MARI CERDAS MENGGUNAKAN HAND PHONE
MARI CERDAS MENGGUNAKAN HAND PHONE
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sebagaimana biasanya jika saya pulang ke kampung di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo Kecamatan Merakurak, Tuban, maka dipastikan sekali atau dua kali memberikan siraman rohani atau keagamaan kepada jamaah shalat Magrib atau Shubuh di Mushalla Raudlatul Jannah, yang bertepatan di depan rumah saya. Jamaahnya memang tidak banyak sebanyak 30 orang tetapi rutin, terutama untuk shalat maghrib, isya’ dan shubuh.
Saya memberikan ceramah pada hari Senin, 27 Juni 2022. Ketepatan saya harus pulang kampung karena Senin paginya harus memberikan ceramah dalam acara pelepasan siswa-siswi Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-Kanak (TK) Al Hikmah di bawah Yayasan Qarya Jadida di desa tersebut. Disebabkan telah merebaknya penggunaan Hand Phone (HP), maka secara sengaja saya sampaikan tentang bagaimana masyarakat harus berlaku di era media social.
Pertama, kita tentu bersyukur karena Allah SWT selalu memberkahi kita semua dengan berkah kesehatan, sehingga kita bisa shalat jamaah di mushalla ini. Ada banyak orang yang melakukan shalat tetapi dilakukan di rumah masing-masing. Jika shalat jamaah maka mendapatkan pahala 27 derajat. Bersyukurlah kita mendapatkan pahala yang lebih banyak karena mendapatkan petunjuk untuk shalat jamaah. Di luar banyak orang yang mengaku Islam tetapi tidak menjalankan ibadah, khususnya shalat. Alangkah ruginya orang tersebut. Kelak di akhirat dipastikan bahwa orang itu ingin kembali hidup di dunia dan kemudian menjalankan syariat Islam. Kita bersyukur karena telah mendapatkan hidayah Allah untuk shalat bahkan dengan cara berjamaah.
Kedua, kita ini sedang hidup di era teknologi informasi atau media social. Dan kita semua sudah memanfaatkan HP sebagai media untuk saling menyambung satu dengan lainnya. Yang di dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai “relasi social”. Kita semua sudah mengenal HP dan menggunakannya. Bahkan di saat kita menghadapi Pandemi Covid-19 yang lalu, maka pada hari raya kita menggunakan HP sebagai cara untuk berhari raya atau mengganti pulang kampung, sebab secara fisik dibatasi untuk tidak mudik atau pulkam. HP sudah menjadi bagian dari hidup kita. Anak sekolah sudah tidak dapat dipisahkan dengan HP.
Di dalam HP kita ada banyak kebaikan dan juga ada banyak kejelekan. Kebaikannya, misalnya di dalam HP ada mengaji Alqur’an, ada ceramah agama, ada ungkapan-ungkapan yang berisi kebaikan. Tetapi di HP juga ada kejelekan, misalnya gambar-gambar yang tidak elok dipandang mata, ada ungkapan kebencian, ada perkataan yang merusak persaudaraan, bahkan juga ada ceramah agama yang isinya membuat saling bersitegang. Ada ungkapan saling menyalahkan pemahaman dan pengamalan beragama, misalnya ucapan “orang kafir, ahli bidh’ah, ahli khurafat” dan sebagainya. Semuanya tersaji dengan transparan, jelas dan bisa menggugah kemarahan, tetapi juga menggugah kesadaran.
Di HP kita ada konten you tube, yang isinya ceramah agama tetapi justru mengunggah masalah. Ada banyak ungkapan yang menyerang dan mempertahankan. Yang menyerang dilakukan oleh kaum Salafi Wahabi dan yang mempertahankan adalah kaum Islam Ahlu Sunnah wal jamaah. Kalau kita membaca atau mendengarkan pertarungan di media social, maka bisa dilihat dan didengarkan berbagai pertikaian yang secara sengaja diungkapkan. Misalnya ungkapan kaum Wahabi bahwa NU itu dhollah, Muhammadiyah itu dhollah, Islam Nusantara itu lebih kafir dari orang kafir, mencium Alqur’an itu bidh’ah, dan sebagainya. Lalu juga terdapat upaya untuk membalas atau mempertahankan yang dilakukan oleh kaum Ahli Sunnah wal jamaah, misalnya yang dilakukan oleh Gus Baha’, Gus Muwafiq, Gus Miftah, Kyai Marzuki Mustamar, Das’ad Latief, Ustadz Abdus Shomad dan sebagainya.
Ketiga, kepada Bapak, Ibu dan para remaja agar hati-hati dalam menggunakan media social melalui HP. Agar dicermati apa yang disampaikan dan siapa yang menyampaikan. Jangan sembarangan untuk mengunggah atau mengeshare berita atau konten di HP. Semua ada “jejak digital”. Jadi kepada siapa kita mengirimkan informasi dan dari mana informasi itu diperoleh akan dapat dicatat dengan jelas di dalam rekaman media social.
Jika di masa lalu ada ungkapan “mulutmu harimaumu”, maka sekarang “tanganmu harimaumu”. Maka Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “fal yaqul khoiron aw liyasmuth” atau “berkatalah dengan baik atau lebih baik diam”. Maka sekarang artinya tidak hanya mulut yang harus diam, tetapi juga tangan kita.
Di tengah suasana seperti ini, maka sebaiknya kita berbuat yang terbaik bagi kita, yaitu hati-hati di dalam bermedia social. Jika harus bermedia social, maka gunakan etika yang baik, agar kita tidak bermasalah dengan HP yang ada di tangan kita.
Wallahu a’lam bi al shawab.