• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PRESTASI DALAM MENJALANI IBADAH PUASA

PRESTASI DALAM MENJALANI IBADAH PUASA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ada seorang sahabat saya yang menyatakan bahwa agar kita dikenal Allah SWT, maka kita harus memiliki prestasi. Jika tidak maka jangan berharap Allah akan mengenalnya. Tetapi Allah itu maha Rahman dan Rahim, maka Allah pastilah menurunkan instrument agar kita bisa dikenalnya. Dan salah satu instrumennya adalah dengan mengamalkan bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Lewat bacaan shalawat itulah kita bergantung untuk mendapatkan kasih dan sayangnya Allah SWT.

Jika kita mengaca atas perjalanan para waliyullah di Tanah Jawa, maka akan dapat dijumpai berbagai macam prestasi. Saya ingin mengambil contoh Kanjeng Sunan Kalijaga yang dikenal sebagai seorang wali yang berhasil memadukan antara tradisi Islam yang murni dengan tradisi Jawa yang adiluhung.

Kanjeng Sunan Kalijaga dikenal sebagai putra Bupati Tuban Ki Ageng Wilwatikta, seorang keturunan Timur Tengah dan kemudian diambil menantu oleh Bupati Tuban. Sebagai seorang pemuda, Kanjeng Sunan telah memiliki kesadaran social yang sangat tinggi. Hanya saja, kesadaran social itu dilakukan dengan cara yang kurang tepat. Yaitu merampok rumah orang kaya dan kemudian hasilnya diberikan kepada orang-orang miskin. Beliau disebut sebagai Brandal Lokajaya. Nama yang disematkan kepada Lapangan Sepak Bola di Tuban. Stadion Loka Jaya.

Pada suatu kesempatan Kanjeng Sunan Kalijaga bertemu dengan Kanjeng Sunan Bonang, putra Kanjeng Eyang Sunan Ampel. Pada saat itulah Kanjeng Sunan Bonang mengenalkan suatu kejadian yang bagi Sunan Kalijaga dianggap aneh. Tidak masuk akal. Buah kelapa tiba-tiba berubah menjadi emas, sehingga membuat Sunan Kalijaga tersadar dan akhirnya berguru kepada Kanjeng Sunan Bonang.

Sebagai  pertobatannya, Kanjeng Sunan Kalijaga harus bertapa selama beberapa tahun, tiga tahun, di sungai dengan memupus semua keinginan duniawi. Tiga  tahun berlangsung. Setiap malam Kanjeng Sunan Kalijaga melafalkan “Kidung Rumeksa ing WengI.” Dari sinilah Allah membuka mata batinnya untuk menerima kebenaran Allah Azza wa Jalla. Dari pengalaman menjalani “mesu diri atau tapa brata” ini,  maka Kanjeng Sunan memperoleh pencerahan keilahian yang tidak didapatkan oleh makhluk Tuhan lainnya. Ini adalah sebuah prestasi.

Ada juga seseorang yang kemudian menjadi Kyai, juga karena amal ibadahnya yang luar biasa. Di masa mudanya, Kyai ini berjalan dari Banyuwangi ke Banten sambil menghafalkan Alqur’an. Bertahun-tahun dijalaninya. Bukan perjalanan biasa tetapi perjalanan sambil berpuasa. Akhirnya Alqur’an berhasil dihafalkannya. Kyai Zainul Ibad adalah contoh seorang kyai yang mendapatkan kasih sayang Allah karena prestasi ibadahnya. Pesantren dan lembaga pendidikan mulai dari lembaga pendidikan dasar hingga perguruan tinggi berdiri dengan baik. Pesantren Uluwiyah Mojosari adalah contoh pesantren di pedesaan dengan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang terus terjadi.

Allah sesungguhnya memberikan beberapa instrument agar umat manusia memiliki prestasi di hadapan Allah. Puasa merupakan salah satu instrument yang diberikan Allah kepada manusia agar mendapatkan prestasi di hadapan Allah. Tetapi sayangnya bahwa sangat sedikit orang yang bisa melakukannya. Puasa tentu dijalani sebagai kewajiban saja dan bukan merupakan tuntutan yang harus ditunaikannya.

Sebagian besar manusia yang menjadikan Islam sebagai pedoman kehidupannya masih berada di dalam melakukan ajaran agama secara minimalis. Nyaris tidak terdapat hal-hal yang spektakuler di dalam ibadahnya. Standar saja. Kita telah melakukan shalat dengan kadar kemampuan sebagaimana yang  kita lakukan. Kita telah berpuasa dengan standar yang relevan dengan kemampuan. Kita juga sudah membaca Alqur’an sesuai dengan standar. Islam kita masih minimalis. Kita sadar benar bahwa keislaman kita masih tergolong Islam bagi orang awam.

Namun demikian, setidak-tidaknya kita sudah memiliki basis iman yang membebaskan kita dari kesyirikan. Tidak ada sedikitpun pikiran untuk menyatakan bahwa Allah itu bukan Dzat Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat Maha Tunggal tidak memiliki saingan apapun dan siapapun. Allah merupakan Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Memelihara Alam, Dzat Yang Maha menjalankan alam sesuai dengan garis edarnya. Inilah modal kita yang paling mendasar di dalam kehidupan.

Dari kekuatan untuk mengesakan Allah itu juga sudah membangun di dalam diri kita untuk menjalankan ajaran-ajarannya meskipun dalam kategori minimalis. Kita sudah melakukan shalat sebagai tiang agama. Yang kita harapkan tentu amalan shalat itu diterima Allah dengan berbagai kekurangannya. Harus diakui tingkat kekhusyu’an juga belum optimal tetapi kita sudah berusaha untuk melakukannya. Plus minus ibadah shalat sudah kita lakukan.

Pada bulan ini kita melakukan puasa dengan niat yang insyaallah benar, hanya digunakan untuk mengabdi kepada Allah semata. Meskipun tidak banyak akan tetapi amalan-amalan tambahan yang berbentuk sunnah juga sudah kita lakukan. Yang kita harapkan adalah semoga semua amalan ini dapat menjadi prestasi dalam kehidupan kita di mata Allah meskipun sedikit.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

MENGAPA HARUS BERPUASA: ALASAN TEOLOGIS DAN KESEHATAN

MENGAPA HARUS BERPUASA: ALASAN TEOLOGIS DAN KESEHATAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Senin malam, 03/03/2025,  adalah giliran saya untuk memberikan kuliah tujuh menit atau kultum di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Masjid Al Ihsan menyelenggarakan tarawih berjamaah dan juga kultum dengan penceramah dari berbagai kalangan. Kebanyakan kyai-kyai muda yang menjadi da’i di wilayah Surabaya. Nyaris semuanya lulusan sarjana dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya. Tidak ada tema khusus, semuanya diserahkan kepada penceramahnya.

Pada malam itu saya memberikan ceramah keagamaan dengan tema: “mengapa orang Islam harus berpuasa?  Apakah ajaran berpuasa itu masih relevan dengan zaman sekarang yang terus berubah? Di dalam ceramah ini saya jelaskan ada dua alasan mengapa orang harus berpuasa, yaitu alasan teologis dan alasan kesehatan.

Pertama, alasan teologis. Kita ini menjalankan puasa tentu karena terdapat perintah di dalam agama Islam agar umat Islam berpuasa. Perintah sebagaimana tercantum di dalam Alqur’an bahwa: “Wahai orang yang beriman diwajibkan atas kamu untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

Puasa merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Islam yang sudah mukallaf atau memenuhi kewajiban untuk melaksanakan ajaran agama. Yang bersangkutan sudah memiliki kemampuan untuk menahan makan dan minum mulai dari datangnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Disebut sebagai baligh atau telah sampai kemampuan untuk melakukan ajaran Islam. Termasuk shalat dan puasa. Bagi lelaki telah bermimpi basah atau bermimpi dan mengeluarkan sperma dan bagi perempuan jika sudah haidl. Mereka ini telah disebut sebagai aqil baligh. Usianya rata-rata 13 tahun.

Ajaran agama berisi seperangkat keyakinan atas kebenaran ajaran itu sendiri. Ajaran tentang Tuhan yang diwadahi oleh ilmu kalam atau teologi, ajaran tentang tata cara beribadah dan semua perangkatnya yang disebut sebagai Ilmu Fiqih dan sebagainya. Semua itu bersumber dari keyakinan akan kebenarannya. Tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya. Agama mensyaratkan adanya ketaatan mutlak. Dengan demikian, di saat diperintahkan untuk melakukan puasa,  maka puasa tersebut harus dilakukan. Tidak boleh ada keraguan sedikitpun.

Ajaran puasa itu tidak hanya diperkenalkan kepada umat Islam saja akan tetapi juga kepada umat-umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW. Nabi Adam, hingga Nabi Ibrahim, hingga Nabi Musa, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW diwajibkan untuk melakukannya. Tentu dengan tata cara yang berbeda-beda. Tetapi yang jelas bahwa semua Nabi mengajarkan  untuk melakukan puasa. Semua umat beragama selain umat Islam hingga hari ini masih melakukan puasa sesuai dengan tafsir atas agamanya masing-masing.

Penjelasan ini yang saya nyatakan bahwa ajaran puasa itu sebagai ajaran wajib yang harus dilakukan oleh umat Islam. Tidak boleh ada keraguan di dalamnya. Semua umat Islam yang sudah baligh harus melakukannya. Jika sakit atau bepergian,  maka dapat melakukannya di hari yang lain atau menggantikannya di hari lain. Demikianlah Islam mengajarkan tentang syariat puasa.

Kedua, ada banyak ajaran agama yang di masa lalu dianggap sebagai doktrin, akan tetapi akhirnya dapat dibenarkan secara ilmiah. Salah satu di antaranya adalah ajaran tentang puasa. Nabi Muhammad SAW menyatakan: “berpuasalah kalian supaya sehat”.  Sabda Nabi Muhammad SAW ternyata benar. Berdasarkan kajian-kajian ilmiah dapat dibuktikan kebenaran ajaran berpuasa.

Di dalam Islam dikenal puasa sunnah, seperti puasa hari Senin dan Kamis dan puasa Dawud, yaitu puasa sebagaimana dilakukan oleh Nabi Dawud AS. Sehari puasa sehari berbuka. Ternyata puasa-puasa tersebut menginspirasi bagi para ahli untuk menciptakan yang disebut sebagai intermiten fasting atau puasa selang seling.

Ada sebuah organisasi yang memberikan label aktivitasnya dengan nama Miracle of Breath  Indonesia atau MOBI, yang berkonsentrasi pada  upaya agar orang menjadi sehat, khususnya bagi yang terkena diabetes dan darah tinggi, yang  salah satu upayanya adalah melalui puasa. Ada puasa selama delapan jam, 20 jam bahkan sampai 70 jam. Hanya boleh minum air putih dan tidak boleh memakan karbohidrat. Hanya boleh makan yang berprotein. Dan hasilnya ternyata gula darah turun dengan signifikan.

Berdasarkan pengalaman atas hal ini, maka memberikan gambaran umum bahwa puasa yang dilakukan oleh sesorang ternyata dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Orang yang sehat akan menjadi semakin sehat dan yang sakit diabetes atau darah tinggi akan menjadi normal. Inilah yang dijanjikan oleh Rasulullah kepada umatnya yang menjalankan  puasa. Marilah kita berpuasa dengan sungguh-sungguh untuk menggapai dua hal sekaligus yakni takwa kepada Allah dan juga sehat badaniyah atau fisikiyah.

Orang yang bahagia itu bukan orang yang uangnya berlebih, tetapi orang yang sehat adalah yang memiliki uang yang cukup dan badan yang sehat. Itulah sebabnya Nabi Muhammad SAW menganjurkan doa yang sangat baik dan perlu diamalkan, yaitu: “Ya Allah panjangkan usia kami, sehatkan badan kami, cahayai hati kami dan  tetapkan iman kami”. Doa yang luar biasa yang menggabungkan kesehatan fisik dan hati, iman dan kepatuhan.

Semoga puasa yang kita jalani dapat menjadi instrument bagi kebaikan kita semua, keluarga kita semua dan umat Islam semuanya. Salah satu kekuatan umat Islam adalah eksistensi untuk saling berdoa di dalam kebaikan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

SETAN DIBELENGGU: SIMBOL KEKUATAN PUASA

SETAN DIBELENGGU: SIMBOL KEKUATAN PUASA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Nyaris semua da’i yang menyampaikan kuliah tujuh menit atau kultum pada saat Ramadlan dipastikan menyampaikan satu hal mendasar di dalam aktivitas puasa, yaitu setan dibelenggu pada bulan Ramadlan. Pada bulan Ramadlan, Allah SWT tidak memberikan peluang bagi setan untuk beraktivitas melakukan gangguan atas keimanan dan ibadah yang dilakukan oleh umat Islam.

Setan selama ini dikenal sebagai kekuatan jahad yang bisa mempengaruhi manusia untuk melakukan kejahatan demi kejahatan yang dapat menyengsarakan manusia di bumi dan juga menyengsarakannya kelak di akherat. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW menyatakan: “Pada malam pertama Bulan Ramadlan, setan-setan dibelenggu, yaitu setan-setan yang membangkang”.

Di dalam Alqur’an dijelaskan bahwa Setan sesungguhnya makhluk Allah yang memiliki ketaatan dan kemauan mengesakan Allah yang luar biasa. Ahli tauhid yang luar biasa. Sayangnya bahwa setan melakukan pembangkangan atas perintah Allah agar bersujud kepada Nabi Adam. Manusia ciptaan Allah dari saripati tanah. Setan merasa lebih unggul sebab diciptakan dari api murni. Api bagi setan lebih mulia dibanding tanah. Kesombongan inilah yang menyebabkannya dikutuk oleh Allah dan diberikan potensi untuk menggoda manusia agar melakukan kesalahan dan kejahatan. Di dalam Alqur’an dijelaskan korban pertamanya adalah Nabi Adam, di saat Allah melarangnya untuk mendekati buah khuldi dan Adam melakukannya, sehingga akhirnya diturunkan ke bumi dan menjadi cikal bakal manusia yang sekarang jumlahnya mencapai enam milyar manusia.

Setan kemudian menjadi lambang bagi makhluk Allah yang kemudian akan menjadi penghuni neraka. Oleh Allah, Setan diberi otoritas untuk menggoda manusia agar tergelincir ke dalam jurang kesesatan. Dan konsekuensinya adalah neraka. Sudah ada banyak contoh dalam sejarah umat manusia, terutama para penguasa yang tergelincir ke dalam kesombongan sebagaimana setan, misalnya Raja Fir’aun atau Ramses II semasa dengan Nabi Musa, Raja Namrud semasa Nabi Ibrahim, Raja Nebukadnezar, Tokoh kapitalis Qarun dan banyak lainnya. Semuanya tergelincir karena kesombongan sebagaimana kesombongan setan di masa lalu.

Setan memang memiliki otoritas untuk menggoda manusia. Kekuasaan itu dikabulkan atas permintaannya sewaktu dikutuk oleh Allah SWT. Itulah sebabnya banyak orang yang tergoda untuk melakukan tindakan yang bahkan menyekutukan dan ingkar atas kebenaran Allah SWT. Setan akhirnya menjadi tertuduh. Setiap ada apa saja yang terkait dengan kesalahan dan kesombongan maka hal tersebut dinyatakan sebagai pengaruh setan.

Dewasa ini, ada banyak orang yang melakukan tindakan menyimpang, misalnya melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Banyak pejabat, pengusaha bahkan anggota legislative dan yudikatif yang melakukan Tindakan korupsi. Jumlahnya pun jumbo. Ada yang mencapai angka Rp320 Trilyun, ada yang Rp198 Trilyun dan lainnya. Sebuah angka yang sangat besar dalam kadar melakukan tindakan korupsi. Semua ini juga dapat dikaitkan dengan godaan setan.

Manusia sesungguhnya punya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan biologis, kebutuhan social dan kebutuhan integrative. Yang paling banyak menjadi masalah terkait dengan kebutuhan biologis. Pemenuhan atas kebutuhan kekayaan terkadang bisa menyebabkan seseorang melupakan hakikat kemanusiaannya. Kebutuhan kebinatangan itulah yang menjadi salah satu factor mengapa manusia melakukan tindakan melawan kemanusiaan, seperti  korupsi yang mencapai angka trilyunan rupiah.

Setan merupakan symbol kejelekan sebagaimana malaikat sebagai symbol kebaikan. Kasy syaithan dan kal malaikat. Di dalam dunia keyakinan nyaris semua agama, memiliki konsepsi tentang keburukan dari kekuatan jahat yang dilambangkan dengan setan, dan ada kekuatan baik yang dilambangkan dengan malaikat atau di dalam agama lain disebut sebagai kekuatan darma. Agama-agama Semitis menyebutnya sebagai malaikat. Sedangkan di dalam agama Hindu disebut sebagai darma.

Dengan demikian, sesungguhnya setan adalah lambang kejelekan atau kejahatan. Setan adalah simbolisasi atas prilaku manusia yang berupa tindakan kejelekan dan kejahatan. Manusia memiliki potensi dalam lambang setan, karena manusia dilengkapi dengan syahwat yang dapat membawa nafsu kepada syahwat kebinatangan dimaksud. Jika nafsu merupakan dimensi kemanusiaan yang netral, maka syahwat yang mengajak kepada nafsu kebinatangan, dan sementara itu kekuatan darma atau malaikat mengajaknya kepada kebaikan. Sepanjang kehidupan manusia selalu ada pertempuran di antara dua kekuatan kiri dan kanan, setan dan malaikat, yang sesungguhnya merupakan pertarungan di dalam diri manusia.

Setan diborgol, setan dikerangkeng atau setan dibelenggu. Ungkapan-ungkapan ini merupakan ungkapan simbolik, bahwa setan sedang dibelenggu, karena umat Islam sedang melakukan puasa yang bermakna sebagai upaya untuk mengamalkan ajaran Islam yang langsung berkaitan dengan Allah SWT. “Ibadah puasa itu untuk-Ku”,  firman Allah, dan “Aku akan membalas dengan kebaikan-Ku”. Dengan demikian, orang yang sedang berpuasa sedang mendapatkan kebaikan Allah sehingga manusia tidak kal hayawan akan tetapi kal malaikat.

Setan itu lambang prilaku kejelekan atau kejahatan. Puasa merupakan perisai yang dapat menghancurkan prilaku kejelekan atau kejahatan. Jika ada sebuah kejahatan di sekeliling manusia, maka diajarkan agar menyatakan di dalam diri “saya sedang berpuasa”. Jadi di kala setan dibelenggu, dikerangkeng atau diborgol artinya bahwa Allah memberikan instrument untuk memborgol, membelenggu atau mengerangkeng dan itu semua melalui instrument puasa.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

PAHALA BAU MULUT PUASA: AKTUAL ATAU SIMBOLIK?

PAHALA BAU MULUT PUASA: AKTUAL ATAU SIMBOLIK?

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Banyak da’i di dalam acara kuliah tujuh menit atau kultum yang menyatakan bahwa bau mulut seorang mukmin yang berpuasa itu memiliki pahala yang sangat besar dan bau mulut tersebut melebihi bau minyak misiq. Minyak wangi misiq adalah sejenis minyak wangi yang memiliki wewangian khusus khas Timur Tengah. Kita bisa membayangkan jika mulut seseorang yang melakukan puasa itu kelak akan menjadi bagian dari penyegaran ruang dengan bau wangi yang luar biasa. Surga itu diibaratkan atau diimaginasikan dengan tempat yang luar biasa bersih, sedemikian indahnya dan terutama baunya yang khas bau wewangian yang khas surgawi.

Ajaran ini diangkat dari Sabda Nabi Muhammad SAW, untuk menggambarkan kenikmatan yang nanti akan dipetik di akherat sebagai ganjaran atas seseorang yang melakukan puasa. Sedemikian hebatnya pahala tersebut maka digambarkan bahwa orang yang berpuasa dan bau mulutnya tersebut berbau yang tidak sedap dalam ukuran keduniawian, maka justru nanti akan diganti bau tidak enak tersebut dengan bau minyak misiq.

Hadis tersebut adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim, yang artinya adalah: “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada  bau minyak misiq (minyak kasturi). Dengan demikian hadis ini termasuk hadis yang memiliki status dan kedudukan hadis yang shahih sebab diriwayatkan oleh dua orang ahli hadis, Imam Bukhori dan Imam Muslim. Hadis yang tidak diragukan kesahihannya.

Di dalam Islam tentu terdapat berita yang menggembirakan dan berita yang mengingatkan. Basyiran atau nadziran. Hadits sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim ini termasuk ajaran Islam yang memberikan kegembiraan bagi para pelakunya, yaitu umat Islam yang melakukan puasa Ramadlan. Tidak mudah seseorang yang beriman sekalipun untuk melaksanakan puasa. Ajaran puasa itu melarang seseorang yang beriman kepada Allah SWT untuk makan, minum dan melakukan relasi seksual di siang hari, mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Bukan hal yang gampang. Apalagi di Timur Tengah dengan  hawa padang pasir yang  panas menyengat. Sebagai dekonstruksi atas pola makan, maka tentu sangat susah bagi orang yang tidak terbiasa melakukannya. Orang yang biasa makan di siang hari dan harus diganti dengan makan di malam hari. Sungguh susah.

Oleh karena itu Allah SWT memberikan kabar gembira dengan menyatakan ajarannya melalui Nabi Muhammad SAW bahwa bagi orang yang berpuasa dan bau mulutnya tidak enak itu akan mendapatkan pahala yang besar berupa ampunan Allah SWT dan juga bau mulut yang wangi melebihi wanginya minyak kasturi. Dengan demikian, harus dipahami bahwa hadis ini memang memberikan kegembiraan bagi orang yang berpuasa, bahwa bau mulut dan nafasnya yang tidak enak itu jangan diresahkannya akan tetapi digembirakannya dengan bau dan nafas yang kelak di akherat seperti bahkan lebih wangi dari minyak misiq tersebut.

Orang yang berpuasa itu menggambarkan akan ketaatan kepada ajaran Allah SWT sebagaimana sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Puasa adalah ajaran yang wajib dilakukan oleh umat Islam, sebagaimana kewajiban menjalankan shalat dan zakat serta haji bagi yang memiliki kemampuan. Sebagaimana diajarkan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, bahwa iman adalah mempercayai keberadaan Allah, mempercayai keberadaan Malaikat Allah, meyakini keberadaan Kitab Suci, mengakui Nabi atau Rasul Allah, mempercayai atas takdir baik dan buruk dan meyakini akan adanya hari akhir. Islam memperkenalkan ada enam rukun Iman yang wajib dipercayai. Lalu Islam adalah menyaksikan akan keberadaan Allah dan Muhammad sebagai utusannya, menjalankan shalat, membayar zakat, melaksanakan puasa dan menjalankan ibadah haji bagi memiliki kemampuan. Makanya dirumuskan lima rukun Islam yang wajib dilakukan.

Orang yang berpuasa tentu telah melampaui keyakinan atas rukun Iman dan juga sudah melakukan rukun Islam. Oleh karena itu Allah memberikan pahala yang sangat besar kepada yang melakukannya. Bahkan digambarkan orang yang mulutnya berbau tidak enak itu akan lebih wangi di hadapan Allah SWT. Bukanlah bau mulut yang disengaja, tetapi bau mulut yang alami karena menjalankan perintah Allah dimaksud.

Dengan demikian, bau mulut adalah lambang kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. Ungkapan di dalam hadis ini adalah ungkapan simbolik yang memberikan gambaran bahwa orang yang berpuasa itu akan mendapatkan pahala yang sangat besar dan bau mulutnya itu digambarkan akan berbau lebih wangi dibandingkan minyak yang paling wangi di dunia, minyak kasturi.

Ajaran Islam itu untuk melakukan kebaikan yang kelak akan dapat diperoleh balasannya di alam akherat. Alam yang akan terjadi setelah alam dunia dan alam kubur. Tentu tidak mudah menjelaskan akan apa yang menjadi balasan atas orang yang mempercayainya dan melaksanakannya. Di dalam konteks seperti ini, maka pahala tersebut kemudian diprofankan atau diwujudkan dalam alam materi yang berupa bau yang wangi, bau yang menyegarkan, bau yang membuat orang merasa nyaman dan sebagainya.

Bau mulut bagi orang yang berpuasa adalah realitas atau kenyataan. Bau mulut bisa menjadikan orang merasakan ketidaknyamanan, bau mulut menjadikan relasi social bisa terhambat. Oleh karena itu Allah memberikan tabsyir atau kegembiraan bahwa bau mulut orang yang berpuasa memiliki nilai kewangian yang luar biasa melebihi wanginya minyak misiq.

Nabi Muhammad SAW harus menjelaskan  ajaran Islam yang kurang mengenakkan dengan lambang-lambang natural yang bisa diterima. Bau mulut dan nafas yang tidak enak dapat diganti dengan bau wangi. Realitas empiris dengan realitas empiris. Dan inilah ajaran keseimbangan di dalam Islam. Allah memberikan kabar gembira karena seorang muslim telah menjalankan ajaran Allah dengan benar.

Jadi, andaikan terdapat bau mulut dan nafas yang kurang sedap karena puasa, janganlah kita sedih dan meradang, sebab secara simbolik sekarang dan kenyataan di masa yang akan datang, the day after, merupakan bagian dari kekuasaan Allah yang tidak terhingga. Tidak ada sesuatu yang sulit bagi Dzat Yang Tidak Terhingga, Allah SWT.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

METODE IMKANUR RU’YAH: MAU APA LAGI?

METODE IMKANUR RU’YAH: MAU APA LAGI?

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Untuk menentukan kapan saat puasa dan kapan saatnya hari raya idul fitri memang terkadang terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Perbedaan itu bukan disebabkan oleh hal yang sepele tetapi terkait dengan metode penetapan awal bulan, khususnya bulan Ramadlan, awal Syawal dan awal Dzulhijjah. Tiga bulan ini menjadi krusial karena ada dimensi ritual yang terkait dengan tiga bulan tersebut.

Itulah keunikan Islam di Indonesia. Sesama umat Islam tetapi berbeda pendapat dalam menentukan hari-hari krusial terkait dengan ibadah. Bukankah setiap ibadah tersebut terdapat aspek pahala dan ketentuan kapan ibadah tersebut harus dilakukan. Misalnya di dalam penentuan awal Syawal, maka ada kaitannya dengan puasa harus diakhiri. Pada tanggal 01 Syawal maka tidak diperkenankan menjalankan puasa. Padahal ada yang sudah mengakhiri puasa dan ada yang masih berpuasa. Bagaimana dengan mereka yang masih puasa, sementara itu puasa di hari itu dilarang. Demikian pula penetapan tanggal 01 Dzulhijjah juga ada kaitannya dengan ibadah haji. Wukuf di Arofa, mabits Muzdalifah dan lempar jamarat di Mina, yang tanggalnya sudah ditetapkan. Tetapi biarlah yang seperti ini menjadi bagian dari kajian ilmu fiqih, yang saya tidak memiliki ilmu untuk membahasnya.

Pada tahun 2025 M atau tahun 1446 H, maka problem tersebut juga ditemui. Di Indonesia terdapat suatu wilayah yang sesuai dengan perhitungan ilmu falaq yang secara astronomis dibenarkan ternyata ketinggian hilalnya sudah mencapai 4,67 derajad, yaitu di Provinsi Aceh dan lainnya bervariasi. Oleh karena itu kala dilakukan ru’yatul hilal di seluruh Indonesia, misalnya di Ambon, Jawa Timur, Jakarta dan sebagainya juga tidak akan didapati hilal dalam ketinggian dan elongasi yang jelas. Atau dengan kata lain ternyata tidak terlihat.

Dan hanya satu saja yang berpeluang hilal tampak di atas ufuq pada waktu ghurubusy syamsi, yaitu di Aceh. Ternyata benar bahwa di Aceh memang hilal sudah bisa dilihat dengan perangkat teknologi canggih. Di sinilah letak diskusi tentang apakah bulan Ramadlan sudah terjadi atau belum. Jika menggunakan patokan di wilayah lain, maka kesimpulannya dipastikan untuk istikmal atau menggenapkan bulan Sya’ban 30 hari.

Saya dihadapkan atas permintaan jamaah Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency, apakah akan shalat tarawih pada Jum’at malam atau akan shalat tarawih pada Sabtu malam. Artinya, jika tarawih pada Jum’at malam, maka pada hari Sabtu, 01/03/2025 dipastikan akan melakukan puasa atau Bulan Ramadlan sudah dimulai. Sementara itu sidang Isbath sedang berlangsung. Shalat Jamaah Isyak sudah diselenggarakan, dan para jamaah shalat Isya’ sudah siap melaksanakan shalat tarawih bahkan juga siap untuk puasa esok harinya.

Di sinilah saya harus mengambil keputusan, apakah shalat tarawih dilaksanakan atau tidak. Pada saat seperti ini, maka keputusan harus diambil. Bertepatan saya memang dijadwal oleh Takmir Masjid Al Ihsan untuk memberikan ceramah atau kuliah tujuh menit (Kultum) ba’ da shalat Isya’ (30/02/2025). Maka dengan bismillah saya nyatakan bahwa malam hari ini, kita akan melakukan shalat tarawih dan besuk kita akan melaksanakan puasa.

Saya tambahkan, bahwa untuk puasa besuk hari bukan dipengaruhi oleh Keputusan Muhammadiyah yang memang akan melaksanakan puasa esok hari, dan juga tidak oleh keputusan NU yang masih menunggu keputusan Pemerintah, Kementerian Agama, tetapi semata-mata bahwa berdasarkan konsep Imkanur Ru’yat, atau kemungkinan hilal terobservasi, dengan ketinggian hilal 3 derajad, sesuai dengan Keputusan Menteri-Menteri Agama Brunei Darus Salam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIM), maka sesungguhnya tarawih sudah bisa digelar malam ini. Karena di wilayah Indonesia, Provinsi Aceh, ketinggilan hilal sudah 4,67 derajad, maka esok hari sudah bisa melakukan puasa, dan artinya malam ini sudah bisa melaksanakan shalat sunnah tarawih dan shalat witir.

Jamaah Masjid Al Ihsan kemudian melakukan shalat tarawih dan shalat witir. Sebagai masjid perkotaan, seperti tradisinya maka diselenggarakan shalat tarawih dalam delapan rakaat, dua rakaat salam. Ditengahi dengan doa shalat tarawih lalu dilaksanakan shalat witir tiga rakaat dalam dua kali salam. Dan saya sangat bergembira bahwa Kementerian Agama akhirnya menetapkan bahwa puasa bagi masyarakat Indonesia dilaksanakan pada Hari Sabtu, 01/03/2025. Alhamdulillah.

Saya juga tegaskan, bahwa persoalan ibadah itu persoalan keyakinan. Kita harus yakin. Jangan ragu-ragu. Jika kita sudah menentukan bahwa puasa dilaksanakan mulai tanggal 01/03/2025, maka kita harus yakin untuk mengamalkannya.  Janganlah sampai kita berpikir, ikut yang mulai puasanya lambat dan ikut hari raya pada akhir puasa yang lebih cepat. Kita harus konsisten puasa itu satu bulan, bisa 29 hari atau 30 hari. Usia bulan qomariyah itu pastinya 29,5 hari. Maka adakalanya dijadikan 29 dan ada kalanya dijadikan 30 hari.

Kita sudh berikrar untuk menjadi umat Islam yang benar di dalam menjalankan ibadah termasuk ibadah puasa, maka harus kita pastikan bahwa kita berpuasa sesuai dengan ketentuannya. Insyaallah yang kita lakukan sudah berada di dalam jalan yang benar.

Wallahu a’lam bi al shawab.