• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

ZIARAH MAKAM SYEKH IBRAHIM ASMARAQANDI: ANTARA  RELIGIOSITAS DAN REKREASI

ZIARAH MAKAM SYEKH IBRAHIM ASMARAQANDI: ANTARA  RELIGIOSITAS DAN REKREASI

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ada sebuah ungkapan yang menarik, bahwa “dari pada bepergian  yang hanya ada hiburan saja, lebih baik bepergian yang ada nilai agamanya”. Ungkapan ini sering kita dengar, dan bahkan kita sendiri juga berpikir seperti itu. Inilah yang menjadi keyakinan masyarakat sehingga tempat-tempat ziarah menjadi ramai penuh sesak dengan para peziarah. Bahkan kepergian itu tidak hanya dilakukan sendirian, tetapi sekeluarga. Artinya mereka memang benar-benar menyiapkan biaya transportasi, konsumsi dan akomodasi untuk kepentingan ziarah waliyullah.

Ziarah yang dilakukan oleh umat Islam tidak hanya di makam para waliyullah, akan tetapi juga ziarah ke tanah suci. Seirama dengan daftar antrian pergi haji yang Panjang, antara 40 sampai 70 tahun, maka masyarakat menjadikan umrah sebagai alternatif untuk berziarah dan beribadah di tanah Suci, Makkah al Mukarramah dan Madinatun Nabawi. Makanya, jumlah peziarah ke Kota Suci semakin meningkat. Hanya karena Pandemi Covid 19, maka segala aktivitas untuk berziarah menjadi berhenti.

Ziarah sebenarnya tidak hanya untuk kepentingan rekreasi tetapi juga kepentingan dahaga spiritualitas. Dengan mendatangi makam para auliya, maka mereka merasakan ketersambungannya dengan para penyebar Islam, khususnya di Tanah Jawa. Mereka merasakan bisa mendatangi rumah terakhir para auliya. Mereka ingin menjadi bagian dari para ulama yang shalih di masa lalu. Bukankah para auliya adalah orang yang memiliki kedekatan dengan Nabi Muhammad SAW sebagai pewarisnya, dan kemudian juga menjadi washilah bagi hubungannya dengan Allah SWT. Mereka berkeyakinan bahwa amalan ziarah itu merupakan amalan yang dapat menghubungkan dunia yang profan (bersifat duniawi) dan dunia sacral (alam ukhrawi), dan melalui keterlibatannya di dalam ziarah maka mereka merasa memasuki dunia profan dan sacral sekaligus.

Berbagai pengalaman berziarah dirasakan ada perasaan damai dan tenang. Rasanya seperti bisa melakukan ritual yang penting. Mereka merasakan telah menjadi bagian dari dunia para wali yang diyakininya, bahwa para wali itu masih bisa memberikan bimbingan spiritual di dalam kehidupannya. Para wali adalah kekasih Allah karena kedekatannya dengan Allah, maka Allah juga memberikan otoritas kepadanya untuk bisa membimbing manusia untuk kembali ke jalan Allah swt. Keyakinan seperti ini yang akhirnya tidak melunturkan niat seseorang untuk menziarahi makan para Waliyullah.

Beberapa hari yang lalu, saya sempat berziarah ke Makam Kanjeng Eyang Syekh Ibrahim Asmaraqandi. Seorang wali yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW, ayah Kanjeng Eyang Sunan Ampel dan bermakam di Desa Gesik Harjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Makam ini dibangun pada tahun 2000an, dan kemudian terus direnovasi bangunan-bangunan lamanya, sehingga sekarang kelihatan trendy dan modern. Meskipun arsitektur lamanya tetap  dipertahankan, tetapi juga dipadukan dengan arsitektur modern yang serasi. Misalnya, ukiran kayu di samping pintu utama, meskipun termasuk ukiran lama, tetapi dengan sentuhan modern maka jadilah pintu masuk ke ruang utama masjid terasa sangat indah. Saya melihat banyaknya perubahan dalam bangunan fisik di sekitar makam. Dibandingkan dengan tahun 2003 kala saya melakukan penelitian disertasi  tentang “Konstruksi Sosial Upacara Keagamaan pada Masyarakat Islam Pesisiran Palang Tuban” dan diterbitkan dengan judul “Islam Pesisir”. Saya  melihat luar biasa pesatnya pengembangan fisik di sekitar makam. Masjidnya makin dipercantik, gapura-gapura untuk masuk ke areal makam juga direnovasi dan juga terdapat tempat istirahat bagi jamaah peziarah makam.

Saya berziarah ditemani oleh Dr. Chabib Musthofa dosen Fisip UIN Sunan Ampel Surabaya, 03/07/2022. Saya mengamati peziarah yang membludak. Hampir seluruh pendopo di makam Kanjeng Eyang Ibrahim Asmaraqandi penuh sesak. Melubernya para peziarah bisa juga disebabkan selama pandemic Covid 19 mereka tidak melakukan kunjungan ke makam para wali, sehingga kala kran untuk berziarah dibuka lebar, maka serentak masyarakat Islam melakukannya. Sungguh pemandangan yang menarik. Ada nuansa sakralitas di dalam lantunan tahlil, dzikir dan doa  oleh para peziarah. Ada yang berziarah secara kelompok dan ada yang individual. Semua menyatu dalam kalimat-kalimat suci yang diajarkan di dalam Islam melalui Nabi Muhammad SAW.

Tetapi di antara semua fenomena ini, ada satu rombongan peziarah yang rupanya berbeda dengan rombongan lain. Kala jamaah melantunkan tahlil dan dzikir yang dipimpin oleh imam tahlil dan dzikir, maka terdapat seseorang yang menggunakan Bahasa Jawa untuk melantunkan bacaan khusus. Saya kira hal ini merupakan bagian dari upacara slametan, di mana didapati acara ujub  atau ijab atau bacaan khusus pengantar upacara dalam Bahasa Jawa untuk mengantarkan apa sesungguhnya yang menjadi niat untuk ritual tersebut. Saya tidak bisa menyimak apa yang diucapkannya, meskipun jarak antara saya dengan pelaku ijab tersebut tidak jauh.

Sayangnya bahwa saya juga harus segera untuk meninggalkan makam Kanjeng Eyang Syekh Ibrahim Asmaraqandi, sebab ada wadhifah lain, yaitu ke rumah dosen FDK UINSA, Prihananto, yang selesai menikahkan putrinya. Bergegas saya harus ke Dusun Karangdowo, Desa Sandingrowo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban. Dan alhamdulillah semua lancar kecuali pulangnya terpaksa terkena macet 2,5 jam di sebelah barat Duduk Sampeyan karena perbaikan jalan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

MARI CERDAS MENGGUNAKAN HAND PHONE

MARI CERDAS MENGGUNAKAN HAND PHONE

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagaimana biasanya jika saya pulang ke kampung di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo Kecamatan Merakurak, Tuban, maka  dipastikan sekali atau dua kali memberikan siraman rohani atau keagamaan kepada jamaah shalat Magrib atau Shubuh di Mushalla Raudlatul Jannah, yang bertepatan di depan rumah saya. Jamaahnya memang tidak banyak sebanyak 30 orang tetapi rutin, terutama untuk shalat maghrib, isya’ dan shubuh.

Saya memberikan ceramah pada hari Senin, 27 Juni 2022. Ketepatan saya harus pulang kampung karena Senin paginya harus memberikan ceramah dalam acara pelepasan siswa-siswi Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-Kanak (TK) Al Hikmah di bawah Yayasan Qarya Jadida di desa tersebut. Disebabkan  telah merebaknya penggunaan Hand Phone (HP), maka secara sengaja saya sampaikan tentang bagaimana masyarakat harus berlaku di era media social.

Pertama, kita tentu bersyukur karena Allah SWT selalu memberkahi kita semua dengan berkah kesehatan, sehingga kita bisa shalat jamaah di mushalla ini. Ada banyak orang yang melakukan shalat tetapi dilakukan di rumah masing-masing. Jika  shalat jamaah maka mendapatkan pahala 27 derajat. Bersyukurlah kita mendapatkan pahala yang lebih banyak karena mendapatkan petunjuk untuk shalat jamaah. Di luar banyak orang yang mengaku Islam tetapi tidak menjalankan ibadah, khususnya shalat. Alangkah ruginya orang tersebut. Kelak di akhirat dipastikan bahwa orang itu ingin kembali hidup di dunia dan kemudian menjalankan syariat Islam. Kita bersyukur karena telah mendapatkan hidayah Allah untuk shalat bahkan dengan cara berjamaah.

Kedua, kita ini sedang hidup di era teknologi informasi atau media social. Dan kita semua sudah memanfaatkan HP sebagai media untuk saling menyambung satu dengan lainnya. Yang di dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai “relasi social”. Kita semua sudah mengenal HP dan menggunakannya. Bahkan di saat kita menghadapi Pandemi Covid-19 yang lalu, maka pada hari raya kita  menggunakan HP sebagai cara untuk berhari raya atau mengganti pulang kampung, sebab secara fisik dibatasi untuk tidak mudik atau pulkam. HP sudah menjadi bagian dari hidup kita. Anak sekolah sudah tidak dapat dipisahkan dengan HP.

Di dalam HP kita ada banyak kebaikan dan juga ada banyak kejelekan. Kebaikannya, misalnya di dalam HP ada mengaji Alqur’an, ada ceramah agama, ada ungkapan-ungkapan yang berisi kebaikan. Tetapi di HP juga ada kejelekan, misalnya gambar-gambar yang tidak elok dipandang mata, ada ungkapan kebencian, ada perkataan yang merusak persaudaraan, bahkan juga ada ceramah agama yang isinya membuat saling bersitegang. Ada ungkapan saling menyalahkan pemahaman dan pengamalan beragama, misalnya ucapan “orang kafir, ahli bidh’ah, ahli khurafat” dan sebagainya. Semuanya tersaji dengan transparan, jelas dan bisa menggugah kemarahan, tetapi juga menggugah kesadaran.

Di HP kita ada konten you tube, yang isinya ceramah agama tetapi justru mengunggah masalah. Ada banyak ungkapan yang menyerang dan mempertahankan. Yang menyerang dilakukan oleh kaum Salafi Wahabi dan yang mempertahankan adalah kaum Islam Ahlu Sunnah wal jamaah. Kalau kita membaca atau mendengarkan pertarungan di media social, maka bisa dilihat dan didengarkan berbagai pertikaian yang secara sengaja diungkapkan. Misalnya ungkapan kaum Wahabi bahwa NU itu dhollah, Muhammadiyah itu dhollah, Islam Nusantara itu lebih kafir dari orang kafir, mencium Alqur’an itu bidh’ah, dan sebagainya. Lalu juga terdapat upaya untuk membalas atau mempertahankan yang dilakukan oleh kaum Ahli Sunnah wal jamaah, misalnya yang dilakukan oleh Gus Baha’, Gus Muwafiq, Gus Miftah, Kyai Marzuki Mustamar, Das’ad Latief, Ustadz Abdus Shomad dan sebagainya.

Ketiga,  kepada Bapak, Ibu dan para remaja agar hati-hati dalam menggunakan media social melalui HP. Agar dicermati apa yang disampaikan dan siapa yang menyampaikan. Jangan sembarangan untuk mengunggah atau mengeshare berita atau konten di HP. Semua ada “jejak digital”. Jadi kepada siapa kita  mengirimkan informasi dan dari mana informasi itu diperoleh akan dapat dicatat dengan jelas di dalam rekaman media social.

Jika di masa lalu ada ungkapan “mulutmu harimaumu”, maka sekarang “tanganmu harimaumu”. Maka Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “fal yaqul khoiron aw liyasmuth” atau “berkatalah dengan baik atau lebih baik diam”. Maka sekarang artinya tidak hanya mulut yang harus diam, tetapi juga tangan kita.

Di tengah suasana seperti ini, maka sebaiknya kita berbuat yang terbaik bagi kita, yaitu hati-hati di dalam bermedia social. Jika harus bermedia social, maka gunakan etika yang baik, agar kita tidak bermasalah dengan HP yang ada di tangan kita.

Wallahu a’lam bi al shawab.

MENYIAPKAN GENERASI MASA DEPAN: PELEPASAN SISWA KB DAN TK AL HIKMAH

MENYIAPKAN GENERASI MASA DEPAN: PELEPASAN SISWA KB DAN TK AL HIKMAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Anak yang pintar dan baik akhlaknya dipastikan lahir dari lembaga pendidikan yang baik. Selain itu juga dilahirkan dari keluarga yang baik. Jadi baik atau tidaknya seorang anak dipastikan dilahirkan dari lingkungan yang baik. Lingkungan pendidikan, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang baik.

Inilah inti dari ceramah saya dalam acara pelepasan siswa KB (Kelompok Belajar) dan TK (Taman Kanak-Kanak) Al Hikmah di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Kecamatan Merakurak,  Tuban, Jawa Timur. Acara ini dilaksanakan pada hari Senin, 27 Juni 2022 di depan TK dan KB Al Hikmah.  KB  berdiri tahun 2011 dan TK Al Hikmah pada tahun 2002. Seirama dengan kebijakan pemerintah bahwa setiap desa harus memiliki TK, maka TK ini diselenggarakan secara mandiri di bawah Yayasan Qarya Jadida Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Merakurak, Tuban. Ketepatan saya menjadi Dewan Pembina Lembaga Pendidikan ini. KB dan TK ini diasuh oleh Tatik Ernawati, SPd, MM., Mundari, SPd., Rukayatin, SPd., Nurul Aini, SPd., dan Rofiqotur Rifaiyah, SPd.

Ada kebanggaan dengan pelepasan siswa-siswi TK dan KB Al Hikmah, sebab meskipun lembaga pendidikan ini terletak di pedesaan, tetapi kualitasnya tidak kalah dengan lembaga pendidikan dengan donasi besar. Dengan latar social ekonomi masyarakat pedesaan, maka biaya pendidikan di sekolah ini tentu sangat murah, sehingga pendapatan dana keuangannya juga sangat sedikit. Hanya cukup untuk operasional saja. Namun demikian seirama dengan kebijakan pemerintah tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) maka biaya operasional pendidikan bisa ditutupi.

Saya tentu bersyukur sebab meskipun dana sekolah ini sangat terbatas, akan tetapi semangat mengajar guru-gurunya sangat luar biasa. Bahkan yang belum bersertifikasi guru profesionalpun tidak kalah semangatnya dengan yang sudah memperoleh tunjangan profesi. Sungguh pemandangan yang menakjubkan bahwa keikhlasan guru di lembaga ini sungguh sangat teruji. Keikhlasan, pengabdian dan tanggung jawabnya untuk masa depan pendidikan sangat patut diapresiasi. Selaku Dewan Pembina, tentu saya mengapresiasi dengan tulus atas pengabdian para guru. Semoga dengan keikhlasan yang sedemikian tulus akan membawa kebaikan bagi para guru, anak didik dan pendidikan Indonesia di masa depan.

Berdasarkan pengamatan atas kemampuan anak-anak lulusan sekolah ini, maka juga sangat pantas diapresiasi. Kemampuan membaca huruf latin sangat baik. Seluruh siswanya telah bisa membaca dengan lancar. Kemampuan membaca Alqur’an juga sangat baik. Nyaris semuanya sudah belajar Alqur’an. Tidak sekedar Qiraati, atau lainnya. Penguasaan atas tajwid dan makharijul hurufnya juga sudah bagus sesuai dengan usianya. Selain itu juga kemampuan berhitungnya juga baik. Jadi kemambuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) sudah cukup memadai.

Tidak salah jika guru-guru Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) sangat senang menerima lulusan TK Al Hikmah. Lulusannya tersebar di SD Semampir, MI Senori, dan bahkan juga MI di Merakurak dan SD di Merakurak. Sebuah prestasi sekolah desa yang tentu juga pantas dihargai. Di tengah keterbatasan dana akhirnya sekolah ini juga bisa menghasilkan capaian pembelajaran yang sangat baik, bahkan melebihi standart pembelajaran di TK.

Antusiasme orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan yang baik juga sangat jelas. Bahkan banyak warga dari desa tetangga yang menyekolahkan anak-anaknya di TK Al Hikmah. Sekali lagi bahwa kualitas lembaga pendidikan di sini tidak diragukan. Gurunya semua sudah memiliki standart pendidikan yang memadai, fasilitas belajar yang cukup baik, peralatan pendidikan yang cukup, dan juga memiliki fasilitas drumband, alat peraga, dan perpustakaan yang memadai. Peralatan kantornya juga memadai.

Saya tentu bangga dengan beberapa penampilan siswa-siswi KB dan TK Al Hikmah. Acara yang diberi nama “Graduation Ceremony KB-TK Al Hikmah TP 2021/2022 dan Pentas Seni” dengan tema “Jangan Pernah Berhenti Belajar Karena Hidup Tak Berhenti Mengajarkannya”. Tema ini selaras dengan Sabda Nabi Muhammad SAW: “uthlubul ilma minal mahdi ilal lahdi” atau “Belajarlah dari ayunan sampai ke liang lahad” atau “Long life education”, atau “belajar sepanjang hayat”. Hadits Nabi dan ungkapan dari UNESCO ini menggambarkan betapa pentingnya pendidikan bagi manusia.

Di dunia ini,  negara yang pendidikannya baik maka dipastikan kehidupan warga negaranya juga baik. Tetapi negara yang pendidikannya jelek, maka juga banyak kemiskinan di dalamnya. Kita semua berharap agar pendidikan di Indonesia menjadi baik, dan hal ini dimulai dengan pendidikan melalui KB dan TK yang menjadi basis bagi pendidikan selanjutnya. Saya berharap agar KB dan TK Al Hikmah akan terus berupaya agar kualitas pendidikannya menjadi lebih baik sehingga masyarakat juga merasa senang akan kehadiran lembaga pendidikan kita tersebut.

Acara yang diselenggarakan di halaman TK Al Hikmah ini juga padat dengan acara pentas seni, yang dilakukan oleh siswa-siswi  KB dan TK. Di antara seni yang ditampilkan adalah Tari Jaranan, Tari Kupu-Kupu, Tari Lompat Tali, Tari Islami Ya Rabbi Antal Hadi, lantunan Asmaul Husna dan Shalawat Nariyah, Tari Indang, Tari Ayam Trondol, Puisi Guru dan Syair Sahabat. Dengan gaya jenakanya siswa-siswi KB dan TK Al Hikmah menari, menyanyi dan membaca puisi. Sungguh senang menikmati tarian gaya bocah-bocah kecil yang jenaka dan menggemaskan.

Saya sungguh berkeyakinan bahwa melalui pendidikan yang berkualitas, maka akan didapatkan anak-anak yang berkulitas, dan melalui anak-anak yang berkualitas, maka masa depan Indonesia yang cerah akan didapatkan di masa yang akan datang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

ISLAM EKSTRIM VS ISLAM MODERAT DI NUSANTARA

ISLAM EKSTRIM VS ISLAM MODERAT DI NUSANTARA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Salah satu kebahagiaan seorang guru atau dosen adalah ketika salah  seorang mahasiswanya memiliki prestasi dalam area dan tingkatan apapun. Kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan uang atau barang apapun. Sebuah kebanggaan yang tulus dari guru atau dosen yang telah mengajarkan suatu ilmu pengetahuan dalam kadar dan takaran yang terukur. Di antara kebanggaan tersebut adalah kala muridnya itu dapat menulis di manapun dan dalam tema apapun.

Pada saat saya menjadi narasumber pada acara yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Sunan Ampel, 9/6/2022 di Auditorium UIN Sunan Ampel dalam tema: Pengembangan Ekonomi Pesantren pada Era Presiden Jokowi”, maka saya diberikan sebuah buku yang ditulis oleh Ali Mursyid  Azisi dengan tema “ Islam Ekstrim vs Islam Moderat di Nusantara: Ideologi, Ruang Gerak, Perdamaian, dan Fenomena Keagamaan Kekinian” diterbitkan oleh Penerbit Global Aksara, tahun 2021, yang diberi Kata Pengantar Prof. Dr. Kunawi Basyir, MAg, professor Antropologi Agama pada UIN Sunan Ampel.

Tema di dalam buku ini menarik bagi saya sebab ada visi dan misi yang sama dengan nursyamcentre.com, yaitu sebagai institusi atau media social yang mengusung tema “Menggerakkan Moderasi Agama untuk Indonesia Hebat”. Buku ini menarik karena tema-tema yang dibahas di dalam buku ini adalah tentang Islam Ekstrim dan Islam Moderat yang saya kira merupakan tema-tema yang menarik di tengah kontestasi  untuk menguasai paham keagamaan di Indonesia.

Penulis buku ini merupakan anak muda yang aktif menulis di berbagai media online. Misalnya: ibtimes.id, pkptipnuuinsa.com, harakatuna.com, hidayatuna.com, duniasantri.co, dawuh-guru.com, tafsirulqur’an.id, alif.id, aqra’.id, kabardamai.id, dan koran Jawa Pos Radar Banyuwangi. Yang menarik bagi saya adalah tulisannya yang kebanyakan bertema Islam damai, Islam wasathiyah, Islam rahmatal lil alamin dan sebagainya.

Ali Mursyid Azizy, adalah bagian dari generasi milenial yang memiliki kemampuan untuk menuliskan gagasannya dengan baik. Dan yang membuat saya gembira adalah tulisannya yang bersearah dengan upaya untuk gerakan moderasi beragama. Jika dilihat bab demi bab di dalam karyanya ini, maka dapat dinyatakan betapa besar gairah penulis untuk menyampaikan pesan tentang Islam wasathiyah, Islam damai atau Islam rahmatan lil alamin. Di dalam buku ini dijelaskan  tentang bagaimana menyelami ideologi, pemikiran dan gerakan kelompok ekstrim. Di dalamnya dapat digambarkan tentang bagaimana pemahaman beragama secara literlek akan dapat merusak terhadap harmoni dalam masyarakat, dan  pemikiran ekstrim dapat membahayakan bagi keindonesiaan kita. Kemudian juga digambarkan mengenai  Jargon Jihad dan ruang gerak Islam ekstrim yang sekarang sedang memasuki era penyebarannya. Di antara media yang digunakan adalah teknologi informasi yang tentu sangat digdaya dalam upaya menguasai diskursus tentang Islam. Melalui media social digelontorkan ide-ide tantang salafisme, wahabisme, dan radikalisme bahkan juga ekstrimisme.

Sebenarnya yang bisa menjadi kekuatan penyeimbang adalah organisasi yang berpaham Islam damai, misalnya NU. Organisasi social keislaman tersebut  diidentifikasi sebagai organisasi yang berpaham moderat dan hingga sekarang masih mengusung tentang Islam yang toleran, moderat dan humanis. Islam akan dicitrakan menjadi Islam yang damai jika para pemeluknya melakukan program pengembangan kehidupan berbasis Islam damai. Islam tidak selalu dicitrakan sebagai agama yang keras, jika para umatnya melakukan tidakan yang relevan dengan budaya dan tradisi  di mana Islam tersebut dipraktikkan.

Penjaga Islam moderat tidak diragukan adalah NU. Melalui berbagai aktivitasnya,  masyarakat NU adalah yang terus menyuarakan mengenai Islam yang berkaitan dengan tradisi Islam local. Dan melalui perkhidmatan dalam tradisi local, maka ketahanan masyarakat Islam Indonesia terhadap gegap gempita Islam garis keras dapat direduksi. Jargon yang dikembangkan oleh kelompok Salafi Wahabi, misalnya mengkafirkan sesama umat Islam atau terus menyebut amalan-amalan bidh’ah dan khurafat bagi umat Islam wasathiyah tentu hanya dapat diimbangi oleh para da’i Islam wasathiyah yang sekarang cenderung memahami arti pentingnya media social.

Islam dan Arab merupakan dua entitas yang berbeda. Menurut Azisy bahwa Islam adalah agama sedangkan Arab adalah tradisi. Kalangan  Islam ekstrim menyamakan antara Islam dan Arab. Dianggapnya bahwa semua yang dilakukan di Arab merupakan agama. Baginya, bahwa Islam di Arab Saudi adalah Islam yang paling murni dan Islam di tempat lain tidak. Makanya, mereka menginginkan agar praktik Islam yang benar adalah sesuai dengan tafsiran kaum Salafi Wahabi. Inilah yang sesunggguhnya menjadi problem relasi antara Islam, agama dan negara di kalangan umat Islam. Padahal  Islam Nusantara sebenarnya adalah Islam yang genuine, bukan Islam yang tidak memiliki jalur genealogi dengan Islam dari sumber aslinya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

 

 

WAYANG ANIMASI: TRADISI LOKAL BERNUANSA MODERN

WAYANG ANIMASI: TRADISI LOKAL BERNUANSA MODERN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Pada suatu pagi tidak sengaja saya menemukan konten You tube, yang bercerita tentang wayang, tetapi ini bukan wayang sebagaimana yang dikenal selama ini, yaitu wayang kulit yang menggunakan pola tradisional. Artinya terdapat seperangkat wayang kulit, gamelan, penabuh gamelan (panjak atau wiyogo), dalang dan sinden atau waranggono. Atau wayang orang, sebagaimana biasanya terdiri dari wayang orang, gamelan, penabuh gamelan dan sinden. Wayang animasi ini adalah wayang kreatif dengan menggunakan teknologi animasi dan kemudian diunggah di you tube. Tetap menggunakan dalang dan gamelan tetapi dalang dan gamelannya tidak ditampakkan.

Sebagai orang yang pernah menjadi penggemar wayang, terutama di kala masih di  sekolah dasar dan sedikit memahami tentang dunia pewayangan, maka wayang kreatif ini begitu menarik. Lucu dan mengesankan. Memang sengaja yang dipilih adalah tema-tema banyolan, misalnya adegan Semar, Gareng, Petruk, Bagong, para Pandawa dan para Kurawa, serta para Yakso atau Buto dengan penggambaran sebagaimana wayang kulit yang selama ini dikenal public. Melalui animasi,  maka wayang yang selama ini merupakan pagelaran semalam suntuk, lalu hanya dipagelarkan dalam beberapa menit, kira-kira 10 menit dan bersambung.

Sungguh unik. Para wayang ini bersepatu dan bisa bergerak layaknya film animasi lainnya. Berjalan, berlari, menari dan menyanyi dan bahkan perang, sebagaimana film animasi atau film kartun di televisi atau konten you tube. Jika kita pernah menonton film kartun Ipin dan Upin atau kartun Boboiboy, Kartun Sopo Jarwo dan lain-lain. Wayang Animasi ini juga bisa bergerak layaknya manusia. Wayangnya bergerak, sebagaimana dalang yang mengucapkannya. Antara ucapan dalang dengan gerakan juga harus selaras untuk menggambarkan bahwa wayang ini hidup.

Sebagai wayang kreatif,  cerita yang dipilih juga yang menarik dan menggugah minat untuk menontonnya. Sebagai penikmat wayang, maka saya tentu sangat tertarik dengan Wayang animasi ini karena selain menggambarkan dunia pewayangan yang hidup,  juga banyolan kocak atau lelucon yang menyegarkan. Adegan-adegannya to the point sebagaimana tema yang dihidangkannya. Tidak sebagaimana wayang kulit yang dilakonkan semalan suntuk dengan berbagai cerita asesorisnya, maka wayang animasi mengunggah cerita yang langsung ke konten cerita.

Dalang kreatifnya adalah Ki Seno Nugroho yang selama ini malang melintang dengan pegelaran wayang kulit. Bahkan juga mengunggah pagelarannya di You tube bersama para pesinden dari luar negeri, salah satunya adalah Sinden Megan. Tayangan Wayang Animasi itu salah satunya diunggah oleh Cak Rye (CR) dengan teknis animasi yang sangat baik. Bagaimana wayang berjalan, berlari dan menari berliuk-liuk bahkan perang dapat ditayangkan dengan sangat memadai. Termasuk juga keserasian antara gerakan, ucapan dan gesture tubuhnya.

Saya menikmati tayangan “Petruk dadi Bolodewo dan Bagong dadi Werkudoro”. Cerita yang menggambarkan tentang bagaimana Raden Ontoseno membela Petruk dan Bagong dari tindakan tidak benar yang dilakukan oleh Bolodewo dan Werkudoro terhadap Petruk dan Bagong. Dikisahkan bahwa Raden Gatutkoco dan Raden Ontorejo yang disuruh untuk menangkap Petruk dan Bagong, tetapi gagal karena keduanya dibantu oleh Ontoseno untuk malih rupo. Maka pada saat Petruk yang  malih rupo menjadi Bolodewo dan Bagong yang malih rupo menjadi Werkudoro bertemu dengan Gatutkoco dan Ontorejo maka diberitahukan bahwa Bolodewo dan Werkudoro tidak pernah memerintahkan untuk menangkap keduanya. Gatutkoco dan Ontorejo lari dan bertemu dengan Bolodewo dan Werkudoro yang asli dan akhirnya disadari bahwa ada orang yang sengaja malih rupo dengan keduanya. Bertemulah Bolodewo dan Werkudoro yang asli dengan yang malih rupo. Akhirnya terjadi peperangan dan akhirnya dapat diketahui jika yang malih rupa adalah Petruk dan Bagong. Melalui datangnya Krisno yang asli akhirnya terkuak bahwa ada orang yang malih rupa menjadi Krisno dan telah mengambil pusoko Jamus Kalimosodo.

Yang sangat lucu adalah pembicaraan antara Bolodewo dan Werkudoro palsu pada saat keduanya melakukan penyesuaian bicara dan juga kala keduanya bertemu dengan Bolodewo dan Werkudoro yang asli. Ada dialeg-dialeg yang sangat lucu, sehingga orang yang memahami dialek Jawa pasti akan tertawa terbahan-bahak. Saya bersyukur karena pernah menyukai pagelaran wayang kulit. Bahkan saya juga menyukai wayang orang, ketoprak, hingga seni dan sendratari dalam budaya Jawa.

Sungguh saya bersyukur bahwa cita rasa seni saya itu telah terbangun semenjak kecil dan tetap terpelihara hingga sekarang. Tayangan di televisi tentang lakon sejarah di Nusantara sangat saya senangi. Episode Pajajaran, Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram sangat saya sukai. Bahkan saya pernah setiap hari mendengarkan serial drama radio Brahma Kumbara dan Sembara. Saya lupa apa judul ceritanya.

Penayangan wayang animasi terasa sangat tepat di era teknologi informasi. Di kala anak-anak muda menggandrungi animasi-animasi berbasis cerita dari Amerika, Eropa, Jepang, Thailand dan bahkan Malaysia, maka tayangan cerita pewayangan menjadi menarik. Kreativitas untuk memoderankan wayang yang selama ini dikenal sebagai kesenian tradisional, ternyata menarik kala dianimasikan. Tentu saya berharap bahwa dengan kreativitas wayang animasi ini dapat menarik minat generasi muda untuk mencintai budayanya sendiri.

Wallahu a’lam bi al shawab.