kajian, misalnya mengenai semut yang kecil sampai gajah yang besar. Termasuk kajian terhadap peredaran massa, bulan, matahari dan jagat raya. AL Quran dapat dikaji melalui pengamatan melalui indrawi dengan cara mengamati. Ada ayat yang menjelaskan agar kita melakukan pengamatan indrawi. Kemudian juga pengamatan melalui rasio. AL Quran mengakui akal sebagai salah alat untuk menentukan kebenaran. Manusia diminta untuk melakukan pengamatan melalui akal. Afala ya’qilun. Lalu pengamatan melalui intuisi atau suara hati. Manusia memiliki suara hati atau intuisi. Pengamatan indrawi dan akal memiliki kelemahan, maka intuisi memperlihatkan tentang kemampuan intuisi untuk memahami yang abstrak konseptual. Manusia dapat memahami tentang sesuatu meskipun sedikit. oleh karena itu umat Islam harus memaksimalkan ketiganya, maka riset akan menjadi bagian penting dan umat Islam akan menjadi leading di bidang ilmu pengetahuan.
Dewasa ini ada suatu diskursus baru tentang integrasi ilmu. Semenjak dahulu memang sudah ada pembidangan ilmu, misalnya AL Ghazali dengan ilmu syariah dengan ilmu gairah syariah, ilmu Khaldun dengan ilmu umum dan ilmu agama. Akan tetapi pada masa lalu semua ilmuwan Islam memiliki dua atau tiga kemampuan di bidang ilmu. Misalnya menguasai ilmu agama dan ilmu umum. Makanya pengembangan ilmu tersebut bisa bersumber dari AL Quran.
Sekarang sudah ada perkembangan baru, sebab tidak ada pembidangan ilmu yang rigit. Islam sesungguhnya tidak memisahkan antara ilmu tersebut. Di dalam hal ini, sedang dikaji bagaimana menempatkan integrasi tersebut, yaitu apakah pada level ontologis atau epistemologis. Menarik apa yang dinyatakan oleh Amin Abdullah, yaitu pada kajian teks dengan penafsiran yang kental melalui pendekatan bayani. Kemudian kedua, muncul gagasan tentang pentingnya mengadaptasi ilmu sosial humaniora dan teknologi. Tradisinya menggunakan nalar Burhani. Lalu muncul gagasan tentang perlunya kajian Islam dengan menggunakan ilmu lain. Kajian Islam penting menggunakan ilmu lain, misalnya sejarah, sosiologi, teknologi dan sebagainya. Pemikiran ini akhirnya diterima meskipun ada beberapa yang meragukannya. Yang menerimanya didasari oleh pemikiran bahwa yang dikaji bukan agamanya akan tetapi keilmuannya. Pendekatan yang digunakan adalah irfani. Lalu lainnya adalah kajian yang menekankan pada ketiganya, yaitu menggunakan nalar bayani, nalar burhani, nalar irfani yang digunakan semuanya, sehingga menghasilkan kajian yang lebih komprehensif dan menyatu. Misalnya di fakutas Tarbiyah, maka ketiga epistemologi tersebut harus digunakan sekaligus, sehingga hasilnya akan lebih mengedepan. Pendidikan tidak hanya akan menghasilkan orang yang pintar saja, akan tetapi juga sikap dan tindakan yang benar.
Dengan menggunakan tiga pendekatan ini, maka sains akan merupakan ilmu islami dan bukan ilmu umum sebagaimana pandangan selama ini. Menurut Hussein Naser, bahwa tidak ada pemisahan ilmu, sebab ilmu sesungguhnya berasal dari Allah dan sesungguhnya ilmu adalah satu.
Dengan menggunakan ketiga epistemologi ini, maka pendidikan tidak hanya akan menghasilkan manusia yang cerdas tetapi juga yang berakhlakul karimah. Ahli pendidikan Islam memiliki pengetahuan yang komprehensif, memiliki pengetahuan yang utuh sehingga akan menghasilkan agen pendidikan yang benar.
Melalui riset terhadap Alquran, maka akan ada banyak kajian yang menghasilkan produk riset yang membenarkan realitas kebenaran AL Quran. Ada sejumlah tema yang dihasilkan dari kajian AL Quran, yaitu tema yang terkait dengan alam dan manusia, yang sesungguhnya sudah menjadi kajian menarik di barat. Makanya, ada banyak pengkaji AL Quran yang kemudian menjadi muslim karena melakukan kajian terhadap AL Quran. Misalnya Maurice Buchaile, yang kemudian menjadi muslim karena kajian terhadap ayat yang bercerita tentang Firaun.
Dengan mengkaji AL Quran melalui riset akademis yang benar ternyata bisa menghasilkan kebenaran tentang kandungan isi dari ayat-ayat AL Quran. Oleh karena itu tentu tidak ada keraguan jika seandainya dilakukan penelitian yang sungguh-sungguh terhadapnya. Jika demikian, maka pengkajian terhadap AL Quran dengan disiplin ilmiah ternyata justru akan bisa menguak kebenaran AL Quran itu sendiri.
Wallahualam bisshawab.

TEMU WARGA INDONESIA DI MALAYSIA

TEMU WARGA INDONESIA DI MALAYSIA
Pertemuan Bapak Menteri Agama Republik Indonesia, Dr. Suryadharma Ali yang dilakukan di kantor Konsulat Jendral RI di Johor merupakan pertemuan yang sangat bermakna. Pertemuan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat Indonesia, seperti dari Dewan Kebajikan Aceh, Dewan Kebajikan Minang, dan dewan kebajikan daerah lain, para profesional serta mahasiswa dan juga para tenaga kerja Indonesia (TKI). Pertemuan ini juga dihadiri oleh Konsul Jenderal RI di Johor Bahru, Taufiqur Rijal, beberapa staf KBRI dan juga para profesor dari UTM.
Menurut Taufiq Rijal, bahwa di Johor terdapat sebanyak 1000 lebih anak usia sekolah yang berada di Johor Bahru. Mereka banyak yang tidak bisa memasuki pendidikan di Malaysia Makanya ke depan akan dilakukan pendidikan berbasis Center of Learning Community (CLC) dengan kategori pendidikan sekolah dasar, menengah dan atas. Pada tahun 2014 mereka akan dibukakan pendidikan di KJRI di Johir Bahru. Mereka akan belajar dalam 3 hari dan akhirnya akan dapat mengikuti ujian paket A, B dan C sesuai dengan kategori pendidikannya.
Menurut Menteri Agama, Bapak Dr. Suryadharma Ali, bahwa setiap kunjungannya ke luar negeri selalu dilakukan pertemuan dengan warga Indonesia di tempat itu. Hal ini merupakan sesuatu yang biasa di tengah hubungan dengan negara-negara lain. Di dalam hal ini, maka menjaga hubungan antar negara merupakan sesuatu yang penting dilakukan. Tentu saja adalah hubungan yang setara, seimbang dan selaras dengan kepentingan negara tersebut.
Ternyata ada ada dua hal yang penting di dalam setiap kunjungan ke negara sahabat adalah tentang pendidikan dan perkawinan. Karena bertemu dengan masyarakat Indonesia di negara lain, dalam kapasitas sebagai menteri agama, maka tidak akan membicarakan tentang ketenagakerjaan, sebab nanti dikira mengambil alih tugas menteri lain. Kewenangan menteri agama adalah terkait dengan pelayanan agama dan keagamaan dan pendidikan agama dan keagamaan. Oleh karena itu pada forum ini Beliau juga hanya membicarakan tentang pendidikan dan keagamaan saja.
Di dalam kenyataannya bahwa ada dua Kementeian yang menyelenggarakan pendidikan di Indonesia, yaitu Kementeian pendidikan dan kebudayaan, dan ada pendidikan di dalam pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian agama. Di Indonesia yang mengelola pendidikan agama dan keagamaan adalah kementerian agama. Ada Raudlatul athfal, Madrasah, dan pendidikan tinggi Islam yang pengelolaannya berada di bawah kementerian agama.
Begitu banyaknya masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan di luar negeri, maka selayaknya ada suatu struktur baru yang secara khusus mengurus tentang pendidikan anak-anak di luar negeri. Kenyataannya, bahwa ada banyak anak Indonesia yang ternyata tidak bisa mengikuti pendidikan di luar negeri. Bahkan disinyalir ada sebanyak 1000 lebih anak usia sekolah dan tidak bisa sekolah di Johor Bahru. Tentu saja belum di tempat lain di Malaysia ini. Makanya di dalam hal ini, diperlukan suatu struktur batu yang mengurus tentang pendidikan di luar negeri. Bisa jadi struktur baru tersebut setingkat direktur yang tugasnya untuk mengurus tentang anak-anak Indonesia yang berada di luar negeri.
Problem ni muncul gentu saja tekait dengan peraturan petundang-undangan di Malaysia yang menyatakan bahwa bagi tenaga ketja luar negeri dilarang untuk membawa anak-anak. dan sebagai akibatnya, maka jika mereka dengan nekad membawa anak-anak, maka konsekuensinya mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan di sini. sedangkan di sisi lain, sekolah Indonesia di Malaysia juga tidak mampu menampung terhadap jumlah anakanak Indonesia yang berada di sini. Selain hal ini, masalah yang juga dihadapi adalah ketiadaan lembaga pendidikan yang mencukupi untuk sekolah bagi anak-anak Indonesia tersebut.
Kemudian tentang nikah, menteri agama sangat setuju tentang rencana Konsulat Jendral Johor Bahru untuk melakukan istbat nikah. Memang harus dilakukan istbat nikah ini, sebab ada banyak pasangan suami istri dari hasil pernikahan siri yang dilakukan di antara mereka. Pernikahan siri merupakan pernikahan yang dilakukan sesuai dengan tradisi agama Islam, hanya saja belum bisa dicatatkan karena terbentur beberapa hal, diantaranya adalah aturan perundang-undangan. Sesuai dengan aturan perundangan-undangan di Malaysia bahwa anak yang dilahirkan dari kasus pernikahan antar sesama TKI atau lainnya, maka tidak diperbolehkan untuk menjalani sekolah di lembaga pendidikan di Malaysia. Sementara itu, sekolah Indonesia tidak mampu untuk menampungnya. Akibatnya ada banyak anak Indonesia di Malaysia yang tidak bisa sekolah pada usia sekolah. Itulah sebabnya, di Malaysia diberlakukan sekolah terbuka atau learning Center yang menjadi tempat untuk belajar bagi anak Indonesia.
Di dalam forum ini, ada banyak audience yang bertanya kepada Menteri Agama, di antaranya adalah Hasbullah, guru Madrasah Tsanawiyah Model Sulawesi Selatan. Dia dikirim atas biaya pendidikan melalui beasiswa pendidikan dari Pemerintah Sulawesi Selatan. Dia membutuhkan beasiswa dari Kementeian agama. Selain itu di Indonesia juga diperlukan pengembangan kurikulum, sebab pengembangan kurikulum sangat penting terutama untuk peningkatan kualitas pendidikan di madrasah. Di dalam hal ni maka diperlukan SDM yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan kurikulum.
Kemudian Andi dosen STAIN Watampone, dia menanyakan tentang bantuan beasiswa untuk student dari Kementeian agama. Makanya dia menyatakan agar ada beasiswa juga bagi mahasiswa Kementeian agama di Malaysia. Sedangkan Nur Asyik dari UIN Makasar juga menanyakan tentang diperlukan adanya kerjasama antara kementerian Luar Negeri, Menteri Penertiban Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi dan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kementetian Agama agar target ke depan tentang keinginan untuk mengembangkan SDM yang kuat khususnya di bidang pendidikan akan dapat dicapai.
Menurut Menteri Agama, bahwa memang diperlukan adanya bantuan beasiswa untuk mahasiswa maupun siswa. Problemnya adalah harus dikaji tentang aspek hukumnya. Ada contoh yang terkait dengan bantuan di luar negeri. Pemerintah Indonesia membantu untuk pembangunan asrama bagi mahasiswa Indonesia di Mesir atau AL Azhar. Akan tetapi ternyata tidak mudah. Sudah pernah dibantu oleh menteri agama senilai 12 Milyar dan sudah dibangunkan gedung, akan tetapi untuk membayar kekurangannya ternyata mengalami kesulitan. Masih dibutuhkan tambahan 27 miliard tetapi untuk mencairkannya mengalami kesulitan sebab aturan-aturan ang membelenggu. Makanya, semua bantuan terkait dengan luar negeri harus dikaji secara mendasar mengenai aturannya.
Angga Indrayana, mahasiswa on line di Indonesia menyatakan bahwa. Sungguh senang adanya sekolah terbuka dan PAUD. Di Malaysia ada banyak anak yang tidak bisa sekolah, maka sesungguhnya sangat dibutuhkan Lembaga pendidikan untuk mereka. Selain itu juga tekait dengan perkawinan beda negara dan beda agama yang sedang sematak di Malaysia, bagaimana hal ini dimungkinkan dari aspek hukumnya.
Indra, dari Kebajikan Minang, menyatakan bahwa masalah yang ada di Malaysia adalah terkait dengan pekerja legal atau ilegal. Di antara mereka ada yang menikah dibawah tangan. Pernikahan banyak yang tidak legal dari aspek negara. Undang-undang Malaysia juga menyatakan tidak sah. Demikian juga Pemerintah Indonesia. Sehingga jika memiliki anak maka akan timbul masalah. Misalnya tentang status anaknya, status kewarganegaraannya dan juga status dirinya. Bahkan jumlah anak yang lahir dari status perkawinan yang tidak jelas sudah di atas 1000 anak. Makanya di sini juga dikenal ada tiga macam buku nikah yaitu Palsu Palsu, palsu Asli, dan asli asli. Bahkan ternyata juga ada banyak anak yang akhirnya diadopsi oleh orang Tionghoa atau lainnya.
Yogi, pekerja LSM Kluarga Muslim Indonesia, menyatakan bahwa ada banyak masalah sosial terutama yang ditimbulkan oleh para TKW. Baik ketika berada di Indonesia maupun ketika di Malaysia. Apakah kiranya diperlukan pendampingan antara KUA dan PJTKI tentang pernikahan dan sebagainya. Misalnya wajib bagi PJTKI untuk mendapatkan nasihat tentang dampak negatif menjadi TKW. Sedangkan dari sisi pendidikan, makanya diperlukan madrasah atau apapun namanya. kemudian tentang haji, maka diMalaysaia terdapat tabung haji yang sudah melakukan terobosan tentang pengurusan haji. Mestinya pengelolaan haji di Indonesia bisa mencontoh tentang pelaksanaa haji di Malaysia.
Menurut Menteri Agama, bahwa kondisi perekonomian di Indonesia ternyata belum memberikan peluang yang lebih besar bagi tenaga kerja di Indonesia untuk bekerja di Indonesia. Masalah yang ditimbulkan memang banyak sekali. Misalnya, adalah ketika terjadi seorang TKI memecahkan barang di rumah majikannya, maka yang sering terjadi adalah penyiksaan dari majikannya yang menjadi penyebab kekerasan.
Di dalam masalah sosial, misalnya ketika ada TKW yang bekerja di luar negeri, maka banyak masalah sosial yang ditimbulkannya. Misalnya ada suami atau ada istri yang bisa melakukan pembuatan yang menyimpang. Seperti menikah lagi, berselingkuh dan sebagainya. Oleh karena itu kerja sama antara KUA dan PJTKI juga harus dilihat lagi terkait dengan siapa sasaran dan siapa yang harus menjalankan hal ini. Selain itu juga bisa menyebabkan masalah perkawinan menjadi berantakan, masalah anak yang tidak terurus, dan juga masalah keluarga dan sebagainya.
Di antara solusi tentang pendidikan, maka harus dilakukan kajian dan pembicaraan yang serius oleh tim yang dibentuk oleh Kementeian agama. Di dalam hal ini, diperlukan misalnya madrasah di Malaysia, beasiswa untuk siswa dan mahasiswa Indonesia di Malaysia.
Kemudian tentang pelaksanaan haji di Indinesia, sebenarnya sudah ada kemajuan yang sangat berarti. Pelayanan haji kita semakin baik berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh badan dunia. Meningkatnya pelayanan tersebut dapat dilihat dari semakin baiknya tempat pemondokan, semakin dekatnya dengan masjidil haram, maupun masjid Nabawi dan juga pelayanan katering yang makin baik. Selain itu juga manajemen keuangan tentang Dana Abadi Umat dan dana haji yang semakin baik.
Di Indonesia, dana haji tersebut dimasukkan ke dalam Sukuk yang dijamin oleh Pemerintah. Ada anggaran haji sebanyak 60 triliun yang sekarang berada di dalam otoritas kementerian keuangan dan ada dana abadi umat sebesar 2,5 triliun. Dengan tambahan manfaat sebesar 6 persen saja, maka akan diperoleh uang sebesar 150 Milyar setiap tahun, sehingga rencana membangun 1000 masjid bukan hal yang sulit. Jika setiap masjid senilai 1,5 Milyar, maka akan ada 100 masjid yang dapat didirikan setiap tahun. Jadi hanya membutuhkan waktu 10 tahun untuk membangun 1000 masjid. Uang haji tersebut tidak kita sertakan ke dalam badan usaha lainnya sebab masih mengandung risiko kerugian, akan tetapi dengan menempatkannya di Sukuk, maka Pemerintah yang menjadi penjaminnya. Jadi akan lebih aman.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh Kementeian agama di dalam memperbaiki kualitas pendidikan dan pelayanan agama dan keagamaan, maka ke depan akan dihasilkan out put yang lebih baik.
Wallahualam bisshawab.
.