• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENJAGA  KESEIMBANGAN: CARI DUNIAWI DAN UKHRAWI SEKALIGUS

MENJAGA  KESEIMBANGAN: CARI DUNIAWI DAN UKHRAWI SEKALIGUS

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ada suatu pertanyaan menarik sebagaimana disampaikan oleh Pak Karsali pada saat pengajian di Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Pengajian tersebut dilaksanakan pada Hari Selasa, ba’da Shubuh, 27  April 2024.

Pertanyaan tersebut berbunyi sebagai berikut: “ada ustadz yang menyatakan bahwa kita tidak usah mencari kehidupan di dunia. Yang justru kita cari adalah kehidupan akherat. Kehidupan yang abadi itu ada di akherat, maka carilah kehidupan akherat tersebut. Jangan cari kehidupan dunia”.

Jika kita membaca secara selintas atas ucapan ini, maka kita pasti akan membenarkan ungkapan tersebut. Tetapi coba cermati ungkapan ini secara hati-hati dengan mempertimbangkan tentang manfaat kita hidup di dunia dan untuk apa kehidupan di dunia tersebut. Buatlah sebuah pertanyaan lagi, apakah ada kaitan antara kehidupan di dunia dan kehidupan di  akherat. Dari pernyataan-pernyataan tersebut, saya ungkapkan bahwa antara kehidupan di dunia dan kehidupan di akherat harus ada keseimbangan.  Ada tiga hal yang saya jelaskan mengenai hal ini, yaitu:

Pertama, manusia hidup dalam alam yang berbeda-beda. Setiap kehidupan di dalam alam tertentu memiliki relevansi dan fungsi bagi kehidupan sesudahnya. Manusia hidup dalam empat alam yang berbeda. Ada kehidupan di dalam alam roh, yang kita tidak tahu berapa lamanya, tetapi jika dilihat dari takdir kehidupan yang telah didesain Tuhan Allah, maka sudah ditetapkan takdir kehidupan di dunia itu selama 50 juta tahun sebelum diciptakan dunia dan  seluruh tata surya yang terdapat di dalamnya. Ada waktu yang lama  di alam roh sampai kemudian hadir ke dunia melalui washilah perjodohan antara lelaki dan perempuan. Di dalam agama-agama Semitis diyakini bahwa manusia pertama yang berjodoh adalah Adam dan Hawa. Keduanya diturunkan dari surga dan kemudian menempati alam dunia yang kita kenal sekarang.

Berdasarkan temuan manusia Neanderthal, bahwa manusia dalam fosil tertua itu diperkirakan 75 ribu tahun sebelum masehi atau disebut sebagai homo Neanderthalensis. Makhluk ini sudah mirip dengan homo sapien. Sementara itu manusia Jawa tertua berusia 70 ribu tahun. Yang dikenal sebagai Megantropus Paleojavanicus. Berdasarkan penelitian atas fosil-fosilnya sudah menggambarkan sebagai makhluk social. Manusia kemudian berkembang terus sehingga menjadi manusia modern seperti sekarang. Tetapi manusia dalam kurun 4.000-5.000 tahun yang lalu juga sudah modern misalnya dengan ditemukannya ukiran kayu, perhiasan emas dan Menara Gizza atau piramida di Mesir. Bahkan di Indonesia juga sudah ditemukan manusia dalam usia 5.000 tahun yang lalu di Pegunungan Jawa Barat atau di Gunung Padang. Namun temuan ini disebut sebagai kebudayaan yang hilang.

Manusia dilengkapi oleh Allah dengan instrument untuk menjaga dan mengembangkan kehidupan. Ada instrument fisik atau biologis untuk mengembangbiakkan keturunan, memenuhi kebutuhan fisik dan melangsungkan kehidupan. Ada instrument religious, yaitu keinginan manusia untuk mengekspresikan keyakinannya akan keberadaan Tuhan dan berbagai ajaran agama di dalamnya. Di dalam kehidupan di dunia ini lalu Tuhan menurunkan utusannya, Nabi dan Rasul, untuk membimbing manusia agar berada di jalan kebenaran.

Dalam waktu yang ditentukan, kemudian manusia akan masuk ke dalam alam barzakh atau alam kubur dalam waktu yang kita semua tidak tahu berapa lamanya dan kemudian terakhir akan masuk ke dunia akherat yang sebagaimana di dalam teks Kitab Suci ada yang akan abadi di dalam surga dan ada yang masuk ke neraka. Tidak ada informasi yang jelas dari teks suci tentang berapa lama dan sampai kapan manusia akan berada di surga atau neraka. Kecuali disebutkan ada yang berlaku kekal. Tentu bisa mengandung perdebatan secara teologis, apakah ada yang kekal selain Allah. Tentang hal ini saya tidak bisa menjawabnya.

Kedua,  alam roh, alam dunia, alam kubur dan alam akhirat adalah satu kesatuan. Jasad bisa rusak atau hancur, karena jasad bersifat fisik dan apa saja yang bersifat fisik pasti akan rusak. Ini dalil yang tidak bisa dibantah, kecuali Allah menghendaki lain. Semua yang terkena api akan terbakar tetapi khusus Nabi Ibrahim, api tidak membakarnya. Ini adalah kehendak Allah.

Karena kehidupan itu sistemik, maka juga harus disikapi dan dipahami secara sistemik. Artinya bahwa antara alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat merupakan sesuatu yang berkesinambungan. Tidak bisa dipisahkan. Orang yang iman kepada Allah dan beramal shalih, maka yang bersangkutan akan memasuki alam barzakh dan alam akhirat dengan kebahagiaan, sebaliknya orang yang ingkar akan keberadaan Allah dan melakukan amal kebatilan, maka yang bersangkutan akan hidup dalam ketidakbahagiaan di alam-alam berikutnya. Jadi manusia harus melihat bahwa kehidupan duniawi itu merupakan jembatan untuk menuju alam lainnya.

Ketiga, akhirat memang utama karena di situlah tempat manusia yang “abadi”. Dunia dan alam barzakh hanyalah alam antara. Di dalam filsafat Jawa disebutkan: wong urip mung mampir ngombe, orang hidup di dunia itu ibarat bepergian dan kemudian berhenti minum air saja. Makanya jika manusia mengutamakan akhirat tentu bukan sesuatu yang salah. Tetapi dunia adalah instrument untuk menuju akhirat, artinya bahwa orang tidak boleh melupakan bahwa manusia hidup di dunia. Makanya fungsi kehidupan duniawi juga mestilah diperankan. Tidak boleh dilupakan. Manusia tetap membutuhkan makan, minum dan kebutuhan lainnya yang seharusnya dilakukan dengan baik. Manusia membutuhkan tempat berteduh, memerlukan pakaian, memerlukan relasi social dan lainnya. Semuanya harus dipenuhi dengan perilaku yang baik. Amalan shalihan.

Oleh karena itu yang terbaik adalah mengutamakan hidup untuk akhirat dengan tetap menjalankan fungsi sebagai manusia yang memiliki tanggung jawab pribadi, keluarga dan masyarakat.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..